Werder Bremen lolos dari ancaman degradasi di Bundesliga Jerman. Sementara itu, Heidenheim gagal melanjutkan ”dongeng” untuk lolos pertama kali ke kasta tertinggi di Liga Jerman.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
HEIDENHEIM, SELASA — Setelah menjalani musim terburuk selama 38 tahun berkiprah di Bundesliga 1 Jerman, Werder Bremen lolos dari ancaman degradasi setelah unggul agregat gol tandang melawan tim Bundesliga 2, Heidenheim 1846. Bermain imbang 2-2 di markas Heidenheim, Stadion Voith-Arena, Selasa (7/7/2020) dini hari WIB, cukup mengantarkan ”Die Werderaner” bertahan di kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Jerman.
Di Jerman, dua tim terbawah Bundesliga, yakni peringkat ke-17 dan ke-18, dihukum otomatis degradasi ke Bundesliga. Posisi mereka digantikan dua tim peringkat tertinggi di Bundesliga 2. Musim ini, Fortuna Dusseldorf dan Paderborn terdegradasi dari Bundesliga 1. Sebagai gantinya, Arminia Bielefeld dan VFB Stuttgart akan kembali ke Bundesliga 1 musim depan.
Selain itu, play off promosi-degradasi dilangsungkan untuk memperebutkan satu tiket akhir di Bundesliga 1 musim depan. Play off berlaku untuk tim peringkat 16 Bundesliga melawan peringkat 3 di Bundesliga 2. Atas aturan itu, Werder Bremen yang berada di posisi ke-16 Bundesliga 1 menghadapi Heidenheim yang berada di posisi ketiga Bundesliga 2.
Dalam dua kali laga play off promosi-degradasi Bundesliga musim 2019/2020, Bremen tidak mampu mengalahkan Heidenheim. Kedua tim bermain imbang 0-0 di Weserstadion, kandang Bremen, Jumat lalu. Alhasil, dua gol yang dicetak Bremen melalui gol bunuh diri bek Heidenheim, Norman Theuerkauf, dan Ludwig Augustinsson, semalam, cukup mengubur impian Heidenheim bermain untuk pertama kali di Bundesliga 1.
Padahal, Heidenheim mampu mengimbangi Bremen lewat dwigol pemainnya, Tim Kleindienst.
”Performa kami di musim ini seperti terjun bebas dibandingkan dengan raihan di musim lalu. Musim ini sangat menyesakkan bagi Bremen, tetapi kami masih bertahan di Bundesliga (1) musim depan,” kata Pelatih Bremen Florian Kohfeldt, seperti dikutip Kicker.
Kohfeldt juga mengapresiasi kekuatan mental anak asuhannya yang mampu menjawab kritik terhadap timnya karena menjalani musim terburuk setelah promosi ke Bundesliga pada musim 1981-1982. Setelah promosi pada 38 tahun silam, posisi ke-16 di musim ini adalah peringkat terendah yang dicapai Die Werderaner.
Saya patut memberikan kredit kepada seluruh pemain. Kami telah dianggap habis oleh banyak pihak, tetapi pemain saya mampu berjuang hingga akhir.
”Saya patut memberikan kredit kepada seluruh pemain. Kami telah dianggap habis oleh banyak pihak, tetapi pemain saya mampu berjuang hingga akhir,” kata pelatih berusia 37 tahun itu.
Adapun pada musim 2018-2019, Bremen finis di posisi kedelapan, sementara di musim ini Bremen hanya mampu mengumpulkan 31 poin. Jumlah poin itu adalah yang terburuk sejak tim itu kembali ke Bundesliga 1 pada musim 1981-1982.
Di era liga utama Jerman menggunakan format baru yang disebut Bundesliga sejak musim 1963-1964, Bremen baru satu kali terdegradasi ke Bundesliga 2, yakni pada musim 1979-1980. Kala itu, tim asuhan Fritz Langner finis di peringkat ke-17 dari 18 kontestan. Bremen turun kasta setelah menang 11 kali, 3 kali seri, dan 20 kali kalah sehingga hanya mengumpulkan 36 poin dari 34 laga.
Titik balik bagi Bremen terjadi ketika pelatih legendaris, Otto Rehhagel, mengambil alih kursi pelatih pada musim perdana di Bundesliga 2 pada musim 1980-1981. Bersama Rehhagel, Bremen mampu juara Bundesliga 2 di musim perdananya di kasta kedua dan otomatis mampu meraih tiket ke Bundesliga 1 di musim berikutnya.
Rehhagel menjadi pelatih yang paling lama menukangi Bremen. Di bawah arahan Rehhagel pada periode 1980 hingga 1995, Bremen menjadi tim papan atas Liga Jerman, termasuk dua kali menjadi juara Bundesliga 1 pada musim 1987-1988 dan 1992-1993.
Setelah era Rehhagel, Bremen baru satu kali meraih trofi Bundesliga, yaitu pada musim 2003-2004 di bawah kendali pelatih Thomas Schaaf. Secara total, Bremen telah memiliki empat trofi Bundesliga 1. Gelar pertama diraih Die Werderaner pada musim 1964-1965.
Kekalahan brutal
Kegagalan lolos ke Bundesliga 1 itu terasa menyesakkan bagi Heidenheim. Pasalnya, mereka tidak kalah dari Bremen.
”Kami tidak kalah dalam dua laga, tetapi kami gagal mewujudkan mimpi bermain di Bundesliga. Rasanya ini merupakan hasil yang brutal bagi kami,” kata Pelatih Heidenheim Frank Schmidt.
Meskipun kecewa, Schmidt, yang membawa Heidenheim menduduki peringkat ketiga di Bundesliga 2 musim ini, bertekad berjuang lebih keras musim depan untuk lolos ke Bundesliga 1. ”Kami merasakan hari yang buruk, tetapi kami akan bangkit dan bekerja keras lagi,” tutur Schmidt.
Kleindienst, pencetak dua gol Heidenheim di laga itu, mengatakan, timnya telah berjuang hingga menit akhir untuk bangkit setelah tertinggal dua kali oleh Bremen. ”Hasil akhir menyakitkan dan pahit. Kami butuh beberapa hari untuk melupakan kekalahan ini,” ujar Kleindienst.
Meskipun telah 173 tahun berdiri, Heidenheim mengalami jatuh bangun beberapa kali akibat prestasi buruk dan masalah finansial. Hingga akhirnya Heindenheim terbentuk kembali pada 2004 dan berkompetisi di kasta keempat Liga Jerman yang memainkan liga secara regional. Pada 2009, Heidenheim promosi ke Bundesliga 3, lalu klub itu masuk ke Bundesliga 2 pada 2014.
Klausul transfer
Setelah memastikan bertahan di Bundesliga 1, Bremen harus membayar 11 juta euro (Rp 179 miliar) untuk menebus klausul transfer dua pemain pinjaman yang disepakati di awal musim ini. Die Werderaner wajib menebus klausul pembelian Omer Toprak sebesar 4 juta euro (Rp 65 miliar) dari Borussia Dortmund. Selain itu, Bremen juga harus membayar klausul transfer Leonardo Bittencourt sebesar 7 juta euro (Rp 113 miliar) kepada TSG Hoffenheim.
Toprak dan Bittencourt menjalani masa peminjaman di musim ini sebelum Bremen wajib membayar uang transfer di awal musim depan. Seandainya Bremen terdegradasi ke Bundesliga 2, kewajiban dua transfer itu batal. (AFP)