Apresiasi patut diberikan pada pasukan muda pelatnas pratama yang bermotivasi besar melawan senior mereka dalam Mola TV PBSI Home Tournament. Para pemain tunggal putra yunior mampu memberikan perlawanan ketat.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Tak ada yang bisa membendung Anthony Sinisuka Ginting dalam menjuarai tunggal putra “Mola TV PBSI Home Tournament” yang berlangsung 8-10 Juli. Meski demikian, apresiasi patut diberikan pada pasukan muda pelatnas pratama yang bermotivasi besar memberi perlawanan pada senior mereka.
Anthony mempertahankan reputasi sebagai tunggal putra Indonesia terbaik saat ini setelah mengalahkan Shesar Hiren Rushtavito di final. Dalam pertandingan di pelatnas bulu tangkis Indonesia, Cipayung, Jakarta, Jumat (10/7/2020), Anthony menang, 21-19, 21-15.
Mereka menjadi bagian dari 16 peserta tunggal putra turnamen internal pelatnas bulu tangkis Indonesia ini. Diselenggarakan setiap Rabu-Jumat untuk setiap nomor, turnamen dimulai dengan ganda putra pada 24-26 Juni, ganda campuran (1-3 Juli), lalu tunggal putra pada pekan ini. Dua nomor berikutnya yang akan berlangsung adalah ganda putri, diikuti tunggal putri.
Dari 16 atlet tunggal putra, yang dibagi dalam empat grup dalam penyisihan, sembilan di antaranya adalah pemain pelatnas pratama. Hanya dua di antara mereka yang lolos ke perempat final, yaitu Alvi Wijaya Chairullah (17 tahun) dan Tegar Sulistio (18).
Sebelum itu, Tegar mengalahkan perempat finalis Kejuaraan Dunia Yunior 2019, Bobby Setiabudi, pada penyisihan grup. Namun, langkahnya dihentikan Shesar, sementara Alvi dikalahkan Anthony.
Pemain muda lain yang mampu memberikan perlawanan ketat pada senior mereka adalah Yonathan Ramlie (19), salah satunya pada tunggal putra peringkat ketujuh dunia, Jonatan Christie. Yonathan, semifinalis Kejuaraan Dunia Yunior 2019, juga, memaksa Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay bermain selama 1 jam 26 menit, meski akhirnya kalah 21-19, 15-21, 19-21. Itu menjadi laga terpanjang turnamen ini.
Muhammad Asqar Harianto, bahkan, menahan sakit karena kram kaki kanan hingga muntah, juga, ketika berhadapan dengan Ikhsan. Semangat pantang menyerah pemain berusia 17 tahun itu akhirnya harus kalah dengan rasa nyeri yang tak bisa ditahan, hingga dia kesulitan berjalan.
Semangat anak-anak muda itu mendapat apresiasi dari pelatih, pengurus, termasuk pemain senior. "Alvi pemain muda dan baru gabung ke pelatnas. Dia belum banyak pengalaman, tetapi menjadi salah satu pemain potensial. Untuk itu, masih banyak kemampuan yang harus ditingkatkan,” tutur Anthony setelah mengalahkan Alvi pada perempat final.
Pelatih tunggal putra pelatnas pratama Jeffer Rosobin juga memuji semangat juang anak-anak asuhannya. “Level mereka dengan Anthony dan kawan-kawan berbeda, jadi permainan anak-anak pratama masih dikontrol senior. Tetapi, dengan adanya turnamen ini, mereka bisa belajar dari para senior untuk bisa mengatasi tekanan dalam pertandingan,” tutur Jeffer.
Apresiasi serupa disampaikan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti yang selalu memantau turnamen. Susy puas karena pemain-pemain pelatnas pratama telah memperlihatkan daya juang mereka.
“Pengalaman dan kualitas masih kalah, tetapi, ini bagus sebagai bahan evaluasi latihan mereka khususnya pada saat tidak ada turnamen karena pandemi Covid-19,” kata Susy.
Atas inisiatif atlet dan pelatih, Turnamen Mola TV PBSI diselenggarakan untuk mengisi kekosongan kejuaraan karena Covid-19. Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) menghentikan turnamen sejak pertengahan Maret. Meski berencana menggulirkan kembali kompetisi pada Agustus, kepastian penyelenggaraan tergantung pada perkembangan situasi akibat pandemi, khususnya di negara yang menjadi tuan rumah.
Jeffer juga mengatakan, penampilan Alvi dan kawan-kawan akan menjadi bahan evaluasi untuk program latihan berikutnya. “Meski latihan belum dilakukan dengan program penuh, karena lebih difokuskan untuk menjaga kondisi kesehatan atlet, kualitas mereka harus dijaga. Pemain harus disiapkan untuk mengatasi tekanan besar dalam pertandingan. Faktor teknis dan non teknis, juga akan dievaluasi secara menyeluruh,” lanjut Jeffer.
Kurangi kesalahan
Anthony dan Shesar, juga, akan menjadikan penampilan mereka selama turnamen untuk bahan evaluasi dalam latihan berikutnya. Shesar, yang unggul atas Anthony pada awal hingga menjelang akhir gim pertama tak puas dengan penampilannya di final. Setelah tak terkalahkan sejak penyisihan grup hingga semifinal, pemain peringkat ke-18 dunia itu tak bisa mengimbangi kecepatan Anthony pada laga puncak.
“Setelah unggul, saya kehilangan fokus. Akibatnya, banyak membuat kesalahan dan justru banyak memberi peluang Anthony untuk menyerang. Sementara, Anthony bermain efisien dalam meraih poin,” tutur Shesar, mempelajari penampilannya di final.
Anthony pun memberi catatan pada penampilannya yang masih banyak membuat kesalahan. “Itu tidak boleh terjadi pada turnamen resmi. Saya harus memperbaikinya,” katanya.