Meski tak maksimal, Jonatan Christie memanfaatkan turnamen internal PBSI untuk menguji kualitas pukulan saat reli panjang, sesuai yang didapatnya saat latihan. Jojo untuk sementara memimpin Grup H dengan dua kemenangan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Karena tak ada turnamen resmi yang diselenggarakan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Jonatan ”Jojo” Christie menjadikan Mola TV PBSI Home Tournament sebagai ajang tolok ukur latihan yang dilakukannya dalam empat bulan terakhir. Jojo tak ingin hanya mengejar kemenangan dalam turnamen ini.
Jojo memenangi dua pertandingan pada Grup H yang dijalani di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, salah satunya atas Yonathan Ramlie, 22-20, 21-13, pada Rabu (8/7/2020) sore. Yonathan adalah semifinalis Kejuaraan Dunia Yunior Bulu Tangkis 2019 di Kazan, Rusia.
Pada sesi pagi, Jojo mengalahkan Muhammad Asqar Harianto, 21-13, 21-16. Asqar (17) adalah salah satu dari sembilan pemain pelatnas pratama yang ikut serta dalam turnamen internal pelatnas bulu tangkis Indonesia ini.
Mereka berada dalam rentang usia 16-19 tahun dan empat di antaranya masih berkompetisi di kategori yunior, yaitu Asqar, Alvi Wijaya Chairullah, Tegar Sulistio, dan Muhammad Sultan Nurhabibullah Mayang.
”Karena tidak ada turnamen lain, saya mencoba menerapkan apa yang sudah dilakukan di latihan pada turnamen ini. Saya juga mencoba menyesuaikan diri lagi tampil dalam pertandingan setelah beberapa bulan tidak ada turnamen,” kata Jojo.
Salah satu hal yang ingin dipraktikkannya dalam pertandingan adalah menguji kualitas pukulan saat terjadi reli panjang. Ternyata hal itu tak mudah dilakukan.
”Meski ini turnamen internal pelatnas, atmosfernya tetap beda. Rasa ingin menangnya lebih tinggi dibandingkan dengan target mempraktikkan apa yang dilakukan di latihan. Namun, saya bisa mendapat tiga hingga lima poin melalui pukulan-pukulan yang saya mau, rasanya tidak terlalu jelek,” kata tunggal putra peringkat ketujuh dunia tersebut.
Seperti pebulu tangkis lain, Jojo tak memiliki kesempatan untuk menguji kemampuannya karena kompetisi dihentikan Federasi Bulu Tangkis Dunia akibat pandemi Covid-19. Turnamen dihentikan sejak pertengahan Maret, seusai All England, 11-15 Maret.
Pada turnamen itu pula, Jojo dan pemain-pemain elite dunia lainnya tampil terakhir kali. Jojo adalah satu dari empat tunggal putra Indonesia yang tampil di All England 2020, dan langkahnya dihentikan Lee Zii Jia (Malaysia) di babak pertama.
Pada Turnamen Mola TV PBSI yang diselenggarkaan setiap Rabu-Jumat sejak 24-26 Juni, Jojo tampil bersama 15 tunggal putra lain. Persaingan dimulai dengan babak penyisihan yang dibagi dalam empat grup, yaitu Grup E, F, G, dan H. Dua peringkat teratas setiap grup lolos ke perempat final.
Mundur
Dengan dua kemenangan pada hari Rabu itu, Jojo pun memimpin klasemen Grup H, unggul atas Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, Yonathan, dan Asqar yang mengundurkan diri dari turnamen. Asqar tak bisa menyelesaikan pertandingan melawan Ikhsan saat tertinggal, 21-15,12-21, 1-3, karena kram pada kaki kanan.
”Asqar sepertinya sudah tidak kuat, tetapi tetap memaksakan diri untuk main. Tadi, dia muntah, tetapi tetap belum mau mundur. Pada gim ketiga, jalannya sampai diseret, lalu berhenti setelah tidak bisa jalan. Sebagai pemain muda, semangat tidak mau kalahnya memang tinggi,” tutur Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Susy Susanti.
Selain Asqar, Firman Abdul Kholik juga tak dapat menyelesaikan turnamen karena sakit. Firman hanya menjalani satu pertandingan di Grup F, kalah dari Alvi, 12-21, 17-21. Grup F pun dipastikan dijuarai Chico Aura Dwi Wardoyo yang dua kali menang atas Alvi dan Yohanes Saut Marcelino dengan skor 21-11, 21-12.
Pada Grup E, tunggal putra nomor satu Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, memimpin klasemen dengan kemenangan atas Tegar dan Bobby Setiabudi. Adapun Grup G dipimpin pemain senior lainnya, Shesar Hiren Rushtavito, yang juga dua kali menang. Namun, Shesar kehilangan satu gim ketika berhadapan dengan Karono dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 12-21, 21-15, 21-11.
Dalam laman PBSI, Shesar menjelaskan, kekalahan pada gim pertama terjadi karena dia kalah cepat dari Karono, terutama dalam inisiatif untuk menyerang lebih dulu. Pemain peringkat ke-18 dunia itu pun mengubah taktik dengan berusaha menguasai permainan di lapangan depan untuk mendapat lebih banyak kesempatan menyerang.