Lazio kehilangan daya untuk mengejar Juventus di puncak klasemen Liga Italia. ”Si Elang Biru” takluk dalam empat laga dari enam laga terakhir dan mulai berpikir realistis untuk meraih ”scudetto”.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
ROMA, MINGGU — Kepak sayap ”Si Elang Biru”, Lazio, kehilangan daya kala sedang memburu ”Si Nyonya Besar”, Juventus, di puncak klasemen. Pascakompetisi dimulai kembali per 20 Juni, Lazio digadang sebagai penantang utama Juventus dalam perebutan scudetto atau juara Serie A musim ini. Nyatanya, Lazio justru melempem dengan empat kekalahan dari enam laga terakhir. Mereka pun kian menjauh dari Juventus yang kokoh di singgasana klasemen.
Lazio sedang terpuruk. Sebagai klub yang paling ngotot Serie A musim ini dilanjutkan lagi setelah penguncian Italia oleh Covid-19 per 10 Maret lalu, Senad Lulic dan kawan-kawan justru tidak bisa mengambil momentum untuk menyalip Juventus tatkala kompetisi musim sudah berjalan kembali.
Sebelum penguncian sementara (lockdown) Italia, Lazio di peringkat kedua dengan 62 poin dari 26 laga atau hanya terpaut satu poin dari Juventus di peringkat pertama dengan 63 poin dari 26 laga. Setelah kompetisi berlanjut kembali, mereka tetap di peringkat kedua tetapi selisih poin mereka kian menjauh dari Juventus.
Setelah enam laga yang dilalui atau hingga pekan ke-32, Lazio hanya mendapatkan tambahan enam poin atau total baru mengumpulkan 68 poin dari 32 laga. Akibatnya, mereka menjauh menjadi delapan poin dari Juventus dengan 76 poin dari 32 laga. Bahkan, posisi mereka justru terancam oleh tim penuh kejutan, Atalanta, di peringkat ketiga dengan 67 poin dari 32 laga dan Inter Milan di peringkat keempat dengan 65 poin dari 31 laga.
Grafik Lazio menjadi yang terburuk dari empat klub di empat besar klasemen. Betapa tidak, mereka mengalami empat kekalahan dari enam laga terakhir, yakni 2-3 dari Atalanta (Kamis, 25/6/2020), 0-3 dari AC Milan (Minggu, 5/7/2020), 1-2 dari Lecce (Rabu, 8/7/2020), dan 1-2 dari Sassuolo (Sabtu, 11/7/2020). Mereka hanya meraih dua kemenangan, yakni 2-1 atas Fiorentina (Minggu, 28/6/2020) dan 2-1 atas Torino (Rabu, 1/7/2020).
Lazio ada masalah pada konsentrasi pemain di lini pertahanan, terutama pada menit-menit akhir laga. Terbukti, dari tiga kekalahan yang ada, Lazio selalu kalah setelah memimpin terlebih dahulu. Ketika kalah dari Atalanta 2-3, mereka sempat memimpin dua gol sebelum mendapatkan comeback atau kebobolan tiga gol.
Saat kalah dari Lecce 1-2, Lazio sempat memimpin satu gol sebelum kebobolan dua gol. Terakhir, saat kalah dari Sassuolo 1-2 dalam pekan ke-32 di Stadion Olimpico, Roma, Sabtu malam, mereka pun sempat memimpin satu gol lewat lesatan gelandangnya, Luis Alberto, pada menit ke-33 sebelum kebobolan dua gol oleh penyerang Sassuolo, Giacomo Raspadori, menit ke-52 dan penyerang pengganti Sassuolo, Francesco Caputo, menit ke-90.
Cedera jadi petaka
Pelatih Lazio Simone Inzaghi, dikutip Football-Italia, Sabtu, mengatakan, penyebab buruknya performa Lazio akhir-akhir ini karena rentetan cedera yang dialami sejumlah pemain mereka. Setidaknya, mereka telah kehilangan pemain kunci dalam beberapa laga terakhir, seperti Senad Lulic, Lucas Leiva, Danilo Cataldi, Joaquin Correa, Adam Marusic, dan Bobby Adekanye.
”Para pemain telah memberikan segalanya. Tetapi ini saja belum cukup. Sulit bagi kami menjalani serangkaian laga akhir-akhir ini. Sassuolo memiliki opsi untuk mengganti sembilan dari 11 pemain dua hari sebelum laga ini dimulai, sedangkan kami tidak bisa,” ujar Inzaghi menyesali banyaknya pemain Lazio yang cedera.
Direktur Olahraga Lazio Igli Tare, dikutip Sky Sport Italia, Sabtu, menegaskan, mereka kehilangan 14 pemain karena cedera ataupun larangan bermain. Kondisi seperti itu tidak mungkin membuat timnya mampu memberikan kemampuan 100 persen saat berlaga setiap tiga hari. Adapun rentetan cedera itu terjadi karena pemain harus menjalani laga yang amat ketat setelah kompetisi musim ini dimulai lagi.
Mulai realistis
Pasca-rentetan hasil buruk tersebut, lambat laun, kubu Lazio yang semula begitu yakin bisa meraih scudetto ketiga sepanjang sejarah mereka di musim ini akhirnya mulai berpikir realistis. ”Berbicara tentang scudetto selalu sedikit berlebihan. Kita harus melihat kenyataan yang ada,” ujar Inzaghi.
Tak pelak, saat ini, Lazio mengalihkan targetnya untuk mengamankan posisi di peringkat kedua, terutama dari kejaran Atalanta dari peringkat ketiga dan Inter dari peringkat keempat. Secara keseluruhan, mereka berupaya menjaga agar tiket ke Liga Champions musim depan tidak melayang. ”Kami membutuhkan beberapa poin lagi karena scudetto (target utama) kami adalah lolos ke Liga Champions musim depan,” kata Inzaghi.
Adapun rentetan hasil buruk itu turut mendapatkan reaksi negatif dari para pendukung garis keras Lazio. Bahkan, mereka menghina para pemain Lazio yang tidak mampu meraih kemenangan di dua laga terakhir. Hinaan itu disampaikan secara langsung ataupun melalui media sosial.
Bahkan, penyerang Lazio, Ciro Immobile, sampai mengeluarkan keterangan tertulis di akun Instagram-nya seusai laga menghadapi Sassuolo. Pemain berusia 29 tahun itu meminta suporter yang kecewa tidak turut menghina keluarga pemain. ”Saya minta Anda semua untuk meninggalkan keluarga saya. Jika Anda ingin menulis hal-hal buruk dan menghina, lakukan itu langsung kepada saya. Keluarga saya tidak ada hubungan dengan semua ini,” ujarnya.