Totalitas Manajer Liverpool Juergen Klopp dalam membangun mental para pemain telah menunjukkan hasilnya. Berbekal kekuatan mental itu, mereka kini membidik rekor baru dalam perolehan poin terbanyak di Liga Inggris.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LIVERPOOL, KAMIS — Setelah Liverpool menjuarai Liga Champions musim lalu, sang manajer Juergen Klopp pernah mengatakan para pemainnya bermental monster. Ia kagum dengan keberanian dan sikap pantang menyerah yang ditunjukkan para pemainnya. Julukan itu pun masih sangat relevan untuk dipakai saat ini.
”Mentalitas monster”, istilah yang juga dipakai pengamat sepak bola Paul Tomkins dalam bukunya, Mentality Monsters: How Juergen Klopp Took Liverpool FC From Also-Rans to Champions of Europe (Juli 2019), kembali terlihat di Stadion Anfield, Kamis (25/6/2020) dini hari WIB. Tanpa dilihat langsung para pendukungnya, Liverpool berhasil melibas Crystal Palace, 4-0.
Penampilan ”Si Merah” pun jauh berbeda dibandingkan ketika mereka menjalani derbi Merseyside melawan Everton yang berakhir imbang 0-0 pada laga sebelumnya. Mereka menjamu Palace dengan kekuatan lebih lengkap, pola permainan yang lebih efektif, dan mental yang sulit ditumbangkan.
Kepercayaan diri Liverpool bisa dilihat pada sosok bek Trent Alexander-Arnold yang mencetak gol pertama dari tendangan bebas pada menit ke-23. Selanjutnya adalah pertunjukan sepak bola tensi tinggi yang dimotori Fabinho.
Pemain asal Brasil itu jeli melihat peluang, seperti ketika melihat Mohamed Salah berlari menembus pertahanan lawan, ia pun segera memberikan umpan lambung dan berbuah gol. Fabinho sendiri mencetak gol melalui tendangan keras dari luar kotak penalti pada menit ke-55.
Tidak salah jika asisten manajer Liverpool, Pep Lijnders, seperti dikutip The Telegraph, pernah menjuluki Fabinho ”Si Mercusuar” karena mampu memberi panduan bagi rekan-rekannya seperti halnya mercusuar memandu kapal-kapal dalam kegelapan. Di lapangan, Fabinho sukses memandu rekan-rekannya untuk bermain efektif.
Kecepatan dan daya tahan merupakan modal Liverpool lainnya yang tidak terlihat pada derbi Merseyside. Melawan Palace, Klopp bisa memainkan Salah dan juga Andy Robertson. Berkat kehadiran Robertson, penyerang Sadio Mane bisa lebih leluasa mengeksplorasi pertahanan lawan. Mane mencetak gol terakhir pada menit ke-69.
Alhasil, Liverpool berhasil membuat pertahanan solid yang menjadi kekuatan utama Palace menjadi sekadar mitos. Empat laga sebelum bertemu Liverpool, Palace selalu menang dan gawangnya selalu utuh. Di Anfield, pertahanan Palace hancur dan mereka bahkan tidak bisa sekali pun menembak tepat ke arah gawang.
Manajer Crystal Palace Roy Hodgson mengakui timnya kewalahan menghadapi tekanan konstan terhadap lini tengah dan belakang mereka. ”Mereka (Liverpool) bermain dengan intensitas dan kekuatan. Kami sungguh tidak bisa mempertahankan bola. Serangan yang kami bangun pun selalu gagal sejak awal,” katanya dilansir laman klub.
Proses panjang
Mentalitas para pemain Liverpool terbukti menjadi masalah bagi Palace. Skuad Liverpool berhasil memperlihatkan buah dari proses panjang yang telah diterapkan Klopp sejak awal bergabung pada 2015. Fokus pelatihan mental yang mendapat porsi utama di Liverpool menjadikan para pemain saat ini selalu merasa ”haus”.
Klopp pun mengaku lupa kapan Liverpool pernah menjalani laga dan unggul 4-0 ketika sudah memasuki menit ke-80. Ia bertekad laga kontra Palace itu bakal selalu tertanam dalam benaknya karena intensitas yang luar biasa. ”Ketika seorang pemain lawan mendapatkan bola, empat pemain (Liverpool) langsung mengejar seolah bola itu adalah bola satu-satunya di planet ini,” kata Klopp dikutip Liverpool Echo.
Mantan gelandang Liverpool, John Barnes, mengatakan tidak terkejut melihat determinasi yang ditunjukkan bekas klubnya pada laga itu. ”Saya tahu betul bagaimana Klopp melatih timnya dan mengarahkan bagaimana tim harus bermain pada setiap laga,” ujarnya kepada BBC.
Mentalitas semacam itu menjadi modal penting bagi Liverpool saat ini untuk mengejar target lain setelah merebut trofi Liga Inggris, yaitu rekor baru. Setelah laga kontra Palace, Liverpool tinggal membutuhkan dua poin untuk menjadi juara Liga Inggris, tetapi mereka masih butuh kerja keras untuk mematahkan rekor Manchester City dalam perolehan poin.
”Kami masih punya tujuh laga tersisa dan kami akan mencoba meraup ke-21 poin tersisa dari laga-laga itu,” ujar Alexander-Arnold. Setelah menjalani 31 laga, Liverpool kini berada di puncak klasemen dengan 86 poin.
Mereka masih berpeluang mengumpulkan poin maksimal sebanyak 107 poin. Artinya, Liverpool masih bisa mematahkan rekor City yang tercipta pada dua musim lalu, yaitu mencapai 100 poin. Keberhasilan mematahkan rekor City itu akan menyempurnakan gelar juara yang mereka nantikan selama 30 tahun. (AFP/REUTERS)