Tukar guling Arthur Melo dan Miralem Pjanic dilakukan atas kebutuhan peremajaan tim di Juventus. Adapun Barcelona menjadikan transfer itu sarana menyeimbangkan neraca finansial mereka yang negatif akibat pandemi.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
TURIN, SELASA — Kesuksesan merekrut Arthur Melo di jendela transfer musim panas ini adalah wujud nyata ambisi revolusi Juventus untuk melanjutkan kedigdayaannya di Italia dan menguasai kembali Eropa. Arthur, yang didatangkan dari Barcelona, merupakan pemain yang bisa melengkapi kepingan skema ”Sarriball” di Juve.
Demi merekrut Arthur, Juve harus melepas gelandang kreatif, Miralem Pjanic, plus uang senilai 12 juta euro atau Rp 193 miliar yang dicicil empat tahun, ke Barca. Tak ayal, transfer itu disebut sebagai tukar guling pemain, hal yang diprediksi bakal menjadi kewajaran baru di sepak bola pada era pandemi.
Menurut Football-Italia, kesepakatan transfer Pjanic-Arthur yang diumumkan pada Senin (29/6/2020) adalah bentuk kecerdikan Juve. Klub Italia itu selama ini dinilai kerap menggaet pemain bintang secara murah, bahkan gratis, macam Cristiano Ronaldo, Andrea Pirlo, dan Aaron Ramsey.
”Juve menang besar dengan (transfer) Arthur,” tulis media daring ternama di Italia itu.
Arthur, yang berusia 23 tahun, merupakan bentuk upaya peremajaan Juve. Sebanyak 24 pemain Juve memiliki rata-rata usia 29,6 tahun sehingga menjadi tim paling tua di Liga Italia musim ini. Di posisi gelandang utama, hanya Rodrigo Bentancur dan Adrien Rabiot yang berusia kurang dari 30 tahun.
Di sisi lain, Juve belum memiliki regista alias gelandang pengatur permainan yang energik, berteknik tinggi, sekaligus kreatif, seperti diinginkan pelatih Maurizio Sarri. Kebutuhan itu bisa dipenuhi Arhur setelah Juve gagal menggaet Jorginho, gelandang jangkar kesayangan Sarri yang membela Chelsea.
Potensi besar
Di Barca, Arthur sempat digadang-gadang sebagai penerus Xavi Hernandez yang telah pensiun. Penampilannya, yaitu 20 kali bersama tim nasional Brasil dan raihan Piala Libertadores 2017 dengan Gremio, menjadi pembuktian potensi besar Arthur. Padahal, ia belum memasuki periode emas kariernya.
Bersama Bentancur, Arthur akan menjadi senjata utama Juve mewujudkan revolusi permainan dalam skema ”Sarriball” yang belum sempurna berjalan di musim 2019-2020. Arthur bisa bermain sebagai regista maupun gelandang box-to-box karena punya mobilitas tinggi.
”Saya telah memerintahkan anggota tim pelatih mempelajari Arthur. Kami ingin segera membantunya menemukan posisi terbaik bagi kemampuannya,” ungkap Sarri dikutip Gazzetta dello Sport, kemarin.
Dari statistik di Liga Spanyol musim ini, Arthur unggul atas Pjanic dalam kemampuan yang dibutuhkan Sarri. Arthur menjadi pemain kedua dengan tingkat akurasi umpan terbaik di Liga Spanyol, yaitu 91,5 persen. Akurasi itu hanyalah kalah dari gelandang berpengalaman Real Madrid, Toni Kroos, yang memiliki akurasi umpan 92 persen. Adapun Pjanic hanya memiliki akurasi 89,9 persen.
Arthur juga telah 31 kali sukses menggiring bola, sedangkan Pjanic hanya 13 kali melakukan dribel menuju garis pertahanan lawan. Dari sisi kengototan merebut bola, Arthur juga punya persentase memenangi duel sebesar 66,7 persen. Sementara Pjanic hanya 48,7 persen unggul dalam duel perebutan bola.
Dia (Arthur) memang tidak punya fisik yang kokoh. Namun, ia cerdas dalam penempatan posisi. (Luiz Felipe Scolari)
Catatan itu membuat mantan Pelatih Timnas Brasil Luiz F Scolari menilai Arthur cocok dengan skema ”Sarriball”, yaitu pola permainan penguasaan bola tinggi lewat operan cepat dan dinamis, khususnya melalui lini sayap. ”Dia (Arthur) memang tidak punya fisik yang kokoh. Namun, ia cerdas dalam penempatan posisi,” ujar Scolari.
Keunggulan itu juga diakui kapten Barcelona, Lionel Messi. Menurut dia, pada kurun 2017-2019, Arthur adalah pembelian terbaik Barca. ”Gaya permainannya mengingatkan saya dengan Xavi Hernandez. Melihat permainannya seperti menyaksikan pemain hasil didikan La Masia (akademi Barcelona),” kata Messi tentang Arthur yang memiliki postur tubuh serupa Xavi, yakni setinggi 1,71 meter.
Meskipun keduanya telah sepakat berganti seragam, Arthur dan Pjanic baru bergabung dengan klub baru mereka setelah musim 2019-2020 selesai, yaitu pada Agustus.
Sejak memulai pembicaraan dengan tim ”Blaugrana” terkait pertukaran pemain, Juve sempat ditawari dua gelandang senior Barcelona, yaitu Ivan Rakitic dan Arturo Vidal. Menurut Tuttosport, Juve menolak tawaran dua pemain itu, Januari. Kemudian, pada awal April, dimulai kembali pembicaraan untuk menemukan peluang merekrut Arthur.
Sejak awal, Barca tertarik untuk mendatangkan Pjanic sehingga kedua klub berupaya mencari titik temu terkait proses tukar guling pemain. Meskipun dianggap rugi, karena mendapatkan pemain yang lebih tua tujuh tahun dari Arthur, Barca punya alasan kuat untuk mewujudkan transfer itu.
Sebelumnya, dilaporkan banyak pendukung Barca kecewa akibat transfer itu. Dalam surveinya, media Spanyol, Sport, bahkan mengungkap, 80 persen responden tidak setuju dengan kebijakan klub menukar guling Arthur-Pjanic. Tidak sedikit pula dari mereka yang berang.
”Apa yang kalian lakukan (Barca)? Saya tidak memahami apa pun (tujuan dari pertukaran Arthur),” ujar mantan pemain Barcelona, Ramon Caldere, lewat akun Twitter-nya.
Tekanan finansial
Namun, media Spanyol lainnya, Marca, menulis, Pjanic memiliki pengalaman dan kematangan yang tidak dimiliki Arthur maupun gelandang terbarunya, Frenkie de Jong. Jadi, Pjanic diharapkan bisa menghadirkan keseimbangan secara instan di lini tengah Barca.
Di lain pihak, transfer kedua pemain merupakan cara mengatasi tekanan finansial yang diderita Barca saat ini akibat pandemi Covid-19. Mereka tercatat merugi 114,1 juta euro atau Rp 1,8 triliun dari aktivitas transfer musim ini. Penjualan Arthur ke Juve, yaitu senilai 72 juta euro (di luar pembelian Pjanic), bisa mengurangi kerugian klub.
Gaji para pemainnya, seperti Lionel Messi, bahkan dipangkas hingga 70 persen guna mengurangi beban finansial itu. ”Alasan utama transfer itu adalah operasi finansial. Sebab, dari sudut pandang lainnya, pertukaran pemain itu tidak masuk akal, terutama dari faktor usia,” kata Jordi Grau, jurnalis sepak bola Spanyol. (AFP/Reuters/SAN)