Burnley berhasil menjaga konsistensi di tengah keterbatasan yang mereka rasakan saat ini. Dengan skuad yang menipis, mereka masih mampu membuka peluang tampil di Liga Europa musim depan.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
LONDON, SELASA — Ketidakharmonisan di dalam klub dan menipisnya skuad karena banyak pemain yang cedera atau habis kontrak ternyata tidak memengaruhi laju Burnley. Tim berjuluk ”The Clarets” ini justru bisa mengalahkan Crystal Palace, 1-0, di Stadion Selhurst Park, London, Selasa (30/6/2020) dini hari WIB, dan menjadi ancaman baru bagi tim-tim lainnya.
Sejak kompetisi Liga Inggris kembali dilanjutkan pertengahan Juni, Manajer Burnley Sean Dyche sudah mulai pusing. Ia kehilangan tiga pemainnya yang cedera, yakni Ashley Barnes, Chris Wood, dan Johann Gudmundsson. Selain itu, sejumlah pemain telah habis kontraknya, seperti Jeff Hendrick, Aaron Lennon, Phil Bardsley, dan kiper Joe Hart.
Pada laga pertama setelah kompetisi musim ini dilanjutkan, Burnley langsung dilibas Manchester City, 0-5. Namun, kekalahan telak itu tidak menghancurkan moral para pemain Burnley. Mereka justru mendapat motivasi baru untuk bangkit di tengah kekurangan yang mereka miliki.
Kebangkitan itu pun tampak pada laga berikutnya ketika menghadapi Watford, mereka menang, 1-0. Crystal Palace pun merasakan hal yang sama ketika Burnley berkunjung pada laga terakhir ini. Padahal, Burnley hanya menyisakan tujuh pemain cadangan di pinggir lapangan, lebih sedikit dibandingkan dengan Palace yang punya 9 pemain cadangan.
Dyche pun hanya melakukan satu pergantian pemain, yaitu mengganti Jack Cork dengan Kevin Long, meski setiap tim berhak melakukan lima pergantian pemain. Cork diganti karena mengalami cedera. Dengan keterbatasan itu, Burnley justru bisa mencetak gol kemenangan melalui sundulan Ben Mee pada menit ke-62.
The Clarets pun turut membuktikan bahwa pertahanan Palace tidak semenakutkan yang dibayangkan. Ini merupakan kekalahan kedua Palace setelah dikalahkan Liverpool, 0-4. Sebelum dua kekalahan beruntun itu, Palace selalu menang dalam empat laga beruntun tanpa kebobolan.
Bagi Dyche, hasil laga ini mencerminkan kekuatan lain yang dimiliki timnya. ”Kami punya tim yang tidak pernah mencari-cari alasan. Para pemain tahu skuad mereka tipis, tetapi kami tidak membuat kesalahan. Kami terus bekerja keras,” katanya, seperti dikutip The Telegraph.
Dyche tetap bisa fokus meski ia dikabarkan memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan pemilik klub, Mike Garlick. Bahkan, Dyche sudah dikabarkan akan dipecat pada akhir musim ini. ”Setiap orang membicarakan masa depan saya yang tidak cerah. Saya masih bekerja seperti biasanya. Saya masih di sini,” ujarnya.
Tiket Liga Europa
Namun, Dyche kini justru memperbesar peluang Burnley mendapatkan tiket ke Liga Europa. Dengan mengalahkan Palace, mereka kini berada di peringkat ke-8 dengan 45 poin dan bersaing langsung dengan tim-tim besar, seperti Manchester United dan Tottenham Hotspur.
MU kini memiliki 49 poin dan Spurs dengan 45 poin. Keduanya masih berpeluang menjauh dari Burnley karena baru menjalani 31 laga, sedangkan Burnley sudah 32 laga.
Pembagian jatah tiket ke Liga Europa ini masih menunggu keputusan banding dari kasus pelanggaran financial fair play yang dilakukan Manchester City. Apabila City tetap dinyatakan bersalah, tim peringkat keenam bisa mendapatkan tiket tersebut.
Peluang Burnley untuk mendapatkan tiket tersebut masih cukup besar mengingat beberapa klub di dekat mereka, terutama MU, masih berpeluang mendapat jatah tiket ke Liga Europa dengan menjuarai Piala FA. Peluang itu masih ada jika Burnley berhasil menjaga konsistensi pada laga-laga berikutnya.
Sementara itu, Palace sudah sulit berharap mendapatkan tiket ke kompetisi Eropa. Mereka kini berada di peringkat ke-11 dengan 42 poin. Setidaknya Palace masih punya jarak 15 poin dari pintu zona degradasi.
”Kami sudah melakukan semua yang kami bisa lakukan,” ujar Hodgson. Ia juga tidak mau menyalahkan sang kiper, Vicente Guaita, yang gagal menahan sundulan Ben Mee. (AFP)