Arsenal sampai saat ini masih kesulitan mencegah striker Leicester City, Jamie Vardy, membobol gawang mereka. Ketidakmampuan itu membuat Arsenal harus mulai mengubur mimpi finis di peringkat empat besar Liga Inggris.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
LONDON, RABU — Striker Leicester City, Jamie Vardy, masih menjadi mimpi buruk Arsenal ketika kedua tim bertemu pada laga di Stadion Emirates, Rabu (8/7/2020) dini hari WIB. Ketika laga hampir berakhir, Vardy menggagalkan kemenangan Arsenal dan membuat laga tersebut berakhir imbang 1-1.
Arsenal unggul lebih dulu setelah Pierre-Emerick Aubameyang mencetak gol pada menit ke-21. Permainan Arsenal pada babak pertama masih solid dan gol Aubameyang itu menambah kepercayaan diri para pemain.
Namun, petaka datang ketika bintang muda Arsenal, Eddie Nketiah, mendapat kartu merah setelah melanggar James Justin pada menit ke-75. Pelanggaran keras itu terjadi empat menit setelah Nketiah masuk menggantikan Alexandre Lacazette. Dengan 10 pemain, pertahanan tim ”Meriam London” semakin terbuka.
Vardy kemudian mendapatkan momentum untuk menyamakan kedudukan pada menit ke-84 setelah mendapat umpan cerdik dari Demarai Gray. Ini merupakan gol Vardy yang ke-22 di Liga Primer musim ini sekaligus mengantarnya ke puncak daftar sementara pencetak gol terbanyak musim ini.
Pencapaian lain Vardy yang tidak kalah spesial adalah produktivitasnya mencetak gol ke gawang Arsenal. Sejak tampil di Liga Primer bersama Leicester, Vardy telah menjalani 10 laga melawan Arsenal sebagai pemain mula. Dalam 10 laga itu pula Vardy mampu membobol gawang Arsenal 10 kali.
Striker tim nasional Inggris itu menjadi pemain keempat yang mampu mencetak lebih dari 10 gol ke gawang Arsenal. Ia mengikuti jejak Wayne Rooney 12 gol serta Robbie Fowler dan Harry Kane yang masing-masing juga mencetak 10 gol.
Artinya, Vardy berturut-turut menikmati pencapaian luar biasa pada pekan ini karena pada tiga hari sebelumnya ia merayakan gol ke-100 selama berkarier di Liga Inggris. Kabar baik bagi Leicester yang memang membutuhkan ketajaman di lini serang untuk mempertahankan posisinya di peringkat empat besar.
Sejak paruh kedua musim ini, Leicester kerap kehilangan poin dan serangan mereka tidak lagi tajam. Namun, sejak kompetisi Liga Inggris kembali bergulir pada pertengahan Juni lalu, ”Si Rubah” perlahan kembali ganas meski posisinya di klasemen saat ini melorot.
Leicester kini berada di peringkat keempat dengan 59 poin, sedangkan tempat mereka di peringkat ketiga telah direbut Chelsea dengan 60 poin. Pada laga lainnya, Rabu dini hari ini, Chelsea mengalahkan Crystal Palace 3-2.
Manajer Leicester City Brendan Rodgers mengaku tetap bersyukur mendapat hasil imbang karena Arsenal juga tim yang tangguh. Sebelum menjamu Leicester, Arsenal telah memenangi empat laga terakhirnya di semua kompetisi.
”Arsenal sedang berlari, tetapi kami datang ke sini (Stadion Emirates) dan masih bisa tampil bagus. Kami tidak kalah jadi ini bagus untuk mempertahankan semangat kami,” kata Rodgers. Hasil imbang itu tetap membuat Leicester berpeluang besar meraih tiket Liga Champions musim depan.
Namun, Rodgers harus waspada karena mereka kini dibayangi Manchester United yang berada di peringkat kelima dengan 55 poin atau empat poin di bawah Leicester. Mereka masih punya empat laga tersisa untuk tetap mempertahankan posisi tersebut.
Harapan pupus
Sebaliknya, harapan Arsenal finis di peringkat keempat tampak pupus. Mereka tertinggal sembilan poin di bawah Leicester dan berada di peringkat ketujuh. Target realistis Arsenal tinggal meraih tiket Liga Europa dengan finis di peringkat kelima atau keenam klasemen Liga Inggris. Cara lain adalah dengan memenangi Piala FA karena mereka masih akan menghadapi Manchester City pada babak semifinal.
Manajer Arsenal Mikel Arteta menyatakan timnya layak mendapatkan hasil imbang melawan Leicester. Ia pun mendapat pelajaran penting dari laga ini. ”Kami harus belajar, ketika menghadapi lawan seperti ini (Leicester), kami harus segera mengunci kemenangan,” katanya.
Artinya, Arsenal tidak boleh lagi mengurangi tekanan setelah bisa mencetak gol. Apalagi bersikap ceroboh sehingga membuahkan kartu merah dan merugikan tim secara keseluruhan. ”Sudah empat kali sejak saya berada di sini (melatih Arsenal) kami bermain hanya dengan 10 orang (karena salah satu pemain mendapat kartu merah). Kami harus merefleksikan pengalaman ini,” ujar Arteta dikutip BBC. (AFP/REUTERS)