Shin Tae-yong: Saya Bukan Pesulap
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, mengaku dituntut memberikan prestasi dalam turnamen yang diikuti tim ”Garuda” dalam satu tahun terakhir. Target instan itu tidak sesuai program yang telah disusun Shin.
Pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong mulai merasakan tidak memiliki satu visi dengan Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI). PSSI menuntut Shin bisa membawa Indonesia berprestasi dalam sejumlah turnamen dalam satu tahun terakhir. Padahal, Shin menilai masih memerlukan waktu secara bertahap untuk membawa Indonesia kembali menjadi ”raja” Asia Tenggara.
Salah satu curahan hati Shin itu dimuat dalam laporan salah satu media daring tertua di Korea Selatan, yaitu Naver. Untuk menghadirkan laporan itu, Naver melakukan wawancara tatap muka dengan Shin di salah satu kafe di Kawasan Gangnam, Seoul, Korsel, Rabu (17/6/2020) lalu.
Meski demikian, PSSI masih meragukan pernyataan Shin itu. Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi mengatakan, pihaknya tidak percaya Shin membuat pernyataan itu di media Korsel.
Menurut dia, selama ini, PSSI terus berkomunikasi secara intens dengan Shin. tetapi tidak ada pernyataan yang bernuansa protes dari Shin terkait kebijakan PSSI. Atas dasar itu, lanjut Yunus, pihaknya akan mencoba melakukan klarifikasi kepada Shin terkait pernyataannya itu.
”Selama pernyataan itu bukan langsung dari Shin atau agennya, kami tidak akan menanggapi,” ujar Yunus, Kamis (18/6/2020), di Jakarta.
Untuk memastikan kebenaran pernyataan Shin itu, Kompas menghubungi Choi Yong-jae, wartawan Naver, yang mewawancarai dan menulis ”curhatan” Shin, pelatih yang diperkenalkan secara resmi sebagai pelatih Tim Garuda pada 29 Desember 2019.
Melalui komunikasi via surel, Choi memastikan pernyataan itu dikatakan langsung dari Shin, yang pernah menukangi tim nasional Korea Selatan di Piala Dunia 2018. ”Tulislah sesuai yang Anda inginkan, tetapi tolong jangan ubah makna dari pernyataan itu,” tulis Choi mengenai mantan pelatih timnas Korsel di Piala Dunia Rusia 2018 itu, Kamis.
Menurut Choi, apabila federasi sepak bola Indonesia tidak bisa menerima visi jangka panjang Shin, akan sulit bagi sepak bola Indonesia kembali merajai Asia Tenggara seperti era 1990-an. Pasalnya, level sepak bola Indonesia tertinggal jauh dari negara besar di Asia.
Kini, Indonesia hanya bertengger di peringkat ke-173 dalam daftar peringkat FIFA, Juni 2020. Peringkat itu masih di bawah negara yang tidak memiliki tradisi besar sepak bola, seperti Nepal (peringkat ke-170) dan Maladewa (155).
Susun peta jalan
Shin, yang dikontrak selama empat tahun oleh PSSI sejak Desember 2019, telah menyusun rencana jangka panjang timnas Indonesia hingga 2022. Dalam target peta jalan (roadmap) itu, Shin menargetkan Indonesia bisa menjadi juara Piala AFF 2022.
Selain itu, ia juga telah menyusun rencana pemusatan latihan bagi timnas U-19 yang akan berlaga di Piala Asia U-19, 14-31 Oktober, di Uzbekistan, serta Piala Dunia U-20 di Indonesia, Mei 2021. Awalnya, timnas U-19 diagendakan untuk menjalani pemusatan latihan di Jerman pada April 2020.
Akan tetapi, seiring wabah Covid-19, Shin mengusulkan pemusatan latihan dipindah ke Korea Selatan pada Juli hingga September. Pemusatan latihan itu dijadwalkan menjadi lanjutan dari program pelatihan di Thailand, Januari lalu.
Selama dua pekan di Chiang Mai, Thailand, timnas U-19 menjalani latihan intensif dan uji coba dengan sejumlah tim asal Korsel yang kebetulan juga melakukan pemusatan latihan di sana. Hasilnya, tim ”Garuda Muda” mengalami lima kekalahan dan satu kemenangan.
Menurut Shin, pemusatan latihan di luar negeri perlu untuk melanjutkan program latihan fisik dan menemukan lawan uji tanding yang kualitasnya di atas timnas U-19 Indonesia. Ia mencontohkan, level fisik pemain Indonesia hanya sanggup melakukan shuttle run sebanyak 30-40 kali, sedangkan pemain muda Korsel bisa melakukan 60-70 shuttle run dalam satu sesi latihan.
Situasi Covid-19
Selain itu, lanjut Shin, wabah Covid-19 di Indonesia yang belum membaik mengakibatkan timnya kesulitan berlatih intensif dan melakukan uji tanding. Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, pada 18 Juni, terjadi penambahan 1.331 kasus baru. Total, tercatat 42.762 kasus positif Covid-19 di Tanah Air
”Pemusatan latihan di luar negeri akan memberikan jaminan pemain mendapatkan makan dan kondisi fisik yang baik. Selain itu, pemain juga mampu meningkatkan kemampuan pertandingan melalui uji coba. Setelah itu, tim kembali ke Indonesia pada September untuk melanjutkan pemusatan latihan,” ujar Shin kepada Naver.
Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri, pekan lalu, mengatakan, pihaknya tengah mendiskusikan tempat dan tanggal pelaksanaan pemusatan latihan untuk timnas U-19 dan timnas senior. ”Yang penting, pemusatan latihan nanti harus jalan dengan baik. Tidak kalah penting, jangan sampai pemain terjangkit Covid-19,” kata Indra kepada Kompas.
Untuk timnas senior, Shin telah melakukan pemusatan latihan selama dua pekan, Februari lalu. Pada akhir pemusatan latihan, timnas melakukan uji coba dengan tim Liga 1, Persita Tangerang, yang berakhir kekalahan 1-4.
Shin menyatakan, salah satu pertimbangannya menerima tawaran PSSI adalah komitmen Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan untuk mendukung penuh program jangka panjang yang akan dijalankannya di Indonesia. Komitmen itu membuatnya menolak tawaran sejumlah klub Liga Super China, termasuk Shenzen FC, yang menawari kontrak jauh lebih besar dibandingkan PSSI.
Namun, kini, PSSI menargetkan dirinya meloloskan timnas U-19 ke babak semifinal Piala Asia U-19 2020 serta menargetkan Indonesia juara di Piala AFF 2020. Tak hanya itu, PSSI juga memasang target tinggi bagi Shin untuk membawa Indonesia tembus empat besar di Piala Dunia U-20 2021. Adapun Indonesia baru satu kali tampil di Piala Dunia U-20, yakni pada edisi 1979.
Selain itu, dalam sejumlah kesempatan, Iriawan juga menargetkan Indonesia bisa meraih poin di tiga laga sisa Kualifikasi Piala Dunia 2020 melawan Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam, Oktober dan November mendatang. Padahal, dalam lima pertandingan sebelumnya, Indonesia selalu kalah. Target itu untuk memenuhi ambisi Indonesia menembus peringkat 150 besar FIFA dalam satu tahun mendatang.
Peringkat FIFA
Dilansir dari laman FIFA, Indonesia saat ini berada di peringkat ke-173 dengan poin 964. Untuk menembus 150 besar, Indonesia harus melampaui 1.052 poin milik dua negara yang berbagi peringkat 149, yaitu Afghanistan dan Burundi.
Kebutuhan Indonesia untuk mengejar 88 poin itu bukan persoalan mudah. Dikutip dari Goal.com, perhitungan ranking FIFA didasari empat objek penilaian, yaitu hasil pertandingan, bobot pertandingan, peringkat lawan tanding, serta rating konfederasi yang didasari akumlasi kemenangan dari tiga edisi terakhir Piala Dunia. Untuk cepat mengejar ketinggalan poin, Indonesia harus menang dari tim-tim Eropa (UEFA) atau Amerika Selatan (CONMEBOL). Tetapi, di sisi lain, negara kuat dari dua konfenderasi tentu enggan menjalani laga uji coba dengan Indonesia yang berada di luar peringkat elite 50 besar.
Sebagai contoh, Belgia yang kini berada di peringkat pertama ranking FIFA hanya mengalami penambahan 21 poin dalam periode Juni hingga Desember 2019. Pada Juni 2019, Belgia mengantongi 1.746 poin, lalu naik menjadi 1.765 di akhir tahun lalu. Dalam periode itu, Belgia menjalani delapan laga kualifikasi Piala Eropa 2020 dengan menyapu bersih seluruh pertandingan dengan raihan tiga poin.
Namun, andai Indonesia melawan negara besar tetapi selalu kalah, maka poin Indonesia di ranking FIFA akan menurun. Pada Juni 2019, Indonesia memiliki 1.005 poin dan menempati peringkat ke-160. Namun, setelah tumbang lima kali di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia dalam satu tahun terakhir, poin Indonesia berkurang dan berimbas pula pada anjloknya posisi di ranking FIFA.
Seorang pelatih bukanlah pesulap. Semua perlu proses.
Lebih lanjut, Shin menilai sepak bola Indonesia memiliki modal untuk berkembang seiring tingginya antusiasme masyarakat Indonesia yang diperlihatkan dengan kehadiran puluhan ribu penonton di Liga 1 2020 serta dukungan kuat dari pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, ia berharap PSSI harus lebih sabar serta bersedia menjalani proses bertahap dan jangka panjang untuk membawa kejayaan bagi Indonesia di dunia sepak bola.
”Seorang pelatih bukanlah pesulap. Semua perlu proses sehingga saya berharap ada kerja sama dari PSSI untuk menjalankan program timnas dan pemain. Ketika visi sepak bola Indonesia terwujud, saya ingin ada di dalam sejarahnya,” tutur pelatih berusia 51 tahun itu.