Memangkas Jarak Ribuan Tahun Cahaya
Performa Marc Marquez semakin menjauh dari para pesaingnya dalam empat tahun terakhir. Namun, masa pandemi ini membuka peluang bagi pebalap lain untuk memangkas jarak ribuan tahun cahaya dengan si “Bayi Alien”.
Marc Marquez melancarkan perang psikologis dengan mengatakan dirinya merasakan sensasi musim 2019. Itu musim MotoGP yang nyaris sempurna, karena dia selalu finis pertama dan kedua, kecuali saat gagal finis di Austin karena terjatuh. Ini menjadi peringatan bagi para pesaing Marquez supaya berusaha lebih keras jika ingin mengakhiri dominasi juara dunia enam kali itu.
Namun, para pesaing Marquez juga mendapat momentum positif menjelang balapan perdana MotoGP di Jerez. Pera pebalap Yamaha dan Suzuki menunjukkan performa motor mereka jauh membaik dibandingkan musim lalu. Ini mendongkak kepercayaan diri mereka yang memiliki satu target yang sama, mengalahkan Marquez dan menjadi juara dunia. Perburuan gelar itu akan dimulai di Sirkuit Jerez-Angel Nieto, Jerez de la Frontera, Spanyol, Minggu (19/7/2020) mulai pukul 19.00 WIB.
Ini menjadi oase bagi para pebalap MotoGP yang selama empat bulan terakhir menjalani lockdown akibat pandemi Covid-19. Mereka pun bersemangat saat menjalani dua sesi uji coba, Rabu (15/7) di Jerez. Tes ini seperti cairan kimia yang merontokkan karat di tubuh para pebalap elite itu. Mereka menyegarkan kembali ikatan emosional dengan motor MotoGP yang dilarang dipacu selama empat bulan jeda balapan, kecuali oleh tim-tim pemegang hak konsesi.
Transisi ini sangat penting karena tidak ada motor di pasaran yang performanya menyamai motor MotoGP. Bahkan, pebalap Ducati Andrea Dovizioso menegaskan, motor apa pun performanya berjarak ribuan tahun cahaya dari motor MotoGP. Itulah mengapa para pebalap berusaha mencari motor yang hampir mendekati secara karakter.
Jika ada perubahan pada motor supersport itu untuk meningkatkan performa, ujungnya bisa sanksi seperti yang dialami pebalap Petronas Yamaha, SRT Fabio Quartararo. Dia dijatuhi sanksi larangan tampil dalam 20 menit awal saat sesi latihan bebas pertama (FP1) pada Jumat karena menjalani tes dengan Yamaha YZF-R1 yang telah dimodifikasi di Sirkuit Paul Richard, Perancis.
Quartararo merupakan salah satu pebalap yang diharapkan bisa menjadi ”anti-Marquez” alias pemutus dominasi Marquez. Pebalap Repsol Honda itu sangat dominan dengan meraih enam gelar juara dunia sejak 2013. Dia hanya diselingi oleh Jorge Lorenzo yang juara pada 2015. Bahkan, musim lalu Marquez unggul 151 poin dari Dovizioso di posisi runner-up. Ini bak jarak antargalaksi yang mencapai ribuan tahun cahaya. Jarak nyata antara Marquez dan para penantangnya.
Musim nyaris sempurna itu, ingin diulangi Marquez yang sudah menemukan solusi pada masalah pelik saat tes pramusim, yaitu motor sulit berbelok dan liar saat pengereman. Dia mengaku sudah bisa bernapas lega meskipun masih ada masalah konsistensi pace (waktu satu putaran yang dihitung dari flying lap). Pace sangat penting saat balapan karena seiring dengan keausan ban, motor akan semakin lambat di akhir balapan.
Masalah ini menjadi pekerjaan rumah Marquez dan timnya dalam empat kali sesi latihan bebas pada Jumat dan Sabtu. Jika mereka bisa menemukan solusi, sama dengan kendala aerodinamika pada motor 2020, langkah pebalap Spanyol itu meraih gelar juara ketujuh akan sulit dibendung.
Dia sudah memperlihatkan itu saat uji coba pada Rabu dengan mencetak waktu tercepat pada sesi pagi, dan urutan ketiga di sesi siang. Ketertinggalan waktu dari dua pebalap Yamaha, Maverick Vinales dan Quartararo, tidak terlalu meresahkan karena pada sesi siang Marquez fokus mengasah race pace. Itu sesuatu yang tidak bisa dia lakukan saat tes pramusim di Losail dan Qatar.
Pesaing potensial
Adapun Vinales bersama pebalap Suzuki Alex Rins merupakan dua pebalap dengan race pace yang sangat konsisten selama pramusim. Kedua pebalap itu mendapatkan suntikan kepercayaan diri setelah menjalani uji coba. Motor mereka cepat, bisa menikung dengan mulus, dan setelan elektronik serta suspensi membuat ban Michelin bereaksi bagus di aspal Sirkuit Jerez yang panas, hingga 57 derajat celsius, pada Rabu siang.
Mereka akan mematangkan ritme pengendalian pada sesi latihan bebas Jumat dan Sabtu untuk melakukan time attack pada sesi kualifikasi. Bagi para pebalap Yamaha dan Suzuki yang kalah kecepatan, tetapi unggul di tikungan, dibandingkan Honda dan Ducati, start dari baris terdepan menjadi faktor krusial meraih podium. Mereka belajar dari musim lalu, di mana mereka terjebak dalam rombongan pebalap saat pebalap Honda dan Ducati sudah di depan mereka. Saat di tengah rombongan pebalap, keunggulan M1 (Yamaha) dan GSX-RR (Suzuki) tidak bisa digunakan.
”Yang terpenting adalah kualifikasi pada baris terdepan untuk memimpin pada tikungan pertama dan mendapatkan ritme saya. Ini cara untuk balapan dengan motor ini dan itu yang kami perlu lakukan,” tegas Vinales.
Kami berusaha melihat bagaimana motor bekerja dalam temperatur yang sangat tinggi ini, dan kami terkejut dengan level kami yang sangat tinggi. Jadi, saya sangat menantikan akhir pekan karena saya merasa sangat bagus dengan motor, dan itu sangat penting,” ujar Vinales.
”Motor dalam kondisi bagus, dan sekarang kami bisa mengeluarkan seluruh potensinya. Saya merasa senang dan percaya diri untuk akhir pekan ini. Tahun lalu motor juga bekerja bagus di sini, tetapi tahun ini saya bisa menyerang di tikungan dengan cara yang berbeda dengan melakukan pengereman sangat keras, yang akan memberi saya keuntungan saat mendahului,” ujar pebalap Monster Energy Yamaha itu.
Pengereman sangat keras dilakukan saat berada sangat dekat dengan titik masuk tikungan. Ini membutuhkan kestabilan motor yang sangat baik supaya tidak terjatuh, atau terlalu melebar di tengah tikungan. Perbaikan performa Yamaha YZR-M1 ini diharapkan menjadi solusi kekalahan kecepatan puncak dari Honda dan Ducati.
Quartararo yang mendapat motor pabrikan sama dengan Rossi dan Vinales, juga mengakui bahwa saat terhalang oleh motor lain, mereka sulit melepaskan diri. ”Kami tahu motor kami sangat cepat pada satu putaran, tetapi kami tahu bahwa begitu Ducati, Honda, Suzuki, di depan kami, kami kehilangan potensi kami, karena mereka lebih cepat di trek lurus sehingga kami tidak bisa menggunakan kecepatan kami di tikungan, jadi ini tidak mudah,” katanya kepada Motorsport.
”Saya pikir ini bukan benar-benar motor untuk dikalahkan. Tetapi benar bahwa selama tes ini Maverick sangat cepat, dan kami perlu memikirkan tentang pace kami yang menurut saya sangat bagus,” kata Quartararo.
Optimisme juga membubung tinggi di tim Suzuki Ecstar, menyusul penampilan Alex Rins dan Joan Mir yang finis keempat pada sesi latihan Rabu. Ini kelanjutan performa bagus GSX-RR selama tes pramusim.
”Hari ini sangat bagus. Untuk pertama kali saya sangat senang bisa kembali ke atas motor. Sepeda motor kami tidak lagi sama dengan saat tes yang lalu. Mesin dan sasis GSX-RR telah mengalami sedikit modifikasi. Ia langsung merasa kuat dan kami hanya melakukan perubahan kecil pada setelan motor. Saya siap untuk balapan,” tegas Rins yang menyelesaikan 63 lap dikutip Speedweek.
Dilema Ducati
Perubahan pada motor itu memperbaiki respons ban saat dipakai di aspal yang sangat panas. Itu membuat race pace mereka bisa konsisten hingga akhir balapan. ”Ban ini sekarang bekerja dengan baik di Jerez. Namun, dampaknya memang lebih besar saat di Qatar dibandingkan di Jerez. Saya pikir itu karena perbedaan temperatur aspal. Kami mencoba kombinasi ban medium dan lunak, keduanya pada akhirnya mengalami selip,” kata Rins.
Kondisi ban yang menjadi licin karena kehilangan cengkeraman di lap-lap akhir itu membutuhkan strategi membalap yang sangat jitu. Jika situasi itu terjadi pada motor Suzuki dan Yamaha yang dikenal diuntungkan oleh ban baru Michelin, maka itu menjadi masalah besar bagi Ducati dan Honda.
Marquez mengakui itu, di mana dia perlu memahami lebih lanjut reaksi ban pada sesi latihan bebas. Dovizioso pun merasa belum bisa memahami sepenuhnya karakter ban Michelin ini. Saat tes pramusim, dia juga merasa ban baru ini membuat motor Desmosedici GP20 tidak bisa dipacu maksimal, khususnya saat melawati tikungan.
”Kami tidak mudah beradaptasi dengan ban ini, kami belum bisa mengendalikan ini seperti seharusnya. Ini seperti adu cepat, tetapi sulit memahami bagaimana tim lain melakukan itu,” ujar Dovizioso.
Dia menegaskan, saat balapan menempuh 25 lap akan terasa sekali perbedaan pada balapan di aspal yang panas. Dia mengaku masih perlu memperbaiki performa karena masih ada ruang untuk menjadi lebih baik. ”Masalah utamanya adalah mengeksploitasi ban dan kami belum bisa melakukan itu. Saya yakin jika kami menemukan cara itu dengan cepat, kami akan bisa membuat banyak kemajuan,” kata pebalap Italia yang masih dalam pemulihan cedera tulang selangka itu kepada GPOne.
Ducati memang belum menunjukkan performa mereka pada tes Rabu, tetapi mereka akan menunjukkan potensi sebenarnya saat latihan bebas hingga kualifikasi.
Performa cemerlang di seri pertama ini akan menjadi awal yang sempurna untuk mendulang banyak poin sejak awal. Apalagi, seri kedua juga berlangsung di sirkuit yang sama. Dengan memimpin di dua seri awal dari 13 seri yang dijadwalkan hingga 15 November, peluang juara sekaligus mengakhiri dominasi Marquez akan semakin besar.