Juventus tengah berada dalam kondisi internal kurang baik menjelang kontra Bologna di Liga Italia, Selasa dini hari WIB. Situasi itu bisa dimanfaatkan Lazio, tim peringkat kedua, untuk mengakhiri dominasi Juve di Italia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
TURIN, MINGGU — Awan mendung menggelayut di tengah musim panas di Continassa, Turin, pusat latihan Juventus. Konflik internal pasca-kekalahan di final Piala Italia hingga badai cedera menjadi tantangan yang kini harus diatasi pelatih Maurizio Sarri demi menjaga dominasi Juve di Italia, delapan musim terakhir.
Juve belum pernah mengalami situasi serumit seperti saat ini, setidaknya dalam delapan tahun terakhir. Kekalahan di dua laga final secara beruntun bukanlah hal yang normal bagi ”Si Nyonya Besar”. Lazio dan Napoli menjadi pengubur mimpi Sarri untuk mempersembahkan gelar perdana musim ini, baik di Piala Super Italia maupun Piala Italia.
Presiden Juventus Andrea Agnelli pun gusar. Seusai tumbang dari Napoli lewat adu penalti di final Piala Italia, Kamis lalu, Juve memutuskan meniadakan sesi latihan pada Jumat setelah tim tiba di Turin. Sebagai gantinya, Agnelli memanggil Sarri untuk membahas prospek masa depan klub, terutama di dua kompetisi tersisa yang diikuti Juventus, yaitu Liga Italia dan Liga Champions Eropa. Dua trofi itu adalah trofi paling diinginkan Agnelli ketika mengontrak Sarri, Juni 2019.
Juventus kembali melakukan latihan pada akhir pekan lalu menjelang melawan Bologna, Selasa (23/6/2020) dini hari WIB di Liga Italia. Menurut La Stampa Minggu lalu, latihan Juve di Continassa berlangsung tegang dan tanpa keceriaan seperti biasanya.
Bahkan, gelandang Juve, Miralem Pjanic, kedapatan berargumen dengan Sarri. Kondisi itu membuat Pjanic diprediksi akan memulai laga pekan ke-27 Liga Italia dari bangku cadangan.
Tidak hanya kondisi di ruang ganti yang tidak baik, Juve juga harus kehilangan bek sayap Alex Sandro dan gelandang Sami Khedira. Bahkan, Khedira dipastikan tidak akan lagi tampil di sisa musim ini.
Ketiadaan Khedira menjadi pukulan bagi Sarri. Stok lini tengah mereka yang mampu membantu menjalankan skema bola pendek dan menekan di zona pertahanan lawan seperti diinginkan Sarri kian menipis. Hanya Rodrigo Bentancur, Blaise Matuidi, dan Aaron Ramsey yang kini bisa diandalkan Sarri untuk menerapkan pola ”Sarriball”.
Kondisi itu tidak ideal bagi Juve yang harus menjalani 12 laga Liga Italia dalam 41 hari. Selain itu, ”I Bianconeri” juga masih berkompetisi di babak 16 besar Liga Champions Eropa yang akan dimulai kembali 7 Agustus. Di Liga Champions, Juve harus membalikkan keunggulan agregat 0-1 dari Olympique Lyon.
”Sangat aneh jika Sarri mengeluh tidak memiliki kekuatan skuad yang cukup dalam. Menurut saya, itu bukan tentang berapa banyak pemain di bangku cadangan, tetapi bagaimana pelatih bisa memaksimalkan pemainnya sesuai dengan kualitas yang diinginkan,” ujar mantan Pelatih Juventus Fabio Capello, seperti dilansir RAI, Sabtu lalu.
Untuk membawa Juve ke tren kemenangan, Sarri harus mampu mengendalikan para pemain bintang di ruang ganti tim itu. (Fabio Capello)
Capello menilai, Sarri adalah salah satu pelatih terbaik di Italia. Namun, untuk membawa Juve ke tren kemenangan, Sarri harus mampu mengendalikan para pemain bintang di ruang ganti tim itu.
”Juventus jelas bukan kendaraan yang mudah untuk dikendalikan karena ada sejumlah pemain berkarakter kuat. Guna memenangkan hati (pemain), seorang pelatih harus membuktikan dirinya agar para pemain sepenuhnya yakin ide-idenya,” ujar Capello.
Adapun mantan Presiden Juventus Giovanni Cobolli Gigli menyarankan Sarri membuat sistem yang bertumpu ke Cristiano Ronaldo, penyerang terbaiknya saat ini. ”Sarri harus menyesuaikan identitas Juve dan membuat sistem bekerja bagi Ronaldo,” katanya.
Situasi kontras
Kontras dengan Juve, Bologna tengah dalam kondisi internal yang kondusif seiring perpanjangan kontrak pelatihnya, Sinisa Mihajlovic, hingga musim panas 2023. Sejak menangani ”I Rossoblu”, Januari 2019, Mihajlovic telah menyelamatkan tim itu dari zona degradasi, akhir musim lalu. Musim ini, Bologna berada di posisi ke-10 dengan 34 poin atau terpaut lima poin dari Napoli di posisi ke-6 yang menjadi batas akhir tiket ke Liga Europa musim depan.
”Kami telah memiliki rencana jangka panjang bersama Sinisa (Mihajlovic). Ia telah berkomitmen untuk membangun tim di masa depan,” kata CEO Bologna Claudio Fenucci.
Meski begitu, Juve selalu menjadi lawan berat bagi Bologna. Dalam 13 pertemuan terakhir, Bologna hanya berhasil meraih satu poin. Terakhir kali Bologna bisa mengalahkan Si Nyonya Besar adalah pada Februari 2011.
Adapun para pesaing Juve untuk meraih scudetto atau gelar juara Liga Italia kini tengah menyiapkan diri secara maksimal di era normal baru. Lazio memainkan laga persahabatan melawan klub Serie C, Ternana. Dalam pertandingan yang berlangsung di pusat latihan Lazio di Formello, Roma, Italia, itu tim asuhan Simone Inzaghi unggul telak 7-2.
Penyerang Lazio, Ciro Immobile, dan bek Denis Vavro masing-masing mencetak dua gol. Kemenangan Lazio dilengkapi oleh Sergej Milinkovic-Savic, Felipe Caicedo, dan Luca Falbo.
Lazio digoda bonus
Untuk memotivasi para penggawa ”Le Aquile”, julukan Lazio, Presiden Lazio Claudio Lotito telah menganggarkan 18 juta euro (Rp 286,5 miliar) untuk bonus kepada pemain dan pelatih apabila menjadi juara Liga Italia. Sepanjang sejarah, mereka baru dua kali juara. Hingga pekan ke-26, Lazio berada di urutan kedua dengan 62 poin sehingga hanya berselisih satu poin dari Juve di puncak klasemen Liga Italia.
”Kami berharap mampu menjegal Juventus dalam perebutan gelar juara Serie A, apalagi kami telah mengalahkan mereka dua kali,” kata juru bicara Lazio, Arturo Diaconale, seperti dikutip Football-Italia.
Dari dua pertemuan dengan Juve di musim ini, masing-masing di Liga Italia dan Piala Super Italia, Lazio menang identik, yaitu 3-1, atas Juve. Adapun di pekan ke -27, Lazio akan bertandang ke Stadion Atleti Azzurri d’Italia milik Atalanta, Kamis (25/6/2020) dini hari WIB. Lalu, di pekan ke-34, ”Le Aquile” akan menjalani ”laga final” melawan Juventus di Stadion Allianz Arena, 21 Juli.
Bagi mantan Pelatih Lazio Sven-Goran Eriksson, bekas klubnya itu memiliki permainan yang sejajar dengan Si Nyonya Besar pada musim ini. Ia percaya Lazio berpeluang mengakhiri dominasi Juve di Liga Italia dalam delapan musim terakhir.
”Lazio adalah wujud dari sebuah tim di mana setiap orang bermain untuk satu sama lain, dengan sukacita, dan dengan kerja keras. Tetapi, Juve tetap masih favorit (juara) karena mereka sudah terbiasa di situasi seperti saat ini dan memiliki mental untuk mampu mengatasi tekanan. Maka, perebutan gelar akan berlangsung (sengit) hingga akhir musim,” kata Eriksson, pelatih tersukses Lazio yang menyumbangkan tujuh trofi pada periode 1997-2001. (AP/AFP)