Semangat Tumbuh dari Lomba Daring
Wabah Covid-19 memicu kejenuhan atlet. Cabang menembak berinovasi dengan menggelar perlombaan menembak daring skala nasional mulai Mei. Lomba itu mendorong semangat atlet kembali menggeliat.
Wajah petembak pelatnas Fathur Gustafian tampak berseri. Setelah melepaskan tembakan ke-60, atau terakhir pada nomor 50 meter prone dari 60 menit yang tersedia, dirinya berhasil mengumpulkan skor 580 poin atau yang tertinggi di antara rekan-rekan petembak putra pelatnas.
”Seru juga, ya, main nomor ini. Ada sensasi entakan peluru. Pas selongsongnya keluar juga keren. Terus ada aroma bubuk mesiu setelah menembak. Kalau main nomor air rifle, suasana itu nggak ada,” ujar Fathur, yang selama ini spesialis nomor 10 m air rifle itu, saat bersenda gurau dengan teman-temannya di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, Minggu (14/6/2020).
Fathur dan rekan-rekannya di pelatnas berbagi momen kebahagiaan seusai mengikuti lomba menembak daring edisi ketiga. Pada lomba ini, masing-masing lima petembak putra dan putri pelatnas tampil di nomor 10 m air rifle dan 50 m prone. Pada lomba pertama, awal Mei, dan lomba kedua, akhir Mei, mereka hanya ikut 10 m air rifle sesuai fokus latihan mereka.
Lomba daring itu tak hanya diikuti atlet pelatnas dari Jakarta. Petembak daerah dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Riau, dan Sulawesi Selatan turut berlomba dari lokasi masing-masing. Aktivitas mereka disiarkan layanan aplikasi Zoom dan hasil tembakan dikirim ke Jakarta.
”Walau lombanya masih banyak kekurangan, mulai dari sistem visual hingga perhitungan, ini sudah sangat memuaskan. Paling tidak, kami bisa melepas semangat berkompetisi setelah berhari-hari latihan tanpa ada kejuaraan selama wabah Covid-19, sejak Maret lalu,” ujar petembak peraih emas 10 m air rifle ganda campuran pada SEA Games 2019 Filipina itu.
Rasa jenuh menghantui pelatnas menembak selama pandemi. Setahun terakhir, atau sejak kepengurusan baru PB Perbakin, mereka tidak pernah absen ikut perlombaan, minimal kejuaraan nasional satu kali tiap bulan dan kejuaraan internasional empat-lima kali.
Baca juga : Kompetisi Menembak Daring di Senayan
Terakhir kali suasana ini mereka alami pada 2017. Saat itu, selama setahun, mereka hanya ikut dua-tiga kejuaraan nasional maupun internasional. ”Apalagi, bulan Maret kami tengah di puncak performa dalam persiapan ikut seri Kejuaraan Dunia Menembak di India untuk merebut tiket tambahan ke Olimpiade Tokyo. Saat semua kejuaraan ditunda atau dibatalkan, itu bikin lemas,” kata Fathur.
Atas dasar itu, ketika PB Perbakin berinisiatif menggelar lomba menembak daring, para atlet menyambutnya dengan antusias. Padahal, lomba itu tidak menawarkan hadiah besar, hanya voucer uang elektronik Rp 500.000 untuk pemenang pertama, Rp 300.000 untuk peringkat kedua, dan Rp 200.000 untuk peringkat ketiga setiap nomor.
”Selama latihan, pelatih memang berupaya mengantisipasi kejenuhan atlet, antara lain menargetkan nilai 10,7 poin dari maksimal 10,9 poin sebanyak lima kali sebagai syarat mengakhiri latihan dan lomba internal pelatnas dua kali di awal April. Tetapi, geregetnya kurang. Lomba daring ini lebih gereget karena yang ikut tak hanya atlet pelatnas. Atlet dari daerah juga ikut,” tutur Fathur.
Meski puas, semua atlet tetap berharap segera ada lomba reguler dan kompetisi berjalan normal kembali dalam waktu dekat. ”Lomba reguler tetap dibutuhkan karena kami bisa merasakan persaingan lebih nyata. Dalam lomba reguler, kami bisa bertatapan dengan lawan dan disaksikan penonton. Hal itu membuat adrenalin terpacu untuk menembak lebih baik,” ujar petembak 10 m air rifle putri Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba. Vidya telah memastikan tiket Olimpiade Tokyo 2020 dari Kejuaraan Dunia Menembak 2019 di Qatar.
Improvisasi
Pelatih kepala pelatnas menembak asal Iran, Ebrahim Inanlou atau biasa disapa Ali Reza, mengatakan, di masa wabah Covid-19, pelatih dan pengurus cabang olahraga dituntut kreatif mengatasi kejenuhan atlet.
Di cabang menembak, atlet pelatnas hanya berlatih dari pukul 08.00-13.30, Senin hingga Kamis. Latihan itu berlangsung tertutup. Selepas latihan, mereka harus segera kembali dan mengisolasi diri di penginapan di sebuah apartemen di Jakarta Selatan.
”Kalau pelatih dan pengurus cabang olahraga tidak kreatif, mental atlet akan jatuh. Akibatnya, hasil latihan tidak akan optimal,” kata mantan pelatih dan atlet menembak Iran itu.
Selain memberikan keleluasaan atlet beraktivitas lain seperti main bulu tangkis, tenis meja, hingga gim daring, Ali Reza juga berimprovisasi dengan latihan. Salah satu terobosannya adalah mengajak petembak nasional di nomor 10 m air rifle berlatih nomor 50 m prone, pada tiga pekan terakhir.
Selain agar para atlet bisa berlomba di banyak nomor, cara itu dipilih untuk mengatasi kejenuhan. Dengan konsep tersebut, Ali Reza juga ingin menjaga tempo agar para atlet tidak terlalu cepat mencapai puncak performa. Apalagi, belum ada kepastian kapan kejuaraan menembak bergulir.
”Kalau terus berlomba di satu nomor, atlet pasti jenuh. Lebih parah lagi kalau mereka mencapai puncak performa di nomor tersebut dan tidak ada kejuaraan reguler. Mereka tidak bisa melepas adrenalinnya. Situasi ini tidak sehat untuk mental atlet yang butuh wadah evaluasi diri setelah berada di puncak performa,” tuturnya.
Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target PB Perbakin Glenn C Apfel menuturkan, walau normal baru olahraga segera bergulir, pihaknya belum berencana menggelar kompetisi reguler dalam waktu dekat. Sebagai solusi untuk mengatasi kejenuhan atlet, lomba daring dinilai sebagai pilihan terbaik.
Bahkan, PB Perbakin menjadikan lomba daring sebagai agenda rutin minimal sekali setiap bulan hingga akhir tahun ini. Beberapa pengurus daerah juga bersedia menjadi operator secara bergantian. ”Kami terus mengembangkan sistem lomba daring ini agar menjadi lebih baik, terutama dari sisi perhitungan. Dengan demikian, lomba ini bisa lebih sportif dan hasilnya bisa diakui,” ujarnya.
Inspirasi
PB Perbakin sejauh ini menjadi satu-satunya pengurus cabang olahraga nasional yang menggelar lomba daring selama wabah Covid-19. Mereka selangkah lebih maju daripada cabang lain. Bahkan, ide itu pun diikuti oleh sejumlah negara, termasuk Federasi Olahraga Menembak India.
Hal itu juga menjadi inspirasi bagi atlet dan pengurus cabang olahraga lain di Indonesia. Di cabang atletik, pelompat jauh putra andalan Indonesia, Sapwaturrahman, berharap PB PASI bisa membuat lomba daring seperti itu. Apalagi Federasi Atletik Dunia juga sudah tiga kali menggelar lomba daring yang mempertemukan sejumlah atlet elite.
”Kami sudah lama sekali tidak berlomba. Kami ingin sekali ada kompetisi untuk menguji hasil latihan. Kalau kompetisi reguler belum memungkinkan digelar dalam waktu dekat, setidaknya ada lomba daring,” ujar peraih medali perunggu Asian Games 2018 dan emas SEA Games 2019 Filipina tersebut.
Manajer Pelatnas Angkat Besi PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengutarakan, mereka sudah mulai menjajaki lomba angkat besi daring dan tengah menggodok sistem perlombaan. ”Nantinya, timbang badan, pemanasan, hingga pertandingan dilakukan oleh atlet dari tempat masing-masing. Sementara itu, wasit dan petugas pertandingan di tempat lain. Semuanya akan dikoordinasikan dengan aplikasi Zoom,” katanya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyambut baik inisiatif cabang olahraga mengatasi keterbatasan di tengah wabah Covid-19. Bahkan, Kemenpora melalui Lembaga Pengelola Dana dan Usaha Keolahragaan memberikan dukungan untuk lomba menembak daring, antara lain bantuan sistem penyiaran daring sehingga bisa dijangkau lebih luas dan berkualitas.
”Wabah ini menguji kreativitas pengurus olahraga. Mereka tidak boleh berdiam diri karena akan merugikan. Butuh improvisasi seperti lomba daring agar pembinaan berlanjut optimal. Kami pun membuka diri kalau pengurus cabang lain ingin mengembangkan lomba serupa,” katanya.