Uji Coba ”Turnamen Baru” di AS Terbuka
Dunia olahraga mulai bangkit setelah lebih dari tiga bulan terhenti karena pandemi Covid-19. Beragam usaha dilakukan agar kegiatan olahraga bisa berjalan tanpa memicu meluasnya penyebaran virus korona baru.
Lebih dari tiga bulan setelah kompetisi dan turnamen terhenti karena pandemi Covid-19, sejumlah cabang olahraga mulai lebih serius mengusahakan kembalinya pertandingan. Protokol ketat diterapkan untuk beradaptasi dengan kondisi yang tidak mudah.
Geliat di lapangan tenis pada masa pandemi Covid-19 dimulai dengan digelarnya turnamen-turnamen ekshibisi di sejumlah negara dalam level lokal. Sebagian besar di antaranya, seperti yang digelar di Jerman, Perancis, dan Ceko diselenggarakan dengan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus.
Turnamen untuk petenis-petenis Jerman, Mei, menjadi turnamen ekshibisi pertama setelah panggung persaingan tenis internasional dihentikan sejak pertengahan Maret. Ajang ini diselenggarakan tanpa penonton dan setiap pertandingan hanya dipimpin satu petugas lapangan, yaitu wasit, tanpa penjaga garis dan pemungut bola. Penilaian untuk bola yang jatuhnya jauh dari wasit dilakukan sendiri oleh petenis.
Posisi kursi petenis diletakkan berseberangan, alih-alih ada di sisi kiri dan kanan wasit. Setelah pertandingan, bersalaman atau berpelukan antara kedua petenis digantikan dengan hanya menepukkan raket.
Turnamen Ultimate Tennis Showdown (UTS), yang digelar pelatih Serena Williams, Patrick Mouratoglou, di Perancis, dan kejuaraan beregu putri di Ceko dilakukan dengan protokol serupa.
Penerapan peraturan-peraturan baru dalam turnamen itu akan diuji dalam ajang besar, Grand Slam Amerika Serikat Terbuka di New York, 31 Agustus-13 September. Turnamen ini akan diselenggarakan tanpa perubahan jadwal.
Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) melakukan segala cara untuk menciptakan safety bubble, lingkungan tertutup yang aman bagi semua partisipan. Tanpa kehadiran banyak orang, Grand Slam di New York itu akan menjadi AS Terbuka virtual.
AS Terbuka akan dirangkaikan dengan ATP/WTA Cincinnati, yang biasanya diselenggarakan di Mason, Ohio, pada tempat yang sama. Turnamen level tinggi dalam kalender ATP dan WTA itu akan menjadi pemanasan dan promosi AS Terbuka.
Untuk menjamin keamanan dan kesehatan partisipan, terutama atlet, banyak skenario disiapkan. Sebagai pengganti karantina dua pekan, semua peserta akan menjalani tes Covid-19 begitu tiba di hotel. Tes juga akan dijalani setidaknya sekali setiap pekan pada masa turnamen.
Dua hotel resmi disiapkan dengan jatah dua kamar untuk setiap peserta, setiap kamar diisi maksimal dua orang. Jika tak ingin menggunakan hotel, petenis diperbolehkan menyewa rumah di luar wilayah Manhattan yang telah ditentukan.
Dengan tidak adanya penonton dan untuk memfasilitasi jaga jarak sosial, restoran dan ruang yang biasanya digunakan untuk penonton VIP dan sponsor diubah menjadi tempat atlet melakukan persiapan sebelum pertandingan. Area untuk mereka diperluas dengan dibuatnya lapangan sepak bola dan bola basket.
Pengurangan petugas lapangan saat pertandingan dilakukan dengan meniadakan hakim garis di luar dua arena utama, Stadion Arthur Ashe dan Louis Armstrong. Tugas mereka digantikan oleh teknologi hawkeye yang selama ini digunakan untuk melacak jatuhya bola saat atlet meminta challenge.
Antisipasi jika ada yang terinfeksi pada masa turnamen juga disiapkan. ”Jika ada yang mendapat hasil tes positif selama turnamen, kami percaya diri, itu tidak akan menyebar karena kami telah mengantisipasi dengan menyiapkan lingkungan yang aman. Pemain hanya akan berada di safety bubble yang kami ciptakan,” tutur Brian Hainline, dokter yang menjadi salah satu anggota Dewan USTA.
AS Terbuka akan menjadi tolok ukur penyelenggaraan Grand Slam berikutnya, Perancis Terbuka di Roland Garros, 27 September-11 Oktober, meski turnamen lapangan tanah liat ini akan digelar dengan protokol berbeda. Perancis Terbuka akan dihadiri penonton dengan jumlah yang belum ditentukan.
Belum ada protokol
Persaingan atlet-atlet bulu tangkis top dunia, termasuk Indonesia, juga akan dimulai Agustus. Namun, tak seperti badan tenis internasional, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) belum menentukan protokol penyelenggaraan turnamen dalam masa pandemi meski jadwal baru (Agustus-Desember) telah dirilis.
Petunjuk itulah yang masih dinanti PP PBSI untuk menyelenggarakan turnamen bulu tangkis terbesar di Indonesia, Indonesia Terbuka, di Istora Gelora Bung Karno, 17-22 November. ”Jika sudah ada petunjuk dari BWF, akan kami sesuaikan dengan Surat Edaran Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 6.11.1/Menpora/ VI/2020 tentang Protokol Pencegahan Penularan Covid-19 tentang kegiatan olahraga saat pandemi,” kata Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto.
PBSI juga akan mengikuti arahan Kemenpora untuk menyelenggarakan kembali turnamen nasional sejak akhir Juli. Achmad mengatakan, jadwal baru disusun sebelum surat edaran Menpora itu dirilis pada 11 Juni. Dengan demikian, pihaknya harus membahas hal tersebut dan menentukan detail penyelenggaraan turnamen dengan pemerintah daerah yang menjadi tuan rumah.
Alan Budikusuma sebagai penyelenggara turnamen bulu tangkis Daihatsu Astec Terbuka juga mengatakan bahwa peraturan penyelenggaraan turnamen harus dibahas dengan setiap pemerintah daerah. Setelah mengalami penghentian turnamen sejak Maret, Daihatsu Astec Terbuka akan digelar kembali pada 19-24 Oktober di Solo, Jawa Tengah.
Namun, Alan tak ingin buru-buru memastikan penyelenggaraan turnamen. ”Saya akan melihat dulu perkembangan situasi karena pandemi ini tak bisa diprediksi. Peserta Daihatsu Astec Terbuka adalah anak-anak, kami harus mengutamakan keselamatan mereka. Mungkin, baru sekitar Agustus, kepastian turnamen ini akan ditentukan,” katanya.
Daihatsu Astec Terbuka 2020 semula akan digelar dalam tujuh seri, termasuk semifinal dan final di Jakarta. Namun, turnamen tak bisa berlanjut setelah seri pertama di Medan, Sumatera Utara, digelar pada 25-29 Februari.
Berdasarkan jadwal yang dirilis PBSI, jadwal empat seri, yaitu Bogor, Solo, Pontianak, dan Jakarta, diundur. Adapun seri Makassar (14-18 Juli) dan Surabaya (10-15 Agustus) ditiadakan.
Tetap berlatih
Dengan belum bergulirnya kembali turnamen, petenis dan pebulu tangkis Indonesia pun hanya bisa menanti dengan berlatih. ”Saya sudah kangen banget ikut turnamen. Tetapi, untuk sekarang, belum ada detail turnamen ITF yang pasti. Daftar turnamen di laman ITF juga belum banyak,” kata petenis putri nomor satu Indonesia, Aldila Sutjiadi.
Beruntung, Aldila, Priska Madelyn Nugroho, dan rekan-rekannya dalam tim nasional tenis putri Indonesia bisa berlatih rutin di Jakarta. Mereka bahkan menggelar turnamen internal di Stadion Tenis Gelora Bung Karno.
Dengan fasilitas yang lengkap di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, Anthony Sinisuka Ginting dan kawan-kawan pun cukup beruntung bisa tetap berlatih sejak pandemi Covid-19 merebak. Demi keselamatan dan kesehatan semua atlet, PBSI melarang mereka keluar lingkungan pelatnas.
Jika turnamen bulu tangkis internasional jadi digelar sesuai jadwal baru, mereka akan dihadapkan pada jadwal padat turnamen besar mulai September hingga Desember, seperti China, Jepang, Indonesia, Denmark, dan Malaysia Terbuka hingga kejuaraan beregu Piala Thomas dan Uber.