Krisis Lazio masih berlanjut. Hanya meraih tujuh poin dari tujuh laga terakhir membuat Lazio tidak lagi berambisi mengejar scudetto.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
UDINE, KAMIS — Kegagalan Lazio meraih kemenangan di empat laga terakhir membuat sang pelatih Simone Inzaghi bersikap realistis. ”Si Elang” mulai melupakan untuk meraih scudetto musim ini sehingga hanya fokus untuk merebut tiket Liga Champions.
Pada laga pekan ke-33 Liga Italia, Kamis (16/7/2020), Lazio hanya berhasil membawa pulang satu poin dari Stadion Friuli, markas Udinese. Hasil itu membuat Lazio gagal meraih tiga poin di empat laga terakhir. Sebelumnya, Lazio tumbang dari AC Milan, Lecce, dan Sassuolo.
Kegagalan meraih poin penuh membuat Lazio tidak mampu mengudeta Atalanta dari peringkat kedua. Lazio harus puas berada di posisi ketiga dengan 69 poin, bahkan posisi itu bisa disalip Inter Milan yang baru akan berlaga, Jumat (17/7/2020) dini hari WIB, menghadapi SPAL.
Berkat hasil buruk itu, Inzaghi tidak lagi bersedia berbicara tentang peluang scudetto. ”Si Elang” kini tertinggal 8 poin dari Juventus yang bermain imbang 3-3 melawan Sassuolo di waktu yang bersamaan dengan laga Lazio. Selanjutnya, Lazio juga akan bertandang ke kandang Juventus, Stadion Allianz Arena, Selasa (21/7/2020) dini hari WIB, untuk menjalani laga ke-34.
Inzaghi mengatakan, anak asuhannya telah mencoba berbagai cara untuk membongkar pertahanan Udinese. Kelelahan yang dialami para pemain Lazio, lanjut Inzaghi, menjadi penyebab dirinya kesulitan mengeluarkan kemampuan terbaik ”Si Elang” seperti sebelum Liga Italia jeda akibat pandemi Covid-19.
Alhasil, Inzaghi menargetkan timnya agar lebih fokus mengejar tiket Liga Champions musim depan dibandingkan bertarung dalam perebutan gelar juara liga. ”Kami hanya membutuhkan tiga poin untuk lolos ke Liga Champions setelah 13 tahun absen. Laga melawan Juventus akan menjadi penentu bagi kami,” kata Inzaghi seperti dikutip Tuttosport.
Terakhir kali, Lazio bermain di Liga Champions pada edisi 2007/2008. Kala itu Lazio gugur di fase grup setelah gagal bersaing dengan Real Madrid, Olympiacos, dan Werder Bremen, sehingga hanya menjadi juru kunci grup C dengan raihan delapan poin dari enam laga. Prestasi terbaik Lazio di Liga Champions ialah lolos hingga babak 8 besar pada musim 1999/2000.
Sepanjang 120 tahun klub berdiri, ”Si Elang” baru lima kali berpartisipasi dalam kompetisi terelite antarklub Eropa itu. Inzaghi menjadi pencetak gol terbanyak bagi Lazio di Liga Champions dengan catatan 15 gol. Selain itu, Inzaghi juga menjadi pemain Lazio dengan penampilan terbanyak kedua di Liga Champions dengan 31 kali laga. Ia hanya kalah dari legenda Lazio, Dejan Stankovic, yang memainkan 33 laga.
Di sisi lima laga, Lazio akan menghadapi Juventus, Cagliari, Hellas Verona, Brescia, dan Napoli. Meskipun penampilan timnya menurun, Inzaghi masih tetap puas dengan capaian Lazio di musim ini.
”Kami telah memenangi Piala Super Italia dan menjadi pesaing scudetto hingga di pekan ke-28. Saya tidak akan menuntut lebih,” ucap Inzaghi.
Gagal mengancam
Meskipun menguasai laga dengan 58 persen penguasaan bola, Lazio gagal memberikan ancaman bearti bagi gawang ”Si Zebra Kecil” yang dikawal Juan Musso. Dari 16 kali percobaan tembakan, ”Si Elang” hanya mampu menciptakan dua sepakan mengarah ke gawang Udinese.
Satu-satunya peluang Lazio terjadi ketika gelandang Sergej Milinkovic-Savic menanduk bola di kotak penalti Udinese pada menit terakhir laga. Wasit Rosario Abisso sempat mengecek video assistant referee (VAR) untuk memastikan adanya handball yang dilakukan pemain belakang Udinese. Setelah melihat VAR, Abisso hanya memberikan tendangan gawang untuk tim tuan rumah.
Bahkan, Udinese nyaris meraih kemenangan setelah tembakan gelandang, Rodrigo de Paul, di menit 90+5 membentur mistar gawang. Meskipun lebih sedikit menciptakan peluang dengan 14 kali tembakan, Udinese mampu lima kali melakukan tembakan ke arah gawang Lazio.
Penyelamatan Szczesny
Di laga lain, Juventus juga kembali gagal meraih kemenangan di tiga laga terakhir. Meskipun sempat unggul 2-0 di 12 menit awal laga, ”Si Nyonya Besar” harus melepas kemenangan di depan mata setelah Sassuolo sempat membalikkan kedudukan menjadi 2-3 di menit ke-54. Beruntung bek sayap, Alex Sandro, mampu menyundul bola menembus gawang Sassuolo lewat skema sepak pojok yang dieksekusi Rodrigo Bentancur di menit ke-64.
Juventus bisa saja kalah di laga itu andai kiper Wojciech Szczesny tidak bermain cemerlang. Meskipun kebobolan tiga gol, kiper tim nasional Polandia itu sukses melakukan tujuh penyelamatan untuk mengagalkan peluang emas Sassuolo yang dimotori oleh Domenico Berardi.
”Kami kurang konsisten dari sisi fisik dan mental. Kami memiliki sejumlah peluang yang berbahaya, tetapi dalam sejumlah momen kami bermain pasif sehingga membiarkan tim lawan mengancam pertahanan,” kata Pelatih Juventus Maurizio Sarri.
Sementara itu, Pelatih Sassuolo Roberto De Zerbi kecewa anak asuhannya hanya meraih satu poin dari laga kontra Juve. ”Kami pantas meraih kemenangan. Saya kecewa karena kami harus kebobolan tiga gol akibat lengah dalam penjagaan pemain lawan,” kata De Zerbi. (AP)