Inkonsistensi Hambat Laju Juventus Kunci ”Scudetto”
Juventus gagal meraih kemenangan di tiga laga terakhir. Meski begitu, Juventus hanya memerlukan tiga kemenangan di lima laga terakhir Liga Italia musim ini untuk meraih ”scudetto”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
TURIN, KAMIS — Dalam tiga laga terakhir di Liga Italia, Juventus kehilangan identitas sebagai tim yang mampu tampil konsisten sepanjang 90 menit. ”Si Nyonya Besar” mengalami kemarau dengan hanya dua kemenangan dari lima laga sehingga laju Juventus untuk mengunci scudetto lebih awal terhambat.
Melawan Sassuolo pada pekan ke-33, Kamis (16/7/2020) dini hari WIB, Juventus mengalami déjà vu seperti saat bertandang ke Stadion San Siro menghadapi AC Milan, 8 Juli. Anak asuhan Maurizio Sarri itu gagal menjaga keunggulan 2-0 sehingga tim lawan mampu menyamakan kedudukan.
Berbeda dengan saat dikalahkan Milan, 2-4, kali ini bek sayap Alex Sandro mampu menyelamatkan wajah Si Nyonya Besar di Stadion Mapei, markas Sassuolo, untuk membawa pulang satu poin setelah laga berakhir imbang, 3-3. Di antara dua laga itu, Juventus juga ditahan imbang tim yang tengah dalam top performa, Atalanta, 2-2, di Stadion Allianz Arena.
Dari tiga laga itu, ”Si Putih Hitam” kemasukan 9 gol. Secara total Juventus kemasukan 35 gol dari 33 laga musim ini. Catatan itu menjadi rekor kebobolan terburuk dalam satu musim sejak Juventus kembali merajai Italia pada 2011/2012.
Tiga pertandingan tanpa kemenangan itu seakan memupus penampilan cemerlang Juventus yang meraih kemenangan di empat laga setelah Liga Italia dimulai kembali di masa pandemi Covid-19.
”Sebagai pelatih, saya mengharapkan konsistensi dari tim. Hal itu adalah sesuatu yang kurang dari kami secara fisik dan mental. Saya percaya, apabila mampu menemukan jalan keluar dari inkonsistensi ini, kami akan kembali di jalur yang benar,” ujar Sarri kepada Sky Sports Italia, Kamis (16/7/2020).
Menurut Sarri, Juventus tidak bisa lagi bermain santai dan mengendurkan tekanan ketika sudah unggul. ”Tim mana pun akan berbahaya apabila kami membiarkan mereka leluasa bergerak di area pertahanan kami,” kata mantan pelatih Chelsea itu.
Terbanyak
Pada laga melawan Sassuolo, Juventus lebih tertekan karena tim lawan unggul dalam penguasaan bola dan menciptakan peluang lebih banyak. Dalam laga itu, ”Si Hitam Hijau”, julukan Sassuolo, menciptakan 17 tembakan mengancam gawang Juventus yang dikawal Wojciech Szczesny.
Dengan jumlah itu, Sassuolo menjadi tim yang paling banyak menciptakan tembakan menghadapi Juventus dalam satu dekade terakhir. Sebelumnya Lazio melakukannya pada Agustus 2013 dan AC Milan pada Februari 2020 dengan 11 kali tembakan dalam satu laga.
Meskipun harus memungut bola dari gawangnya sebanyak tiga kali, Szczesny menjadi penyelamat Juventus di laga itu. Kiper tim nasional Polandia itu membuat tujuh kali penyelamatan. Catatan itu membuat Szczesny sejajar dengan kiper legendaris Juventus, Gianluigi Buffon, yang melakukan penyelamatan terbanyak dalam satu laga. Buffon mencatatkan rekor itu pada Maret 2014 ketika Si Putih Hitam bertandang ke San Siro melawan AC Milan.
Koresponden Liga Italia ESPN, Gab Marcotti, menuturkan, Sarri belum mampu menghadirkan harmoni di skuad Juventus. Kondisi itu amat terlihat ketika Si Nyonya Besar menghadapi tim dengan kualitas setara.
”Sarri belum mampu menyatukan seluruh individu di dalam timnya untuk menghasilkan permainan terbaik bagi Juventus di setiap laga. Kalau situasi ini tidak cepat diselesaikan, Juventus akan kesulitan di laga-laga akhir liga dan bersaing di Liga Champions musim ini,” tutur Marcotti.
Hingga pekan ke-33, Juventus masih berada di puncak klasemen dengan 77 poin. Si Nyonya Besar unggul tujuh poin atas Atalanta di posisi kedua. Lazio, Udinese, Sampdoria, Cagliari, dan AS Roma menjadi lima lawan pamungkas Juventus di liga musim 2019/2020. Untuk meraih gelar scudetto, anak asuhan Sarri hanya butuh meraih tiga kemenangan.
Tidak berharap
Meskipun Juventus menjauh dari penampilan terbaik, Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini tidak sedikit pun menganggap Juventus akan kembali tersandung di lima pertandingan sisa. Menurut Gasperini, scudetto sepenuhnya berada di tangan Si Nyonya Besar.
”Kami telah mengalami masa sulit dengan kehilangan beberapa poin penting, kali ini mereka (Juventus) yang mengalami. Situasi ini wajar dalam kompetisi yang panjang,” kata Gasperini yang telah mengantarkan Atalanta menjadi tim paling produktif kedua di Eropa musim ini dengan raihan 93 gol. ”Si Dewi” hanya kalah dari juara Liga Jerman, Bayern Muenchen, yang mencetak 100 gol dari 34 laga liga musim ini.
Serupa dengan Gasperini, Pelatih Lazio Simone Inzaghi juga tidak lagi berharap untuk menggagalkan Juventus meraih gelar Liga Italia kesembilan secara beruntun. Hal itu disebabkan kegagalan Lazio meraih kemenangan di empat laga terakhir. Bahkan, ”Si Elang” hanya mampu meraih satu poin dari empat laga melawan Milan, Lecce, Sassuolo, dan Udinese.
”Juara Piala Super Italia dan sempat menjadi pesaing scudetto hingga pekan ke-28 merupakan capaian terbaik bagi kami di musim ini. Kami akan fokus untuk mengunci posisi di zona Liga Champions,” ucap Inzaghi.
Dari 33 pertandingan yang telah dijalani, Lazio mengumpulkan 69 poin dan berada di posisi ketiga. Untuk memastikan tiket ke Liga Champions musim depan, Lazio hanya membutuhkan tiga poin dari lima laga terakhir. (AFP/REUTERS)