Konsistensi menjadi modal yang sangat dibutuhkan Manchester City untuk meraih target tersisa di ajang Piala FA dan Liga Champions. Laga kontra Newcastle United akan menguji konsistensi mereka.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MANCHESTER, SELASA — Manajer Manchester City Pep Guardiola telah mempersembahkan delapan trofi kompetisi domestik sejak musim 2017-2018. Kejayaan tersebut bisa saja berakhir musim ini jika tim masih kerap ceroboh. Persaingan sudah bertambah keras dan City perlu berbenah.
Inilah peringatan dari Guardiola untuk para pemainnya jelang laga Liga Inggris lawan Newcastle United, di Stadion Etihad, Kamis (9/7/2020) pukul 00.00 WIB. Ia menuntut para pemainnya memanfaatkan lima laga terakhir di Liga Inggris musim ini untuk membangun konsistensi permainan.
”Kami berada pada titik ketika kami sering melakukan kesalahan dalam laga tertentu dan lawan akhirnya menghukum kami,” ujar Guardiola seperti dikutip Manchester Evening News, Selasa (7/7/2020). Kesalahan kecil yang dilakukan satu pemain City cukup untuk menghasilkan kekalahan yang menyakitkan.
Laga terakhir City melawan Southampton yang berakhir dengan kekalahan 0-1 adalah salah satu contohnya. Akibat kecerobohan bek City, Oleksandr Zinchenko, bola terlepas dan Southampton ”menghukum” tamunya dengan gol dari Che Adams. Kekalahan itu terjadi ketika City baru saja mengalahkan Liverpool, 4-0, tiga hari sebelumnya.
Sulit bagi Guardiola untuk menjelaskan kekalahan tersebut. Musim ini, City telah menelan sembilan kekalahan dan membuat mereka tidak lagi bisa bersaing ketat dengan Liverpool seperti musim lalu. Kekalahan dari Southampton membuat Guardiola merasakan kekalahan tandang tiga kali beruntun, untuk pertama kalinya sejak menjadi pelatih.
City, menurut Guardiola, masih tetap bermain dengan karakter mereka yang terus menekan hingga akhir dan mendominasi penguasaan bola. Ketika melawan Southampton, mereka menguasai bola 73,7 persen dan melepaskan 26 tembakan. Namun, usaha itu tak cukup menghasilkan gol.
Guardiola pun ingat hal serupa pernah terjadi ketika mereka menjamu Tottenham Hotspur di Etihad dengan hasil imbang 2-2. City menembak lebih dari 20 kali, sedangkan Spurs hanya mencatat dua tembakan tepat ke arah gawang. Pada laga itu, Spurs mengingatkan City, permainan posesif Guardiola belum tentu menghasilkan serangan yang efektif.
Apabila masalah ini dibiarkan, target tersisa City musim ini bisa lepas dari genggaman. City berusaha menambah poin untuk mengamankan tiket Liga Champions musim depan di peringkat empat besar. Usaha itu bisa sia-sia jika City diputuskan terbukti melanggar aturan financial fair play dan dilarang tampil di Liga Champions pada dua musim ke depan. Keputusan itu akan diumumkan pada 13 Juli.
Selain itu, City akan menghadapi Arsenal pada laga semifinal Piala FA dan menghadapi Real Madrid pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions musim ini. ”Kalau kesalahan seperti lawan Southampton atau Spurs terulang lagi, kami akan tersingkir. Arsenal dan Real yang akan terus melaju. Itu kenyataan yang harus kami siap hadapi,” kata Guardiola.
Laga kontra Newcastle akan menjadi pembuktian bagi Guardiola dan City atas komitmen mereka untuk berbenah. Akhir Juni lalu, City mengalahkan Newcastle, 2-0, pada laga perempat final Piala FA. Di atas kertas, City jauh lebih unggul, tetapi mereka tidak bisa meremehkan ”The Magpies”.
”Mereka selalu bisa mengancam dan tim yang memiliki kemampuan fisik yang bagus. Semoga kami bisa mengulang kemenangan seperti pada laga Piala FA lalu,” ujar Guardiola.
Newcastle saat ini berada di peringkat ke-12 dengan 43 poin, jumlah poin yang sama dengan Southampton. Manajer Newcastle Steve Bruce pun sudah mengeluarkan peringatan kepada Guardiola. ”Keindahan dari Liga Primer adalah ketika tim semenjana bisa memberi perlawanan. Kami perlu lebih agresif lagi (lawan City),” kata Bruce dikutip BBC.
Kemenangan Spurs
Pada laga lainnya yang berlangsung Selasa dini hari WIB, Tottenham Hotspur menawarkan ”keindahan” lainnya saat mengalahkan Everton, 1-0, yaitu saat para pemain Spurs bertengkar. Kiper Spur, Hugo Lloris, dan penyerang Son Heung-min sempat saling dorong saat babak pertama usai. Para pemain Spurs lainnya sampai harus melerai kedua pemain itu.
Lloris menuduh Son tidak bertanggung jawab karena membiarkan pemain menguasai bola dan menciptakan peluang gol. Pada babak kedua, Lloris dan Son sudah tampak akur lagi. ”(Pertengkaran) itu adalah sesuatu yang indah. Sang kapten (Lloris) meminta Son untuk tampil lebih bagus lagi,” ujar Mourinho.
Menurut Mourinho, ini merupakan sinyal positif bahwa para pemain masih bersemangat. Energi seperti ini sangat dibutuhkan Spurs yang sedang mencari konsistensi, sama seperti City. (AFP/REUTERS)