Kerja keras Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane sudah menunjukkan hasilnya sejak kompetisi Liga Spanyol dilanjutkan di tengah pandemi, Juni lalu. Real kini mendekati trofi juara liga itu.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
GRANADA, SENIN — Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane melakukan hal tak lazim seusai timnya mengalahkan Granada, 2-1, di Stadion Nuevo Los Carmenes, Selasa (14/7/2020) dini hari WIB. Ia berteriak, seolah ingin melepas ketegangan di laga itu.
Granada adalah tim papan tengah Liga Spanyol yang hanya bisa sekali mengalahkan Real dalam 14 laga terakhir, termasuk kemarin. Kemenangan terakhir Granada atas Real, dengan skor 1-0, terjadi pada September 2015. Jika dilihat dari kualitas tim dan rekor pertemuan mereka, kemenangan Real kemarin sebetulnya sesuatu hal yang wajar.
Namun, laga kemarin menjadi spesial jika dilihat dari faktor stamina sebuah tim dalam mempertahankan konsistensinya di tengah jadwal kompetisi yang begitu padat. Zidane, yang sebenarnya kalem, bisa sampai berteriak lantang. Sang kapten tim, Sergio Ramos, bahkan mengepalkan kedua tangannya seusai laga itu. Malam itu, mereka merayakan kemenangan beruntun dalam sembilan laga terakhir.
Dengan kata lain, Real memenangi seluruh laga seusai dilanjutkannya Liga Spanyol pada pertengahan Juni lalu. Total, mereka mencetak 17 gol dan hanya kebobolan tiga gol selama sembilan laga itu. Ini merupakan pencapaian besar di era pandemi yang tidak mampu diraih klub-klub pemuncak klasemen dari liga-liga Eropa lainnya, seperti Liverpool dan Juventus.
Alasan lainnya yang membuat Zidane dan pemainnya begitu gembira dan lega adalah mereka tinggal membutuhkan satu kemenangan lagi untuk mengunci gelar juara Liga Spanyol. Tepatnya, mereka hanya butuh tambahan dua poin yang bisa diraih dengan mengalahkan Villarreal pada laga di Stadion Alfredo Di Stefano, Jumat (17/7/2020) dini hari WIB.
Dengan mengalahkan Villarreal, Real akan mengumpulkan 86 poin. Sementara Barcelona, tim peringkat kedua, baru memiliki 79 poin. Barca hanya bisa mengumpulkan maksimal 85 poin jika berhasil memenangi dua laga tersisa musim ini. Dengan kata lain, poin Real tidak dapat dikejar Barca jika mereka menang atas Villarreal.
Jika ingin mendapatkan hasil yang besar, Anda harus berani menderita. (Zinedine Zidane)
Tak heran, Zidane begitu lega setelah mengalahkan Granada sekaligus melihat Real kembali menemukan karakter kuatnya. ”Jika ingin mendapatkan hasil yang besar, Anda harus berani menderita,” kata Zidane dikutip laman resmi Real Madrid.
Penuh pengorbanan
Bagi Zidane, sepak bola adalah permainan yang indah, tetapi harus dijalani dengan penuh pengorbanan. Para pemain, termasuk pelatih, tak bisa bersantai karena persaingan juara akan selalu bertambah ketat. Lawan-lawan berkembang dan sebuah tim tidak bisa merasa sebagai yang terbaik.
Real sudah merasakannya, terutama setelah mampu menjuarai Liga Champions selama tiga musim beruntun di bawah asuhan Zidane hingga musim 2017-2018. Begitu Zidane pergi pada Mei 2018 dan bintangnya, Cristiano Ronaldo, hijrah ke Juventus, Real pun mulai linglung dan kehilangan karakter juara.
Dua pelatih yang datang, Julen Lopetegui dan Santiago Solari, gagal mengangkat kembali performa Real. Manajemen Real lantas memutuskan kembali memanggil Zidane. Pada Maret 2019, Zidane mulai memperbaiki Real yang rusak dan melahirkan ”El Real” yang baru.
Dalam mencapai tujuannya pada periode keduanya sebagai pelatih di Real, Zidane menemukan banyak rintangan. Selain menghadapi masalah teknis di dalam tim, ia dirongrong suara-suara sumbang yang menyatakan bahwa Real tanpa Ronaldo tidak akan lagi kuat, kehilangan harmoni yang sulit diperbaiki, atau habisnya era kejayaannya bersama Zidane.
Bahkan, sebelum melawan Granada, Zidane masih dihujani kritik bahwa Real tidak lagi tajam dan kerap diuntungkan wasit. Dalam sejumlah laga terakhirnya, Real menang menyusul gol ”hadiah” penalti.
”Namun, saya tidak terganggu ataupun terkejut dengan anggapan (negatif) orang-orang. Real adalah tim terpenting dalam sejarah (sehingga selalu jadi pembicaraan),” kata Zidane dikutip Evening Standard.
Peringatan di Granada
Zidane dan para pemainnya memilih untuk melihat sendiri kesalahan yang mereka lakukan dan segera memperbaikinya. Kesalahan fatal sudah terjadi pada laga di Granada. Real, yang sempat unggul dua gol melalui Ferland Mendy dan Karim Benzema, bisa kebobolan pada babak kedua. Granada membalas satu gol lewat Darwin Machis.
”Kami membiarkan pertahanan melemah pada babak kedua. Kami harus memastikan tidak mengulangi kesalahan ini pada laga berikutnya,” kata Ramos seusai laga kemarin.
Jika kesalahan di Granada itu kembali terulang saat melawan Villarreal, skenario pesta juara di Stadion Di Stefano bisa gagal. Villarreal bukanlah lawan yang mudah. Dari lima pertemuan sebelumnya melawan klub itu, Real hanya bisa menang sekali. Sementara empat laga lainnya berakhir dengan sekali kalah dan tiga kali imbang.
Maka itu, Real wajib menjaga kesempurnaan guna menuntaskan perburuan trofi Liga Spanyol secepat mungkin ketika menjamu Villarreal. Jika hal itu dilakukan, mereka punya waktu lebih untuk fokus menghadapi Manchester City di duel kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa, 8 Agustus.
Jadi, jalan penderitaan Zidane dan para pemain Real belum berakhir. ”Kami tidak bisa bersantai. Kami sudah dekat (dengan trofi juara) dan harus terus bekerja keras,” tukas Ramos. (AP/AFP/REUTERS)