Saatnya Merebut Tahta dari Nyonya Besar
Penguncian selama tiga bulan karena wabah Covid-19 berpengaruh negatif terhadap klub liga sepak bola kasta tertinggi Italia seperti Juventus. Perebutan gelar juara Liga Italia akan semakin sulit ditebak.
ROMA, JUMAT – Vakum tiga bulan karena wabah Covid-19 telah berpengaruh negatif terhadap performa klub liga sepak bola kasta tertinggi Italia atau Serie A, tak terkecuali Juventus. Kegagalan Si Nyonya Besar merebut Piala Italia di Roma, Italia, Rabu (17/6/2020) kemarin menjadi bukti bahwa pandemi itu bisa memicu perubahan peta persaingan perebutan gelar juara Serie A musim ini.
Maka itu, saat Serie A musim ini dimulai kembali pada 20 Juni, perebutan gelar juara disinyalir akan lebih alot dan sulit ditebak. Juventus yang sedang memimpin klasemen sementara belum tentu bisa langgeng mempertahankan hegemoninya hingga akhir musim. Secara keseluruhan, ini menjadi kesempatan klub-klub lain untuk menjegal Si Zebra merebut gelar Serie A kesembilannya secara beruntun.
Pasca Napoli menaklukan Juventus dalam drama adu pinalti 4-2 usai laga berlangsung imbang 0-0 sepanjang waktu normal final Piala Italia lalu, Lazio kian bergairah menatap keberlanjutan Serie A musim ini. Juru bicara Lazio Arturo Diaconale dikutip Football-Italia, Kamis (18/6/2020), mengatakan, kesuksesan Napoli menundukkan Juventus membuktikan tidak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola.
Lazio pun yakin bisa mengkudeta posisi Juventus di puncak klasemen sementara dalam sisa musim ini. Saat ini, Si Elang Biru berada di peringkat kedua klasemen sementara dengan 62 poin dari 26 laga. Mereka hanya terpaut satu poin dari Juventus di peringkat pertama dengan 63 poin dari 26 laga.
Lazio kian percaya diri karena telah mengalahkan Juventus dua kali di musim ini, yakni 3-1 di laga paruh musim pertama di Roma pada 7 Desember dan 3-1 di laga final Piala Super Italia 2019 di Riyadh, Arab Saudi pada 22 Desember 2019. Kedua tim akan bertemu kembali di laga paruh musim kedua di Turin pada 21 Juli.
”Kami sangat senang dengan kemenangan Napoli kemarin. Ini sinyal positif yang seharusnya bisa diikuti oleh tim lain. Semoga kami juga bisa menjegal Juventus dalam perburuan scudetto (gelar juara Serie A). Apalagi kami sudah dua kali mengalahkan mereka musim ini".
”Kami sangat senang dengan kemenangan Napoli kemarin. Ini sinyal positif yang seharusnya bisa diikuti oleh tim lain. Semoga kami juga bisa menjegal Juventus dalam perburuan scudetto (gelar juara Serie A). Apalagi kami sudah dua kali mengalahkan mereka musim ini,” ujar Diaconale.
Pelatih Lazio Simone Inzaghi pun tak sabar memulai kembali Serie A musim ini. Dirinya yakin Lazio bisa membuat sejarah di musim ini, yakni merebut scudetto ketiga dalam sejarah klub tersebut. ”Kami senang memulai kembali liga musim ini. Kami ada harapan menyelesaikan musim ini dengan baik dan memberikan kebahagiaan untuk semua orang yang bekerja di klub ini dan para penggemar,” katanya beberapa waktu lalu.
Kondisi sulit
Sebelum wabah Covid-19 melanda Italia, Juventus adalah raja semua kompetisi di Negeri Spagetti tersebut. Setidaknya, mereka telah merengkuh delapan gelar Serie A secara beruntun dari musim 2011/2012 hingga 2018/2019. Mereka pun meraih empat Piala Italia secara beruntun dari musim 2014/2015 hingga 2017/2018.
Namun, Juventus yang biasanya mendominasi setiap laga tampak berbeda setelah Italia terkurung oleh Covid-19 dalam tiga bulan terakhir. Dua laga Piala Italia buktinya. Ketika menjamu AC Milan dalam laga kedua semi final Piala Italia di Turin, 12 Juni, skuad berjersei hitam-putih itu tak mampu memecah kebutuan. Kondisi itu berlanjut saat mereka takluk dari Napoli di final Piala Italia kemarin.
Pelatih Juventus Maurizio Sarri menuturkan, filosofi permainannya adalah bermain cepat dari kaki ke kaki atau Sariball. Namun, setelah istirahat panjang atau tiga bulan karena wabah Covid-19, fisik ataupun kebugaran para pemainnya menurun drastis. Mental para pemain itu juga sempat terpukul. Apalagi ada tiga pemain klub yang berdiri 1 November 1897 itu yang sempat terinfeksi Covid-19, yakni bek Daniele Rugani, gelandang Blaise Matuidi, dan penyerang Paulo Dybala.
”Kami adalah tim yang terbiasa memecahkan kebutuan dengan gerakan individu. Tetapi, saat ini, kami sulit melakukan itu. Pemain kekurangan kecerdasan untuk melakukannya. Tim tidak memiliki kecepatan yang sama seperti tiga bulan lalu atau sebelum penguncian oleh Covid-19 (sejak 9 Maret),” tuturnya.
Situasi Juventus kian pelik karena beberapa pemain cedera ataupun belum pulih dari cedera. Pasca final Piala Italia, Pusat Medis Juventus atau J-Medical mengkonfirmasi bahwa bek Alex Sandro mengalami robek ligamen lutut medial agunan dan gelandang Sami Khedira bermasalah dengan tendon yang berpotensi serius.
Keduanya pun menambah daftar panjang pemain Juventus yang harus menepi. Sebelumnya, bek Giorgio Chiellini dan penyerang Gonzalo Higuain juga mengalami cedera dan sedang dalam pemulihan. Keduanya diprediksi belum tersedia ketika Juventus bertandang ke markas Bologna pada 23 Juni.
Atmosfer berbeda
Pelatih Inter Milan Antonio Conte dikutip Kantor Berita Italia atau ANSA, Kamis, mengutarakan, salah satu faktor yang membuat peta persaingan bisa berbeda adalah ketidakhadiran penonton di stadion. Adapun operator Serie A menerapkan sejumlah aturan atau protokol kesehatan yang ketat untuk menggulirkan kembali kompetisi musim ini.
Salah satu aturannya, yakni melarang kehadiran penonton di stadion. Jadi, setiap laga, berlangsung sepi. Hanya ada 22 pemain yang berlaga di lapangan, tiga wasit di lapangan, beberapa pemain pengganti di bangku cadangan, ofisial tim, dan perangkat pendukung pertandingan di pinggir lapangan.
”Sepak bola tanpa penonton membuat olahraga ini lemas, tanpa gairah. Kami berharap semuanya bisa segera kembali seperti biasa. Kami berharap penonton bisa kembali datang dan memenuhi stadion,” ujar mantan pelatih Juventus dan Chelsea itu.
Hal senada disampaikan pelatih Fiorentina Giuseppe Iachini. Dikutip oleh Football-Italia, Kamis, Iachini menilai, sepak bola Italia akan berubah total ketika liga musim ini dimulai lagi. Itu karena tidak ada kerumunan dan sorak-sorai teriakan penonton dari tribune stadion. ”Tanpa penonton, itu membuat Anda kehilangan semangat dan emosi dalam suatu laga,” katanya. (AFP/REUTERS)