Liverpool seharusnya tinggal membutuhkan dua kemenangan untuk mengunci gelar juara Liga Inggris pada pekan ini. Namun, Everton mengacaukan skenario itu.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
LIVERPOOL, SENIN — Sejak ditangani Manajer Carlo Ancelotti pada akhir tahun lalu, Everton mulai memiliki skema permainan yang lebih terorganisasi. Dengan modal itu, mereka mampu menahan imbang Liverpool, 0-0, di Stadion Goodison Park, Senin (22/6/2020) dini hari WIB, dan merusak skenario ”Si Merah” untuk meraih gelar juara Liga Inggris pada pekan ini.
Liverpool sebetulnya berharap bisa mengalahkan Everton pada laga derbi Merseyside ini sehingga mereka tinggal mengalahkan Crystal Palace pada Kamis (25/6/2020) dini hari WIB di Stadion Anfield untuk mengunci gelar juara. Namun, gara-gara Everton, Liverpool sekali lagi harus berharap nasib buruk menimpa Manchester City.
Hasil imbang di Goodison Park membuat Liverpool baru bisa mengunci gelar juara liga jika mengalahkan Palace dan dengan syarat lain, yaitu City gagal mengalahkan Burnley pada laga Selasa (23/6/2020) dini hari WIB. Saat ini Liverpool memiliki 83 poin di puncak klasemen dan City sebelum menghadapi Burnley memiliki 60 poin.
City masih berpeluang mengumpulkan total 87 poin jika memenangi 9 laga tersisa, termasuk laga kontra Burnley. Apabila City tidak pernah kalah lagi, Liverpool masih butuh lima poin lagi dalam delapan laga tersisa untuk mengumpulkan total 88 poin dan mendapatkan trofi yang mereka nantikan selama 30 tahun.
Langkah Liverpool untuk mengakhiri penantian itu pun terganjal karena Everton bisa bertahan dengan baik dan mengungkap melemahnya daya serang Si Merah. Manajer Liverpool Juergen Klopp tidak bisa menampilkan permainan terbaik timnya karena beberapa pemain bintang tidak bisa tampil, seperti Mohamed Salah dan Andy Robertson.
Salah hanya bisa duduk sebagai pemain cadangan selama 90 menit, sementara Robertson dianggap belum fit untuk menjalani laga. Klopp mematuhi saran dari departemen kesehatan klub untuk tidak buru-buru menurunkan kedua pemain tersebut.
Akibatnya, ketika Everton punya pertahanan bagus, Liverpool mendapati daya gebraknya berkurang. ”Kami juga tidak cukup pintar untuk memanfaatkan ruang yang ada. Ini normal ketika Anda kembali bermain lagi (setelah lama tidak bermain),” kata Klopp.
Puji Alisson
Kondisi ini membuat Klopp tidak terlalu kecewa ketika hanya mendapatkan satu poin dari laga itu. Sebaliknya, Klopp bersyukur memiliki kiper setangguh Alisson Becker yang membuat gawang mereka tetap utuh ketika Everton memiliki sejumlah peluang gol yang berbahaya.
Peluang terbaik Everton terjadi pada babak kedua ketika Dominic Calvert-Lewin berhasil menembak dengan tumitnya dalam jarak dekat. Namun, Alisson masih bisa membuang bola yang kemudian disambut Tom Davies dengan tendangan keras. Namun, tendangan Davies masih sedikit melenceng dan kemudian membentur tiang gawang.
Pada babak pertama, penyerang Everton asal Brasil, Richarlison, juga memiliki beberapa peluang. Jika saja Everton mampu mencetak gol, mereka bisa saja menikmati kemenangan pertama atas Liverpool dalam satu dekade terakhir. ”Kami punya dua atau tiga peluang untuk mencetak gol. Kami hanya kurang beruntung,” kata Ancelotti.
Everton memang kurang beruntung menjamu Liverpool ketika sepak bola sedang membangun wajah baru akibat pandemi Covid-19. Para pemain merasa kehilangan energi tambahan dari para pendukung karena laga derbi itu digelar tanpa penonton. ”Rasanya aneh bermain tanpa dilihat banyak penonton dalam laga seperti ini (derbi). Biasanya tempat ini bisa bergetar, jadi sangat sulit untuk membiasakan diri tanpa penonton,” ujar Calvert-Lewin. (AFP/REUTERS)