Rela Menahan Napas demi Berlatih Kembali
Adaptasi dengan kondisi normal baru menjadi tantangan bagi para pelaku olahraga, khususnya atlet. Hal ini, antara lain, dialami para atlet menembak dan atletik yang kini kembali berlatih di kawasan Senayan, Jakarta.
Setelah memejamkan mata dan menghelas napas panjang sejenak, petembak pistol angin 10 meter putri pemusatan latihan daerah DKI Jakarta, Benvenuta Alexia Sonia (15), mengangkat tangan kanannya yang menggenggam pistol. Kemudian, mata kanannya dipejamkan dan mata kirinya fokus menatap sasaran yang berjarak 10 meter dari tempatnya berdiri.
Setelah sejumlah peluru dilesatkan, Benvenuta meletakkan kembali pistol tersebut di meja di hadapannya. Lalu, atlet yang masih pelajar kelas I di SMA Negeri 80 Jakarta itu mengambil botol kecil yang ada di atas meja tersebut dan mengeluarkan cairan bening untuk diusap ke telapak tangannya. Lalu, dia merapikan masker yang dikenakannya atau membuka sebentar masker tersebut. Kebiasaan itu dilakukannya setiap selesai melakukan sesi tembakan.
Itu menjadi kebiasaan baru yang harus dilakukan Benvenuta dalam menjalani latihan di tengah kondisi normal baru seusai pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat wabah Covid-19. Benvenuta kini bisa kembali berlatih di arena latihan di Lapangan Tembak Senayan, DKI Jakarta, setelah hanya berlatih tanpa peluru di rumah tiga bulan terakhir.
Namun, untuk berlatih di masa normal baru, Benvenuta harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Paling tidak, perempuan yang mulai menekuni olahraga menembak sejak umur sembilan tahun itu harus selalu menggunakan masker, rutin memakai cairan pembersih tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain. Itu aturan dasar yang dianjurkan pemerintah, pengurus cabang olahraga, hingga pengelola tempat latihan.
Sejatinya, tak sulit menerapkan aturan-aturan itu, kecuali menggunakan masker saat latihan. Kenapa demikian? Seorang petembak perlu menarik napas dalam-dalam untuk merelaksasi diri sebelum menembak. Mereka pun harus tenang secara pikiran dan merasa nyaman ketika akan melepaskan setiap butir peluru.
Ketika menggunakan masker, petembak tidak mendapatkan momen tersebut. Masker membuat mereka tidak bisa bernapas dengan lega, bahkan cenderung pengap dan sesak sehingga tidak bisa rileks sebelum menembak. Bagi petembak berkacamata, seperti Benvenuta, masker sesekali membuat kaca berembun. Akibatnya, dia harus menunggu embun hilang beberapa saat sebelum menembak.
Ini (masker) sedikit banyak mengganggu konsentrasi ketika menembak. Dampaknya ke performa, jadi tidak optimal.
Masker pun membuat wajah atlet tidak nyaman. Kadang kala masker membuat gatal sehingga tubuh atlet tidak tenang ketika akan melepaskan peluru. Tak heran, performa Benvenuta belum optimal di hari pertamanya kembali berlatih di arena, yakni dari biasanya rata-rata skor menembak 9,1 poin (dari total skor 10 poin) menjadi hanya 8-9 poin.
”Ini (masker) sedikit banyak mengganggu konsentrasi ketika menembak. Dampaknya ke performa, jadi tidak optimal,” ujar Benvenuta.
Tak patah arang
Akan tetapi, Benvenuta tak patah arang. Dengan penuh keyakinan, anggota tim Indonesia ketika meraih perak pada nomor pistol angin 10 meter tim putri di Indonesia Terbuka 2019 itu berkomitmen akan rutin lagi berlatih di arena walaupun dengan menggunakan masker dan menerapkan aturan kesehatan lainnya.
”Selagi masih bisa berlatih di arena, saya akan tetap berlatih di arena. Kalau tidak, itu bisa membuat performa saya lebih turun. Apalagi, latihan di rumah penuh keterbatasan. Saya tidak bisa menggunakan peluru sehingga tidak bisa mengetahui perkembangan akurasi tembakan,” tuturnya.
Selain Benvenuta, pelari 100 meter gawang putri andalan Indonesia, Emilia Nova (24), juga harus berupaya lebih untuk menjalani latihan di era normal baru. Setelah pelonggaran PSBB di DKI Jakarta, warga kembali membanjiri Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Hal itu membuat Emilia lebih cemas akan potensi terjangkit Covid-19 di Senayan.
Untuk itu, peraih perak 100 meter gawang putri Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang tersebut berusaha berlatih lebih pagi atau pada siang bolong di Stadion Madya Senayan. Dengan latihan lebih pagi atau di siang bolong yang terik, Emilia bisa menghindari kerumunan warga yang biasa berolahraga di Kompleks Senayan.
Biasanya, Emilia mulai berlatih sekitar pukul 07.30 atau antara pukul 10.00 dan 11.00. ”Kalau pagi, biasanya masih sepi. Kalau siang bolong, orang-orang sudah pulang. Jadi, saya bisa merasa lebih aman,” ujar atlet kelahiran Jakarta, 20 Agustus 1995, itu.
Emilia sudah berlatih kembali di Stadion Madya sejak dua minggu pasca-PSBB di DKI Jakarta. Saat itu, dia harus sembunyi-sembunyi berlatih di sana karena pengelola GBK melarang orang-orang beraktivitas di wilayah tersebut saat PSBB.
Diusir petugas satpam di GBK
Bahkan, pada April, Emilia pernah diusir petugas satpam saat baru melakukan pemanasan untuk berlatih. ”Padahal, waktu itu saya cuma sendirian, tetapi tetap tidak dibolehkan oleh satpam. Namun, saya tidak jera. Seminggu kemudian, saya datang lagi untuk berlatih di Stadion Madya,” ujar peraih emas 100 meter gawang putri SEA Games 2019 di Filipina itu.
Setelah pelonggaran PSBB DKI Jakarta per awal Juni, Emilia sudah bisa berlatih rutin kembali di Stadion Madya tanpa khawatir akan diusir lagi oleh petugas keamanan. Sekarang, mahasiswi Universitas Negeri Jakarta itu berlatih di Stadion Madya minimal tiga kali dalam sepekan. ”Saya tidak nyaman latihan di dalam ruangan atau di rumah. Di rumah, latihan juga tidak optimal karena pengap, sempit, dan peralatan terbatas,” katanya.
Selama menjalani latihan di luar ruangan, Emilia menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, kecuali memakai masker. Masker hanya dipakai sebelum dan sesudah latihan. ”Saat latihan tidak mungkin pakai masker karena mengganggu pernapasan. Tetapi, protokol lainnya bisa diterapkan, seperti menjaga kebersihan dan jaga jarak,” tuturnya.
Kendati demikian, tidak selamanya protokol kesehatan membuat keterbatasan dalam berlatih. Di pelatnas menembak PB Perbakin, protokol kesehatan justru bisa meningkatkan kedisiplinan atlet. Setidaknya para petembak senapan angin pelatnas harus selalu menjaga jarak dalam berlatih.
Waktu bercanda berkurang
Aturan itu membuat mereka bisa meminimalkan sentuhan di tengah latihan. Waktu longgar yang biasanya dipakai untuk istirahat sambil bercanda pun berkurang. Kini, waktu seperti itu justru lebih banyak dihabiskan untuk berlatih. Secara tidak langsung, para atlet menjadi lebih fokus.
”Biasanya, setiap sesi menembak, ada jeda untuk istirahat maksimal 10 menit. Kalau saat normal, kami manfaatkan betul waktu itu. Sekarang, karena tidak bisa berdekatan, kami tidak kepikiran bercanda dan lebih fokus ke latihan,” ujar petembak senapan angin 10 meter, Fathur Gustafian.
Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target PB Perbakin Glenn C Apfel mengakui, dengan adanya protokol kesehatan, para atlet menjadi lebih disiplin menjaga kebugaran dan asupan makan. Mereka tidak lagi menghabiskan waktu untuk sesuatu yang menyita energi dan mengurangi waktu istirahat.
Para atlet pun selalu mengonsumsi makanan yang sehat serta menambah suplemen atau vitamin. Semua dilakukan dengan kesadaran sendiri demi menjaga imun tubuh agar terhindar dari paparan virus korona baru. ”Pola hidup seperti itu sejatinya penting untuk atlet. Inilah sisi positif atau hikmah di balik wabah Covid-19,” katanya.
Lebih waspada
Memasuki normal baru, tidak ada protokol kesehatan baru yang dibuat atau diterapkan PB Perbakin. Mereka tetap menjalankan aturan yang sudah diterapkan selama latihan di masa PSBB kemarin. Namun, sekarang, mereka meminta semua komponen pelatnas harus lebih waspada karena Lapangan Tembak Senayan sudah dibuka lagi untuk umum.
”Kalau kemarin latihan tertutup atau tanpa ada masyarakat umum, sekarang latihan tak jarang bersamaan dengan masyarakat umum. Jadi, semuanya harus lebih hati-hati, terutama menghindari kerumunan orang umum atau di luar anggota pelatnas,” tutur Glenn.
Normal baru memang bukan berarti kondisi sudah lebih aman. Normal baru justru memicu masyarakat untuk lebih waspada karena sebagian fasilitas umum sudah dibuka kembali, padahal wabah Covid-19 belum juga reda. Kalau tidak hati-hati, normal baru justru bisa menjadi awal bencana baru. Oleh karena itu, semua pengurus cabang olahraga sangat berhati-hati dalam menjalani normal baru.
”Kami belum berencana menggelar pelatnas ataupun kompetisi reguler. Namun, untuk memulai aktivitas setelah diterapkannya normal baru, kami sudah mengizinkan atlet-atlet pelatnas yang masih di daerah maupun para atlet pelatda berlatih di arena latihan. Akan tetapi, kami minta mereka berlatih dengan aturan kesehatan yang ketat, antara lain membatasi jumlah atlet yang latihan dalam suatu waktu dan selalu menjaga kebersihan,” ujar Wisnu Wardhana, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI).