Ansu Fati dan Riqui Puig mencuri perhatian pada laga Barcelona melawan Athletic Bilbao. Penampilan pemain muda lulusan akademi La Masia bisa menjadi alternatif bagi Pelatih ”El Barca” Quique Setien.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
BARCELONA, RABU — Pelatih Barcelona Quique Setien belum sepenuhnya mampu meracik strategi terbaik ketika ”El Barca” menjamu tim dengan materi pemain yang hampir seimbang. Kemenangan 1-0 atas Athletic Bilbao di pekan ke-31 Liga Spanyol, Rabu (24/6/2020) dini hari WIB, memberikan tanda bahwa Setien perlu mencari alternatif susunan pemain untuk memberikan penyegaran dan warna baru bagi pola permainan anak asuhannya.
Meskipun menguasai bola hingga 73 persen dan melakukan 18 tembakan ke arah gawang Bilbao, Barcelona harus menunggu selama 71 menit untuk mencetak gol kemenangan. Sepakan pemain pengganti, Ivan Rakitic, menghasilkan kemenangan ketiga dari empat laga setelah jeda wabah Covid-19.
Selain Rakitic, dua pemain lulusan akademi milik Barcelona, La Masia, menunjukkan kualitas mumpuni untuk menembus tim utama. Gelandang, Riqui Puig, dan penyerang sayap, Ansu Fati, menjadi pembeda dalam laga itu.
Puig yang masuk pada menit ke-56 menggantikan Arthur mampu menjadi pengatur tempo di lini tengah El Barca. Kehadiran Puig mempermudah tugas dua seniornya, Sergio Busquets dan Arturo Vidal. Busquets berperan sebagai gelandang bertahan atau pivot untuk memutus serangan ”Los Leones”, julukan Bilbao, sekaligus menjadi penghubung lini belakang dan lini depan. Kemudian, Vidal menjadi lebih efektif menjalani peran sebagai gelandang box-to-box yang membantu tugas tiga penyerang Barcelona untuk mengganggu lini pertahanan Bilbao.
Sementara itu, Fati masuk untuk mengisi posisi Antoine Griezmann pada menit ke-65. Kecepatan dan penempatan posisi yang cemerlang dari pemain berusia 17 tahun itu menambah variasi serangan di sisi kiri untuk mengimbangi Lionel Messi di sisi kanan lini serang Barca. Meskipun hanya 25 menit di lapangan, Fati menjadi pemain Barcelona yang paling banyak melakukan operan setelah sukses melakukan 100 operan di laga itu.
Selain operan, Fati juga nyaris menggandakan keunggulan Barca di akhir laga. Tendangan Fati di kotak penalti Bilbao dihalau tiang gawang. Di masa lanjutan Liga Spanyol di tengah Covid-19, Fati telah bermain di dua laga dari empat pertandingan yang telah dijalani Barcelona. Ia telah mencetak satu gol yang diciptakan ketika menjadi pemain starter di pekan ke-29 melawan Leganes, 17 Juni lalu.
Setien mengakui kehadiran dua pemain lulusan La Masia itu membuat permainan Barcelona lebih dinamis. ”Kami memiliki dua pemain muda yang telah rutin bermain dan mencuri perhatian. Mereka akan terus membantu kita, bahkan penampilan mereka akan menentukan kami untuk meraih titel liga,” ujar Setien seperti dikutip Mundo Deportivo edisi, Rabu (24/6/2020).
Di musim ini, Fati telah bermain di 18 laga dengan total 1.091 menit. Ia telah menyumbangkan lima gol dan 1 asis untuk ”Blaugrana”. Adapun Puiq baru bermain di 5 pertandingan dengan total bermain 75 menit.
”Saya sangat senang atas kepercayaan Quique (Setien) untuk memberikan saya kesempatan bermain. Saya berambisi untuk memberikan sukacita bagi klub,” kata Puiq yang akan merayakan ulang tahun ke-21, Agustus nanti.
Menurut penulis Marca, Alejandro Segura, regulasi kompetisi yang mengizinkan lima kali pergantian pemain dan kondisi sejumlah pemain bintang yang menderita cedera menjadi kesempatan emas bagi Puiq dan sejumlah bintang muda El Barca lainnya, termasuk Fati, untuk menambah menit bermain.
Di lini tengah, Barcelona kehilangan Frenkie de Jong dan Sergi Roberto yang harus menepi hingga awal Juli akibat cedera, sedangkan di lini depan hanya Lionel Messi, Martin Braithwaite, dan Fati yang telah mencetak gol di empat laga terakhir Liga Spanyol. Dua pemain bintang, seperti Luis Suarez dan Griezmann, masih belum menemukan sentuhan terbaik setelah jeda kompetisi sekitar tiga bulan.
”Sisa laga di Liga Spanyol menjadi kesempatan emas bagi pemain produk La Masia untuk menunjukkan kualitas permainan ketika diberi kesempatan bermain, bahkan para pemain muda berpeluang untuk berjuang meraih posisi inti,” tulis Segura.
Selain Puiq dan Fati, kiper, Inaki Pena, dan bek, Ronald Araujo, merupakan pemain yang sempat mengenyam didikan di La Masia sebelum rutin masuk ke dalam daftar pemain pengganti El Barca di era Setien. Araujo telah bermain sejak menit awal ketika Barcelona menghadapi Real Mallorca, 16 Juni.
Untuk itu, Setien bisa memanfaatkan keberadaan pemain mudanya untuk melakukan rotasi karena Barcelona akan menjalani tujuh laga tersisa Liga Spanyol dalam kurun waktu 24 hari. Atletico Madrid dan Villareal merupakan dua tim yang berpotensi merepotkan El Barca.
Kemenangan atas Bilbao mengantarkan Barcelona untuk sementara kembali ke puncak klasemen dengan raihan 68 poin. Unggul tiga poin dari Real Madrid yang baru menjalani laga pekan ke-31, Kamis (25/6/2020) dini hari WIB, melawan Real Mallorca.
Vakum
Sejak Pep Guardiola menjadi pelatih Barcelona pada periode 2008-2012, kemudian dilanjutkan tiga suksesornya, yaitu mendiang Tito Vilanova, Gerardo Martino, dan Luis Enrique, pemain lulusan La Masia selalu diorbitkan untuk bermain di tim utama Barcelona.
Sebagai contoh, Guardiola mempromosikan Busquets di awal musim 2008/2009 dan Thiago Alcantara di akhir masa menangani El Barca pada musim 2011/2012. Adapun Vilanova membawa Marc Bartra, Cristian Tello, dan Martin Montoya untuk bermain di tim utama yang bermarkas di Stadion Camp Nou. Kemudian, Martino memberi kesempatan bermain bagi Sergi Roberto, Rafinha, dan Gerard Deulofeu. Adapun Enrique mengorbitkan Denis Suarez dan Munir El Haddadi dari tim muda, Barcelona B.
Kehadiran pemain didikan akademi sepak bola yang dibuka sejak 1979 itu seakan memasuki musim kemarau di era kepemimpinan Ernesto Valverde. Menukangi El Barca pada periode Mei 2017 hingga Januari 2020, Valverde hanya memberikan kesempatan bermain sejak menit awal kepada Fati di awal musim ini.
Di era Valverde, Barcelona mengganti kebijakan yang rutin mempromosikan pemain muda hasil didikan La Masia menjadi memboyong pemain berbanderol selangit. Di tiga masa jendela transfer musim panas, Valverde menghabiskan dana 776,6 juta euro (Rp 28,37 triliun) untuk membeli pemain berharga tinggi, seperti Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, Malcom, Frenkie de Jong, dan Antoine Griezmann. Dengan pengeluaran besar itu, Valverde hanya mempersembahkan dua gelar liga, satu Piala Raja Spanyol dan satu Piala Super Spanyol.
Dana transfer besar itu menjadikan Valverde sebagai Pelatih El Barca dengan pengeluaran transfer tertinggi sepanjang sejarah klub yang berusia 120 tahun itu. Sementara itu, Guardiola, yang berpredikat sebagai pelatih tersukses Barcelona dengan sumbangan 14 trofi, hanya mengeluarkan akumulasi dana transfer 342 juta euro (Rp 5,46 triliun) dalam empat musim.
Legenda Barcelona, Rivaldo, menilai, Barcelona tidak sepatutnya mengeluarkan dana besar untuk mengimpor pemain dari klub lain. Pasalnya, akademi La Masia telah terbukti mampu menghasilkan pemain berkelas dunia, seperti Xavi Hernandez, Carlos Puyol, Andres Iniesta, dan Lionel Messi.
”Barcelona harus lebih memperhatikan kembali La Masia. Barcelona memiliki struktur akademi pemain muda yang luar biasa dan berinvestasi besar untuk itu sehingga mereka harus lebih fokus mengembangkan talenta baru dari La Masia,” kata Rivaldo seperti dilansir Sport. (AP)