Kehadiran pelatih berkelas dunia, yang muncul berkat semangat tinggi pengurus Perbakin, menjadi pemicu melesatnya prestasi para atlet menembak Indonesia. Tak heran, di masa pandemi Covid-19 pun, mereka terus berpacu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Performa atlet-atlet menembak nasional yang dibina PB Perbakin terus menanjak semenjak diasuh pelatih asal Iran, Ebrahim Inanlou alias Ali Reza, Mei 2018. Selain menjadi juara umum pada SEA Games Filipina, 2019, para atlet menembak nasional juga melampaui rekor pribadi.
Peningkatan prestasi itu salah satunya terjadi berkat gaya pembinaan Ali Reza yang lembut, tetapi disiplin. Ali, pelatih spesialis senapan, pernah melatih tim nasional menembak Iran.
”Keberadaan Ali Reza membuat kami lebih percaya diri. Sebab, reputasi dia tidak sembarangan. Dia mantan atlet dan pelatih timnas menembak Iran. Selama (tiga tahun) menjadi pelatih di Iran, dia berulang kali membawa atletnya menjadi juara dunia dan mendapatkan tiket ke Olimpiade,” ungkap Fathur Gustafian, petembak andalan Indonesia yang memiliki spesialisasi di 10 meter air rifle, dihubungi Senin (15/6/2020).
Di bawah asuhan Ali, Fathur meraih emas di nomor 10 meter air rifle campuran bersama Vidya Toyyiba di SEA Games 2019. Fathur lalu menambah perak dari perseorangan putra di nomor yang akan dipertandingkan di Olimpiade Tokyo 2021 itu.
Tidak hanya itu, Fathur juga mencetak rekor nasional menembak di nomor itu, yaitu dengan 626 poin, pada Kejuaraan Nasional Menembak Piala Sintong Panjaitan 2019.
Grafik positif itu terus berlanjut. Setidaknya, dalam latihan selama pandemi Covid-19, Fathur mampu meraih skor 631,7, yaitu melampaui rekornas. ”Ali Reza terus memacu mental dan motivasi atlet agar terbiasa mengeluarkan kemampuan terbaiknya, dalam latihan sekalipun,” ujar Fathur kemudian.
Tiket Olimpiade
Berkat gaya latihan serupa, Vidya juga meraih rekor pribadi di nomor itu, yaitu dengan skor 625, pada Kejuaraan Dunia Menembak 2019 di Doha, Qatar. Istimewanya, skor tinggi itu sekaligus menjadi tiketnya lolos ke Olimpiade Tokyo 2021.
Prestasi Vidya berlanjut dengan meraih emas di nomor 10 meter air rifle putri dan campuran. Sepanjang latihan tahun ini, dia berulang kali bisa melampaui rekor itu. Bahkan, dalam kejuaraan menembak daring, Minggu kemarin, dia menjadi juara dengan skor 628.
Vidya menuturkan, Ali memiliki kemampuan psikologi mumpuni. Dia pandai membuat program latihan agar atlet tidak jenuh, khususnya selama isolasi mandiri akibat pandemi. Ia antara lain mengajak petembak air rifle berlatih senapan api, tiga pekan terakhir.
”Di masa pandemi Covid-19, dia (Ali) pandai mengatur tempo agar atlet tidak terlalu cepat mencapai puncak performanya. Jika mencapai puncak performa, tetapi tidak ada kejuaraan, mental atlet seperti kami bisa jatuh karena tak bisa melepaskan adrenalin,” tutur Vidya.
Ali sering mengadakan mini gim seperti kewajiban menembak skor 10,7 dari total skor 10,9 sebanyak lima kali jelang berakhirnya latihan. Jika skor itu tidak tercapai, atlet belum bisa berhenti menembak. Maka, atlet terdorong mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
”Dia sangat lembut sehingga latihan menjadi rileks. Tetapi, kami tetap harus disiplin, tidak boleh main-main,” ujar Fathur.
Menurut Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target PB Perbakin Glenn C Apfel, kehadiran Ali memang berdampak positif untuk pelatnas menembak. Ali Reza dikenal sebagai pelatih modern yang kaya pengalaman. Setidaknya, sembilan tahun ia menjadi asisten pelatih sebelum naik sebagai pelatih timnas Iran selama tiga tahun.
Selama melatih, Ali sering membawa para atletnya mengikuti kejuaraan elite internasional. Pengalaman yang cukup lama di level elite internasional membuat dirinya kaya wawasan dalam menyusun program latihan yang sesuai karakter para atlet.
Ali memiliki banyak ide yang memungkinkan puzzle itu tersusun rapi dan cepat tuntas. (Glenn C Apfel, Perbakin)
Tim terbaik dunia
Adapun timnas menembak Iran adalah salah satu terbaik di dunia. ”Ibarat puzzle, semua pelatih bisa menyelesaikannya. Namun, Ali memiliki banyak ide yang memungkinkan puzzle itu tersusun rapi dan cepat tuntas,” ujar Glenn tentang Ali.
Di samping itu, Glenn menambahkan, kepengurusan baru PB Perbakin, yaitu periode 2018-2022, juga memberikan banyak dampak positif bagi perkembangan pelatnas menembak. Menurut dia, Ketua Umum PB Perbakin Joni Supriyanto sangat berkomitmen pada perkembangan para atlet.
Salah satu terobosan Joni adalah mengadakan kejuaraan level nasional minimal sebulan sekali. Itu berdampak besar untuk atlet. Setidaknya, tim pelatih bisa terus memantau perkembangan atlet pelatnas dan potensi atlet daerah. Kejuaraan merupakan elemen penting dalam pembinaan atlet di cabang terukur macam menembak.
”Pada periode (Perbakin) sebelumnya, terutama pada 2017, kejuaraan nasional hanya ada sekitar dua sampai tiga kali (setahun),” kata Glenn.
Diakui Ali, perkembangan atlet sangat dipengaruhi oleh semangat pengurus cabang dan atlet bersangkutan. Jadi, bukan semata-mata peran pelatih seperti dirinya. Maka, selama menangani pelatnas, dirinya melihat pengurus PB Perbakin sangat mendukung segala keperluan tim, terutama kesempatan mengikuti kejuaraan internasional yang lebih banyak.
Semangat itulah yang membuatnya tertarik menangani tim Indonesia. ”Saya hanya memoles mereka menjadi lebih baik, terutama dari sisi mental. Atlet menembak harus punya motivasi tinggi saat latihan, apalagi bertanding,” kata Ali.