Koalisi Pemain Meminta Proposal NBA Menyuarakan Rasisme di Orlando
Koalisi pemain NBA yang dipimpin pemain LA Lakers Avery Bradley ingin NBA menyampaikan proposal rasisme sebelum Liga kembali bergulir di Orlando, Florida. Pemain menginginkan tindakan nyata memerangi rasisme di AS.
Oleh
korano nicolash lms
·3 menit baca
LOS ANGELES, RABU — Avery Bradley, point guard Los Angeles Lakers, salah satu pemimpin koalisi pemain dalam menyuarakan rasisme, menyatakan mereka ingin NBA menyampaikan proposal rasisme sebelum Liga kembali bergulir di Orlando, Florida.
Hal ini menjadi salah satu permintaan koalisi pemain yang menyuarakan masalah rasisme yang masih terus terjadi di Amerika Serikat, seperti yang disampaikan Bradley Selasa (16/6/2020) waktu AS, kepada Espn.
Para pemain yang mempercayakan Bradley dan Kyrie Irving, point guard Brooklyn Nets, sebagai pimpinan mereka juga minta NBA meningkatkan perekrutan manajemen tim berkulit hitam, berikut pelatih kepala berkulit hitam di NBA.
Selain itu diharapkan manajemen Liga lebih baik dalam komposisi pemain, memberikan sumbangan untuk organisasi yang melayani komunitas kulit hitam, serta bermitra dengan bisnis milik kulit hitam, terutama di arena tempat Liga berlangsung.
Komisioner NBA, Adam Silver, menegaskan dirinya mendengar dan mengerti tentang keresahan pemain. ”Kami tengah mencari cara untuk menormalisasikan kami sendiri di tengah pandemi,” ujarnya.
Menurut Silver, kematian warga kulit hitam George Floyd (46) akibat lehernya ditekan dengan lutut lebih dari 8 menit oleh Derek Chauvin, polisi kulit putih, 25 Mei lalu, mengakibatkan keresahan sosial yang sangat besar di AS.
Dalam acara ”Return to Sports”, Senin (15/6/2020) malam waktu AS, seperti dikutip Espn.com, Adam Siver berjanji menggunakan platform besar mereka, NBA, bersama para pemain, benar-benar melakukan sesuatu yang dapat menghasilkan perubahan (dalam masalah rasisme di Amerika).
Menurut Bradley, jika NBA memang memiliki rencana, hendaknya proposal yang sudah disiapkan dikomunikasikan dengan jelas kepada para pemain. Dukungan para pemain dan juga NBA untuk masalah rasisme sistemik yang terjadi di AS bakal berdampak lebih besar dengan keikutsertaan pemilik klub.
Selain itu, para pemain yang tergabung dalam koalisi juga masih mencari bentuk agar tidak hanya terlalu banyak bicara.
”Tetapi, kita perlu melihat tindakan nyata yang dimasukkan ke dalam karya kita masing-masing. Terlepas dari berapa banyak liputan media akan diterima, berbicara dan meningkatkan kesadaran ketidakadilan sosial. Guna menyadari dunia akan masalah rasisme yang masih terus berlangsung hingga saat ini,” kata Bradley.
Dia berharap lebih banyak pemilik mengikuti jejak amal yang dilakukan Mark Cuban, pemilik Dallas Mavericks, dan Michael Jordan, pemilik Charlotte Hornets, yang sudah merogoh koceknya untuk memberikan bantuan finansial kepada komunitas kulit hitam.
Itu sebabnya, salah satu permintaan koalisi para pemain itu adalah agar NBA meningkatkan jumlah eksekutif kulit hitamnya yang dapat membuat keputusan penting dalam kompetisi NBA. Mengingat sejauh ini baru delapan manajer umum dari 30 tim yang ada di NBA. Itu pun hanya empat yang memiliki otoritas membuat keputusan final.
Untuk kepala pelatih baru berjumlah tujuh orang kulit hitam. Hanya Masai Ujiri dari Toronto Raptors saja yang merupakan Presiden dengan otoritas penuh untuk membuat setiap keputusan yang penting.
Padahal, dalam kenyataannya tanpa atlet kulit hitam, NBA tidak akan menjadi seperti sekarang ini. ”Liga memiliki tanggung jawab kepada masyarakat kita dalam membantu memberdayakan kita, sama seperti kita telah membuat merek NBA mendunia,” kata Bradley.
Bradley menambahkan, seperti yang juga sudah diunggah di media sosial, ”Jika kamu peduli dengan kami, kamu tidak bisa tetap diam dan hanya menjadi bagian di belakang sana.”
Masalah rasisme di AS tidak bisa hanya dihadapi oleh koalisi para pemain, tetapi juga harus dihadapi semua pihak yang berada di entitas NBA. Karena itu, seperti keinginan Adam Silver, agar benar-benar bisa menghasilkan perubahan. (AP)