Real Madrid tinggal selangkah lagi menuju gelar juara liga. Semua itu berkat pertujunjukan orkestra yang diciptakan seorang maestro bernama Zinedine Zidane.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
GRANADA, MINGGU – Dalam genggaman Zinedine Zidane, Real Madrid bermain layaknya pertunjukan musik klasik. Tim berjuluk ”Si Putih” itu tampak lebih tenang dan seimbang, juga meyakinkan. Pertunjukan elegan ala ”Zizou” itu mengantar Madrid ke depan gerbang juara La Liga.
Akhir dari pertunjukan sempurna itu tinggal menyisakan tiga pertandingan lagi. Dengan kondisi klasemen terbaru, Madrid hanya butuh dua kemenangan untuk merebut kembali trofi juara. Salah satu kemenangan harus diraih saat bertandang ke markas Granada, Selasa (14/7/2020) dini hari WIB.
Di atas kertas, Granada bukan persoalan besar bagi “Si Putih”. Sejak liga dimulai lagi, skuad asuhan Zizou begitu perkasa. Mereka menyapu bersih delapan laga dengan kemenangan. Hasil sempurna itu yang membuat Madrid kokoh di puncak klasemen.
Madrid terus mengoleksi tiga poin, meski sering tampak kurang meyakinkan. Tiga dari 4 gol terakhir mereka diciptakan dari titik putih. Kemenangan pun kerap diraih dengan skor tipis, 1-0.
Seperti musik klasik, Madrid terlihat membosankan. Namun, di situlah titik mula kesempurnaan mereka. Zidane tidak memainkan sepak bola negatif. Dia hanya ingin membuat timnya seimbang, menyerang hingga bertahan.
Zizou meyakini itu satu-satunya cara tampil konsisten meraih tiga poin di tengah jadwal neraka liga. ”Apa yang kami tampilkan adalah keseimbangan. Saat kehilangan bola, kami semua bertahan. Ketika kurang menggedor dalam menyerang, kami meningkatkannya,” katanya sebelum melawan Granada.
Dalam setiap laga sejak menit pertama, Madrid selalu sabar membongkar pertahanan lawan. Setelah unggul 1-0, mereka tidak memaksakan menggandakan keunggulan. Meski terlihat pragmatis, ”Si Putih” ternyata mampu menciptakan rata-rata 15 tendangan atau terbanyak di liga.
Efektivitas menjadi rahasia utama kesuksesan Madrid. Walaupun sering hanya unggul tipis, benteng pertahanan mereka begitu kokoh. Lima laga berlalu, gawang yang dikawal Thibaut Courtois tidak pernah bergetar.
Menurut bek tengah Raphael Varane, kunci keseimbangan ”Si Putih” ada di pertahanan. ”Sangat penting untuk menjaga gawang tanpa kebobolan di setiap laga. Hal itu membawa kepercayaan diri yang besar bagi tim. Moral positif itu terus terbawa,” ucapnya kepada Marca.
Porsi pas racikan Zizou tercermin dalam 11 pemain utama. Madrid selalu tampil dengan formasi 4-3-3. Di lini tengah, pelatih asal Perancis itu memilih menggunakan tiga gelandang sejajar, tanpa seorang gelandang serang.
Justru salah satu dari trio lini serang dikorbankan mengisi pos gelandang serang. Biasanya tugas ini diberikan kepada Isco ataupun Marco Asensio, pemain yang mampu bermain di lini tengah maupun sayap.
Nyaris hanya dua pemain Madrid yang bernaluri murni menyerang. Satu dari pemain sayap, Vinicius Junior atau Eden Hazard, serta satunya pemain tengah, Karim Benzema. Strategi ini jelas membedakan Madrid dengan tim besar lain yang memakai tiga penyerang murni.
Padahal, Zizou punya semua amunisi yang dibutuhkan untuk membuat Madrid tampil agresif dan garang seperti musik metal. Namun, seperti gayanya saat masih bermain, dia lebih memilih menjaga keseimbangan nan elegan, layaknya orkestra.
Modal tersebut yang akan dibawa menghadapi Granada yang hampir selalu kesulitan saat bertemu tim besar. Jika menang, Zizou mendekati gelar kedua La Liga sebagai pelatih Madrid, setelah gelar pertamanya pada musim 2016/2017.
“Gelar juara kini sangat dekat, hanya butuh lima poin lagi untuk memastikannya. Masih ada tiga pertandingan dan kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Kami hanya ingin memenangkan sisanya,” tambah pelatih yang membawa Madrid merengkuh tiga trofi Liga Champions tersebut.
Magis “Messist”
Pada laga lain, Barca terus menempel ketat Madrid usai mencuri kemenangan di markas Real Valldolid, pada Minggu dini hari WIB. Lionel Messi, lewat sumbangan assist, lagi-lagi menjadi pahlawan kemenangan tipis, 1-0.
Pada babak pertama, pemain berjuluk “Si Kutu” tersebut memberikan umpan cungkil kepada gelandang asal Chile, Arturo Vidal, yang berada di dalam kotak penalti. Umpan terukur itu tepat jatuh di kaki Vidal. Dari sisi kiri pertahanan tuan rumah, Vidal melepaskan tendangan keras ke arah tiang jauh.
Gol hasil kreasi Messi itu pun menjadi satu-satunya yang tercipta selama 90 menit di Stadion Jose Zorrilla. Assist tersebut merupakan ke-20 bagi Messi musim ini. Jumlah itu memecahkan rekor assist pribadi “Si Kutu” pada musim 2010-2011 (19 assist) saat masih dilatih Josep Guardiola.
Rekor baru Messi sekaligus menjadikannya satu dari hanya dua pemain yang mampu mencetak 20 gol dan 20 assist di liga domestik, selain Thierry Henry bersama Arsenal di Liga Inggris (2002/2003).
Aksi magis “Messist” selalu terdengar belakangan ini. Dalam lima laga terakhir, penyerang asal Argetina itu sudah menghasilkan lima assist. Kontribusi itu membantu Barca terus menempel pemuncak klasemen, Real Madrid. Adapun, dia hanya mencetak satu gol dalam seluruh laga itu.
Saat ini, Barca terpaut satu poin dari Real. Namun, tim ibu kota itu punya keuntungan satu pertandingan yang belum dimainkan. “Penentuan juara tidak berada di tangan kami. Sekarang kami hanya ingin terus mengembangkan permainan dan memberikan yang terbaik. Jika tidak juara, setidaknya kami bisa mendapatkan bentuk terbaik untuk menghadapi Liga Champions,” kata Vidal. (AP)