Napoli membawa ”misi suci” saat menghadapi Juventus di final Piala Italia, Kamis dini hari WIB nanti. Mereka ingin menghibur warga Italia, termasuk pelatihnya, Gennaro Gattuso, yang tengah berduka di masa pandemi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
ROMA, SELASA — Duel Napoli kontra Juventus pada final Piala Italia di Stadion Olimpico, Roma, Kamis (18/6/2020) pukul 02.00 WIB bukan sekadar puncak perebutan mahkota juara. Laga itu sekaligus menjadi pelipur lara untuk masyarakat Italia yang menderita akibat pandemi Covid-19.
”Kami ingin mendedikasikan permainan sepak bola untuk mereka yang sangat menderita, terutama yang kehilangan orang-orang terdekat karena wabah Covid-19. Kami berharap ini bisa membawa sedikit kegembiraan ke rumah,” ujar kapten Napoli, Lorenzo Insigne, seperti dikutip Football-Italia.
Seperti dikatakan Insigne, laga final itu diharapkan bisa ikut menghibur pelatihnya, Gennaro Gattuso, yang kehilangan adiknya, Francesca, dalam usia 37 tahun karena sakit pada 2 Juni lalu. ”Kami semua dekat dengan Gattuso. Dia adalah pria hebat, bahkan sebelum menjadi pelatih hebat. Ini waktu yang sangat sulit baginya, yaitu kehilangan saudarinya. Kami berharap final Piala Italia bisa memberinya sedikit momen untuk kembali bergembira,” kata Insigne.
Terlepas dari faktor itu, final Piala Italia akan menjadi ujian besar untuk Napoli. Sebab, mereka akan menghadapi Juventus yang merupakan tim terbaik Italia dalam sewindu terakhir. Mereka menguasai Liga Italia Serie A dalam delapan musim beruntun. Selain itu, mereka juga langganan final Piala Italia di lima musim terakhir. Empat di antaranya mereka jadi juara.
”Kami menghadapi Juventus yang terbiasa menang. Mereka memiliki mental juara yang hebat. Untuk itu, kami harus bertarung habis-habisan untuk memenangi laga nanti. Kami tahu bahwa butuh performa luar biasa untuk membawa pulang trofi,” tutur Gattuso, mantan gelandang AC Milan, yang tengah memburu trofi pertamanya sebagai pelatih.
Meskipun tidak lebih diunggulkan ketimbang Juve, Napoli punya modal kuat di bawah asuhan Gattuso, yaitu solidaritas dan kekompakan antar-pemain. Sejak ditangani Gattuso pada akhir tahun lalu, kondisi ruang ganti tim berjuluk ”Partenopei” itu tampak lebih harmonis.
Pelatih yang dijuluki ”Si Badak” saat masih menjadi pemain itu telah memulihkan kepercayaan diri para pemain Napoli. Awal musim ini, saat masih diasuh Carlo Ancelotti, Partenopei terjerembap ke peringkat ke-11 di Liga Italia. Namun, berkat dorongan Gattuso, mereka perlahan bangkit dan kini bercokol di peringkat keenam klasemen Liga Italia.
Korban kebangkitan
Juve, pemuncak klasemen di Liga Italia saat ini, menjadi korban dari kebangkitan Napoli itu. Partenopei mengalahkan ”Si Nyonya Besar”, 2-1, pada duel di Liga Italia, 27 Januari lalu. Kiprah Napoli itu seolah menjadi cerminan warga Italia yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Total 34.371 orang tewas akibat penyakit yang dipicu virus korona baru itu.
Kehadiran Gattuso membuat kami tidak lagi ingat pernah menderita dalam kesulitan. Sekarang, kami punya kemampuan menghadapi tekanan. (Kalidou Koulibaly, Napoli)
”Kehadiran Gattuso membuat kami tidak lagi ingat pernah menderita dalam kesulitan. Sekarang, kami punya kemampuan menghadapi tekanan dan berani untuk menguasai bola. Kami memang masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Akan tetapi, kami sudah berada di jalan yang benar,” ujar bek Napoli, Kalidou Koulibaly, yang tidak sabar bermain di Olimpico.
Mayoritas pemain Napoli dalam kondisi yang bagus. Striker Dries Mertens, misalnya, tengah tancap gas dan ingin mengukir rekor-rekor baru di klubnya. Sebelumnya, ia mencatatkan diri sebagai pencetak gol tersubur sepanjang sejarah Napoli, yaitu total 122 gol, seusai membobol gawang Inter Milan pada laga semifinal kedua Piala Italia, akhir pekan lalu.
Kurang ideal
Sebaliknya, Juve dalam kondisi kurang ideal pada laga ini. Mereka kehilangan beberapa pemain kunci yang masih cedera ataupun kurang bugar, seperti bek Giorgio Cheillini dan Merih Demiral, serta striker Gonzalo Higuain. Selain itu, mereka juga tampak sangat kesulitan mengembangkan permainan setelah tiga bulan vakum.
Masalah itu terlihat saat menghadapi AC Milan pada laga semifinal kedua Piala Italia, akhir pekan lalu. Menjamu Milan, yang bermain dengan sepuluh orang sejak menit ke-16, Juve tidak bisa mencetak gol, bahkan menciptakan peluang emas. Pemain bintangnya, Cristiano Ronaldo, juga sering kehilangan bola dan gagal mencetak gol dari penalti pada laga itu.
”Para pemain hanya duduk di sofanya berpekan-pekan. Jadi, mengembalikan fisik dan mental mereka bukanlah hal instan. Butuh sedikit kesabaran,” ujar Pelatih Juventus Maurizio Sarri yang tengah membidik trofi pertamanya di Italia.(AFP)