Tersandung Kasus Doping, Coleman Diskors Sementara
Pelanggaran aturan keberadaan saat tes doping acak membuat Christian Coleman terancam hukuman larangan tampil dua tahun. Jika itu terjadi, juara dunia 100 meter itu terancam tidak bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Juara dunia lari nomor 100 meter Christian Coleman diskors sementara akibat tuduhan melanggar aturan doping. Ancaman skors maksimal selama dua tahun membuat sang pelari asal Amerika Serikat ini berpotensi tidak tampil di Olimpiade Tokyo pada Juli 2021.
Keputusan itu diumumkan Unit Integritas Atletik (AIU) pada Rabu (17/6/2020). ”Skors sementara terhadap Coleman dari AS karena tidak menunjukkan keberadaannya (saat tes doping acak), sebuah pelanggaran terhadap Peraturan Anti-doping Atletik Dunia,” ungkap AIU dalam pernyataan resmi melalui Twitter.
Coleman mendapatkan hukuman karena terbukti tiga kali tidak merespons saat tes doping acak dalam 12 bulan. Pelari berusia 24 tahun itu melewatkan tes pada 16 Januari 2019, 26 April 2019, dan teranyar pada 9 Desember 2019.
Badan Anti-doping Dunia mewajibkan atlet papan atas dunia melaporkan keberadaannya dengan benar untuk mengantisipasi tes doping acak di luar kompetisi. Tiga kali lalai melaporkan keberadaan dan/atau mengikuti tes doping acak (meski sudah melaporkan keberadaan) dalam 12 bulan dianggap setara dengan melakukan doping. Pelanggaran ini diancam larangan berlomba selama dua tahun.
Secara keseluruhan, ini pelanggaran keempat Coleman setelah pertama kali pada 6 Juni 2018 tidak merespons tes doping acak. Setelah pelanggaran ketiga pada 26 April 2019, Coleman terancam sanksi harus absen dari Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar.
Namun, sprinter berusia 24 tahun itu lolos dari sanksi karena pelanggaran ketiga pada 26 April 2019 terjadi di luar batas waktu 12 bulan, 1 April 2018-31 Maret 2019, yang menjadi acuan. Coleman pun bisa tampil di Doha dan sukses merebut dua medali emas dari nomor 100 m dan estafet 4 x 100 m di Kejuaraan Dunia.
Geram
Larangan berlomba pun membuat Coleman geram. Dia menilai keputusan tidak wajar. Dalam tes terakhir, dia mengaku sedang tidak berada di rumah untuk berbelanja kebutuhan Natal di pusat perbelanjaan yang berjarak hanya 5 menit dari rumahnya.
”Jangan bilang saya melewatkannya jika Anda menyelinap tanpa sepengetahuan. Tidak ada catatan orang yang datang di rumah saya. Anda mengetuk pintu ketika saya sedang berbelanja di mal. Bahkan (mereka) tidak mencoba menghubungi saya saat itu,” kata Coleman dalam pembelaannya yang disampaikan lewat Twitter.
Pelanggaran ini membuat Coleman menghadapi hukuman larangan bertanding selama 1-2 tahun. Hal tersebut pun berpotensi menghalanginya untuk bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020, yang dijadwalkan pada 23 Juli-8 Agustus 2021. Padahal, Coleman merupakan favorit utama untuk meraih emas nomor lari 100 meter di Tokyo.
Jangan bilang saya melewatkannya jika Anda menyelinap tanpa sepengetahuan. Tidak ada catatan orang yang datang di rumah saya. Anda mengetuk pintu ketika saya sedang berbelanja di mal.
Coleman mengatakan bersedia melakukan tes doping setiap hari sepanjang kariernya. Hal itu untuk membuktikan bahwa dirinya bersih dari doping. ”Saya tidak pernah dan tidak akan pernah menggunakan suplemen atau obat yang meningkatkan kinerja,” terangnya.
Menurut Coleman, sistem AIU harus diubah terkait tes doping. Baginya, tidak wajar seorang atlet dilarang tampil karena sedang tidak berada di rumahnya. Apalagi, atlet tersebut tidak diberikan kesempatan melakukan tes di kemudian hari untuk membuktikan diri.
”Sistemnya harus berubah. Aku tidak punya apa-apa untuk disembunyikan tetapi tidak mungkin untuk menunjukkan itu jika aku bahkan tidak diberi kesempatan. Saya pikir tujuan organisasi adalah menjaga olahraga tetap bersih dengan menguji semua orang dan menangkap orang yang curang, bukan menangkap orang ketika mereka tidak di rumah. Itu tidak adil,” pungkasnya. (AP)