Polemik PSSI dengan pelatih kepala timnas Indonesia, Shin Tae-yong, berpotensi mengganggu persiapan tim ”Garuda”, khususnya di Piala Dunia U-20 2021. Kedua belah pihak perlu duduk bersama menyatukan kembali visi mereka.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ambisi PSSI membentuk tim nasional sepak bola Indonesia yang tangguh untuk menjalani sejumlah turnamen bergengsi, seperti Piala AFF 2020 dan Piala Dunia U-20 2021, terancam tidak terwujud. Pemicunya adalah selisih pendapat antara PSSI dan pelatih kepala timnas Indonesia, Shin Tae-yong, terkait program pemusatan latihan.
Anggota Komite Eksekutif PSSI, Hasani Abdulgani, menilai, polemik yang telah mengemuka di publik antara PSSI dan pelatih asal Korea Selatan itu didasari kekeliruan komunikasi. Maka itu, ungkap Hasani, kedua belah pihak harus segera bertemu untuk menyatukan kembali visi membangun tim ”Garuda”.
Situasi akan memburuk bagi tim Garuda jika persoalan itu dibiarkan berlarut-larut. ”Menurut saya, masalah itu hanyalah persoalan miskomunikasi dan penyesuaian kultur. Cara berpikir dan kebiasaan orang Indonesia dengan Korsel berbeda. Ini harus dipahami terlebih dahulu. Kedua belah pihak juga harus bersikap dewasa, tidak menonjolkan kemauan sendiri,” tutur Hasani di Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Gejala friksi antara PSSI dan Shin itu terungkap dari wawancara mantan pelatih timnas Korsel di Piala Dunia Rusia, 2018 lalu, itu dengan media daring di ”Negeri Gingseng”, Naver. Dalam wawancara itu, Shin mengungkapkan keluh-kesahnya terkait pekerjaan barunya menangani timnas Indonesia.
Dalam peta jalan pengembangan timnas Indonesia—mulai dari level U-19 hingga senior—yang diserahkannya saat menandatangani kontrak sebagai pelatih berdurasi empat tahun pada akhir tahun lalu, Shin telah merinci program pemusatan latihan yang akan dilakukannya. Ia berharap timnas U-19 bisa mengikuti sejumlah pemusatan latihan serta uji coba di luar negeri sebagai persiapan menatap Piala Dunia U-20 2021.
Sayangnya, sejauh ini, hanya pemusatan latihan di Thailand, Februari lalu, yang telah terwujud. Adapun program serupa ke Jerman batal terlaksana pada April lalu akibat pandemi Covid-19. Ia pun lantas mengusulkan Korsel, negara asalnya, sebagai lokasi penggantinya. Namun, rencana pemusatan latihan pada Juli-September di luar negeri itu ditanggapi dingin PSSI.
Sulitnya mencari lawan
Menurut Endri Erawan, anggota Satuan Tugas Timnas di PSSI, pihaknya telah menyiapkan pemusatan latihan di zona hijau pandemi Covid-19, seperti Bali dan Yogyakarta. Padahal, Shin mencemaskan situasi wabah Covid-19 di Indonesia yang terus meningkat. Ia juga berharap, di luar negeri, tim ”Garuda Muda” bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman penting.
Sulit mencari tim (lawan bertanding) dengan level di atas timnas di Indonesia, apalagi kondisi Covid-19 di sana masih parah.
”Sulit mencari tim (lawan bertanding) dengan level di atas timnas di Indonesia, apalagi kondisi Covid-19 di sana masih parah. Saya rasa, kami harus tahu posisi kita ada di mana dan berupaya berlatih keras,” ujar Shin seperti dikutip Naver.
Dalam sejarah kepelatihannya, Shin terbiasa melakukan karantina ketat kepada pemainnya. Hal itu ia terapkan pada skuad timnas Korsel U-23 yang menembus babak 16 besar Olimpiade Brasil 2016, timnas Korsel U-20 yang mencapai babak 16 besar Piala Dunia U-20 di Korsel pada 2017 serta timnas Korsel di Piala Dunia Rusia 2018.
Selain melakukan program latihan hampir dua bulan di pusat latihan milik Asosiasi Sepak Bola Korsel (KFA) di Pulau Jeju, Shin juga membawa anak-anak asuhannya melakukan pemusatan latihan di luar negeri. Menjelang Piala Dunia Rusia, misalnya, Shin membawa timnas Korsel menjalani pemusatan latihan di Austria.
Pemusatan latihan panjang dibutuhkan Shin untuk meningkatkan kemampuan dasar pemain Indonesia, mulai dari fisik, mental, hingga pemahaman taktik. Ia menilai, sejumlah aspek itu, khususnya fisik, masih sangat kurang dari para pemain timnas Indonesia saat ini.
Padahal, saat pengenalan Shin sebagai pelatih timnas Indonesia, Desember lalu, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan berkomitmen mendukung program pengembangan timnas yang akan disusun Shin. ”Apa pun yang diminta Shin akan saya kasih,” ujar Iriawan saat itu (Kompas, 29/12/2019).
Kemenpora mendukung Shin
Sementara itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak keberatan dengan rencana Shin menggelar pemusatan latihan timnas U-19 di Korsel. Sekretaris Menpora Gatot S Dewa Broto berkata, Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi telah menyampaikan rencana program Shin itu ke pihaknya.
Menurut dia, pemerintah hanya perlu menunggu justifikasi dari PSSI terkait alasan dan program yang akan dilakukan Shin di Korsel. Jika PSSI kesulitan membuat formulasi justifikasi untuk audit itu, pihaknya bersedia membantu menyusunnya.
”Pemerintah mendukung Shin dalam mempersiapkan timnas U-20 selama tujuannya meningkatkan prestasi Indonesia di Piala Dunia U-20, peringkat FIFA, dan mendorong prestasi dan lingkungan sepak bola Indonesia yang lebih baik. Sejak awal, Pak Menpora dan saya selalu meminta PSSI untuk cermat, taktis, dan komprehensif untuk mempersiapkan timnas U-20. Tugas yang tidak mudah untuk menjawab harapan tinggi publik agar timnas berprestasi di Piala Dunia U-20,” tutur Gatot.
Sebelum menghadapi Piala Dunia U-20, tahun depan, pada akhir tahun ini, timnas Indonesia dari sejumlah kelompok umur akan mengikuti Piala Asia U-16, Piala Asia U-19, dan Piala AFF. Adapun timnas senior akan menghadapi tiga laga tersisa kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia melawan Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam.
Shin tidak menargetkan timnas Indonesia bisa langsung meraih juara di tahun perdananya di Tanah Air. Akan tetapi, Shin berani mematok target juara pada Piala AFF 2022.