Jorge Lorenzo, dengan pengetahuan motor Ducati dan Honda, diharapkan bisa menjadi penyempurna proyek Yamaha untuk kembali merajai MotoGP. Namun, pandemi Covid-19 merusak skenario besar dan mahal itu.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
LONDON, MINGGU — Jorge Lorenzo membuat kejutan dengan menjadi pebalap penguji Yamaha, hanya beberapa bulan setelah meninggalkan Honda dan menyatakan pensiun. Peraih tiga kali juara dunia MotoGP itu menjadi keping penting bagi Yamaha untuk mengembangkan YZR-M1 supaya bisa kembali memuncaki MotoGP. Namun, pandemi Covid-19 membuat Lorenzo tidak bisa menguji motor dan komponen-komponen baru.
Situasi ini membuat Yamaha frustrasi karena aset yang mereka miliki tidak bisa berfungsi maksimal. Lorenzo baru dua hari memacu YZR-M1, itu pun motor 2019, dan sekadar shakedown bagi pebalap Spanyol itu. Dia belum menguji motor M1 2020 maupun komponen baru yang dikembangkan oleh Yamaha. Pandemi juga membuat Lorenzo batal menjalani sejumlah agenda tes, salah satunya di Motegi pada April. Pun dia batal membalap dengan wildcard di seri Catalunya.
Kondisi ini membuat investasi besar Yamaha merekrut Lorenzo sebagai pebalap penguji tidak impas. Bahkan, bisa dikatakan ini proyek mentah untuk tidak menyebutnya gagal. Hingga kontraknya berakhir musim ini, belum diketahui seberapa banyak Lorenzo bisa membantu pengembangan M1. Pandemi menghalangi Yamaha mendapatkan masukan berharga dari Lorenzo yang juga mengenal motor-motor pesaing, yaitu Ducati dan Honda.
”Ini membuat frustrasi. Tidak ada jalan lain untuk menjelaskan bagaimana pengembangan yang telah dilakukan Jorge tahun ini,” ujar Manajer Direktur Yamaha MotoGP Lin Jarvis kepada Speedweek, Minggu (21/6/2020).
”Covid-19 telah menghadirkan banyak kekecewaan. Rencana kami dengan Lorenzo sangat terpengaruh. Jorge baru dua kali mengendarai motor di Sepang, yang sebenarnya sekadar tes shakedown bagi dirinya. Dia tidak melakukan banyak hal untuk kami. Itu (tes di Sepang) ditujukan supaya dia terbiasa dengan motor dan supaya dia menemukan kembali kecepatannya. Setelah itu, dia seharusnya melakukan tes di Jepang dan Eropa. Semuanya terjadwal dengan sangat baik, tetapi harus dibatalkan,” kata Jarvis yang sedang berada di Inggris.
Menjelang balapan MotoGP seri pertama di Jerez, pada 19 Juli, Yamaha berencana menggelar tes di Misano, Italia pada 23-24 Juni. Tes ini dilakukan bersama dengan tim Ducati, Aprilia, dan KTM. Namun, Jarvis menegaskan, timnya akan sangat sulit mengikutsertakan Lorenzo dalam tes di masa pandemi itu. Alasannya, tim penguji Yamaha sebagian besar beranggotakan ahli-ahli mesin dari Jepang, dan tidak ada komponen baru yang harus diuji seiring penghentian pengembangan selama pandemi. Anggota tim penguji dari Jepang pun akan sangat sulit bepergian ke Italia karena ada pengetatan perjalanan oleh negaranya.
”Ini sangat mengecewakan. Dan, penghentian wildcard berarti kami tidak memiliki kesempatan untuk melihat Jorge beraksi di balapan tahun ini. Itu sangat disayangkan. Kami memiliki harapan yang sangat tinggi dengan proyek baru ini. Tetapi, saat ini kami tidak bisa melanjutkan itu,” kata Jarvis.
Terkait dengan rencana tes di Misano, Yamaha bisa saja mengikutsertakan Lorenzo. Dia bisa didampingi oleh para mekanik dari Yamaha Eropa yang dikontrak untuk menyiapkan motor bagi Lorenzo. ”Tetapi, jika kami hanya melakukan tes, tanpa tujuan yang berarti di belakangnya, tanpa tujuan yang jelas, dan tanpa onderdil baru untuk di tes, serta tanpa para ahli mesin yang bertanggung jawab di tim tes, maka itu tidak masuk akal,” tegas Jarvis.
”Itu akan sia-sia. Itu hanya akan menguntungkan Jorge. Dia bisa menikmati memacu motor di sirkuit empat hingga lima jam sehari. Tetapi, jika dia tidak bisa memberi kami hal yang sama karena kami tidak memiliki material baru apa pun, apa gunanya itu bagi kami?” kata Jarvis.
Proyek setengah matang ini menjadi materi pembahasan di Yamaha, apakah akan dilanjutkan atau tidak pada tahun depan. Jika kedua belah pihak menemukan titik temu, proyek ini bisa dilanjutkan. ”Untuk saat ini, saya hanya bisa mengatakan, kita lihat saja berapa banyak hari tes yang bisa kami lakukan tahun ini. Kemudian kami akan memutuskan bersama dengan Jorge apakah kami akan melanjutkan kerja sama atau tidak. Kami memiliki kontrak satu tahun. Jika kedua belah pihak senang dan setuju untuk melanjutkan, kami akan membahasnya,” ujar Jarvis.
Bergabungnya Lorenzo ke Yamaha sebagai pebalap penguji dinilai oleh banyak pihak sebagai batu loncatan dirinya untuk kembali ke MotoGP. Bahkan, Kepala Tim Petronas Yamaha SRT Razlan Razali mengakui bahwa Lorenzo pernah menyatakan ingin kembali membalap. ”Saya berbincang dengan Jorge selama tes. Dia terlihat antusias dan muda kembali. Dia menanyakan kepada saya, tetapi saya tidak memberi komitmen pada saat itu karena masih terlalu dini dalam musim ini. Jika ini kejuaraan yang normal, jika dia tampil bagus dan membalap dengan wildcard, semuanya kemungkinan terbuka. Semua orang ingin membalap untuk Yamaha. Jadi kami dimanja oleh pilihan. Saat ini bukan tahun yang normal, jadi sulit bagi kami untuk mempertimbangkan Lorenzo,” tutur Razali kepada GPOne pada pertengahan Mei lalu.
Niat Lorenzo untuk kembali balapan itu juga diketahui oleh Jarvis. Dia tahu, niat tersembunyi Lorenzo. ”Jorge ingin melakukan pengujian dan balapan pada tahun ini. Tetapi, saya pikir dia memiliki motif tersembunyi. Dia juga ingin mengetahui apakah dirinya masih cukup tertarik untuk kembali balapan. Saya pikir dia sangat tertarik menemukan apakah dirinya masih cukup cepat, nyaman, dan mampu bersaing, serta apakah dirinya bisa meraih kepercayaan dirinya seperti saat dulu bersama Yamaha,” papar Jarvis.
”Tetapi, empat pebalap kami di MotoGP akan penuh ketika Valentino (Rossi) memutuskan untuk terus dan menandatangani kontrak dengan tim Petronas Yamaha. Karena saya juga berharap Franco Morbidelli akan tetap bersama kami dan terus dengan tim Petronas, maka Yamaha kemungkinan tidak memiliki tempat untuk Jorge. Jorge harus berbicara dengan tim-tim pesaing jika ingin membalap lagi untuk semusim penuh. Ada tim-tim pabrikan seperti Ducati yang belum lengkap pebalapnya,” ujar Jarvis.
Ducati saat ini masih menunggu finalisasi perpanjangan kontrak dengan Andrea Dovizioso. Pebalap Italia berusia 34 tahun itu diharapkan sudah memberi jawaban sebelum balapan pertama musim ini bergulir. Ducati menginginkan kontrak per tahun, tetapi Dovizioso menginginkan kontrak dua tahun langsung.
Direktur Olahraga Ducati Paolo Ciabatti menegaskan, Ducati adalah pilihan terbaik bagi Dovizioso. ”Kami pilihan terbaik bagi Andrea dari sudut pandang kemampuan bersaing, dan dia pilihan terbaik bagi Ducati untuk alasan yang sama,” tegasnya kepada Moto.it.
”Terlepas dari usianya (34 tahun), saya tahu dia bersiap dengan sangat baik dan terus berlatih dengan komitmen tertinggi. Semua ini membuat saya tidak berpikir ada alasan lain untuk tidak menemukan kesepakatan yang masuk akal sesuai dengan keinginan pebalap dan perusahaan dalam masa perekonomian yang cukup genting ini,” tegas Ciabatti dikutip Motorsport.