Berat badan para pemain NBA menurun drastis setelah tiga bulan tak bertanding akibat pandemi Covid-19. Penurunan berat badan dapat berakibat positif maupun negatif pada kemampuan pemain.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Tiga bulan tak bertanding, bobot tubuh para pemain bintang NBA berubah drastis. Beberapa di antaranya mengalami penurunan berat badan signifikan saat sebulan menjelang dimulainya musim.
Perubahan paling drastis terlihat dari tubuh pemain bintang Denver Nuggets, Nikola Jokic. Pemain berposisi center itu biasanya bertubuh gempal. Namun, badannya tampak kurus kering dalam sebuah unggahan foto dari akun Instagram miliknya, pada pertengahan Juni.
Tulang pipi dan rahang yang biasa tertutup lemak, kini tampak begitu jelas. Sementara itu, jaket yang dikenakan Jokic tampak sangat longgar pada bagian lengan. Massa otot di lengannya berkurang amat banyak.
”Dia (Jokic) mengirimkan saya foto tanpa baju. Dia punya otot perut. Saya tidak pernah melihat dia memiliki otot perut sebelumnya,” kata Manajer Umum Nuggets Arturas Karnisovas, saat wawancara bersama ESPN.
Jokic, yang memulai musim ini dengan berat 128 kilogram, mengatakan kehilangan sekitar 20 kg lebih selama pandemi. Berat tubuh saat ini merupakan yang paling ringan selama berkarier di NBA sejak 2015. Pada musim pertamanya saja, dia sudah tampak begitu kurus dengan berat 115 kg.
Transformasi pemain berjuluk ”The Joker” ini pun mengejutkan para pencinta basket menjelang kelanjutan musim NBA yang akan berlangsung pada 30 Juli mendatang. Hilangnya bobot pemain bertubuh besar ini bisa mengubah permainannya, menjadi lebih baik atau buruk.
Bobot yang berat selama ini membantu sang pemain asal Serbia dalam mendominasi area di bawah keranjang. Berat berlebih, meski memperlambat gerakannya, bisa menutupi kekurangan tubuhnya yang tidak atletis, seperti kebanyakan pemain keturunan Afrika-AS.
Dikhawatirkan, rata-rata produksi 20,2 poin dan 10,2 rebound pada musim ini berkurang karena hal tersebut. Berkaca pada 2015, saat tubuhnya belum sebesar awal musim ini, Jokic kesulitan menunjukkan dominasi para center NBA. Dia hanya mencatat rata-rata 10 poin dan 7 rebound.
Walaupun perbandingan tidak seimbang karena 2015 merupakan musim pertamanya dan waktu bermain yang tidak sebanyak musim ini, hal itu bisa menjadi gambaran kasar. Jokic akan kesulitan menghadapi center bertenaga besar, seperti Joel Embiid, yang sekarang lebih berat darinya (113 kg).
Meski begitu, Jokic kemungkinan akan lebih eksplosif di area tiga angka. Kehilangan bobot akan meningkatkan kecepatan dan kelincahan. Hal itu membuatnya bisa memaksimalkan bakatnya mengatur serangan dan menembak tiga poin. Keahlian milik Jokic yang tidak dipunyai rata-rata center NBA.
Nasib serupa dialami center asal tim juara bertahan Toronto Raptors, Marc Gasol. Tubuhnya terlihat menyusut. Bedanya, badan Gasol lebih atletis dengan massa otot yang tampak kering di bagian lengannya.
Pelatih Raptors Nick Nurse melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang positif. Gasol bisa lebih baik dalam transisi cepat Raptors. ”Saya melihat perubahannya. Dan saya pikir mengurangi sedikit (berat) terlihat bagus untuknya,” kata Nurse seperti dikutip Essential Sport.
Selain pemain bertubuh besar, bintang NBA berposisi guard juga mengalami penurunan berat signifikan. Guard Houston Rockets, James Harden yang pada awal musim tampak begitu tebal dengan berat 99 kg, kini seakan menyusut. Ukuran tubuhnya sekarang lebih menyerupai megabintang Golden State Warriors Stephen Curry yang memiliki berat 86 kg.
Menurut Harden, beratnya berkurang drastis karena melakukan banyak latihan kardio selama pandemi. ”Saya punya treadmills di rumah dan alat angkat beban. Saya melakukan latihan 2 sampai tiga kali sehari untuk menjaga kondisi tubuh,” jelas most valuable player (MVP) musim 2017-2018 tersebut.
Harden yang semakin ringan menjadi ancaman besar bagi lawan-lawannya. Berbeda dengan pemain center, posisi guard cenderung lebih diuntungkan dengan tubuh ringan. Hal itu akan membantu meningkatkan kecepatan pemain dalam mengatur serangan dan mencetak poin.
Apalagi, dalam kasus Harden, dia adalah pemain yang sangat mengandalkan kecepatan langkah. Kecepatan itu dimanfaatkan untuk keahliannya melakukan tembakan dengan langkah mundur. Semakin cepat langkah mundurnya, kemungkinan bola masuk juga meningkat. Sebab, pemain bertahan lawan akan kesulitan mengejarnya.
Sebelum pandemi saja, Harden telah menghasilkan rata-rata 34,4 poin dengan akurasi tembakan mencapai 53 persen. Produksi poin tersebut bisa meningkat seiring dengan peningkatan akurasinya yang akan didukung oleh meningkatnya kelincahan Harden.
Dengan kelengkapan teknik dan kondisi prima tersebut, Harden bisa membantu Rockets merengkuh juara musim ini. Adapun dalam beberapa musim terakhir mereka selalu mentok di semifinal Wilayah Barat.
Tiga bulan pandemi tidak hanya mengubah wajah olahraga, tetapi juga mengubah bentuk tubuh para bintang NBA. Perubahan itu yang bisa memengaruhi sekaligus membuat persaingan menuju takhta musim ini semakin menarik disaksikan.