Efek pandemi Covid-19 terasa pada kualitas laga kedua semifinal Piala Italia antara Juventus dan AC Milan. Kedua tim belum mampu menunjukkan performa sesungguhnya.
Oleh
Dominicus Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
Turin, Sabtu - Kebangkitan sepak bola Italia ditandai dengan bergulirnya laga kedua semifinal Piala Italia antara Juventus dan AC Milan di Stadion Allianz Turin yang berakhir imbang, 0-0, Sabtu (13/6/2020) dini hari WIB. Meski “mesin” kedua tim masih dingin sehingga kualitas laga menurun, Juventus mendapatkan hasil yang cukup untuk melaju ke final.
Tim “Si Nyonya Besar” ini unggul dalam jumlah gol tandang yang mereka peroleh pada laga pertama yang berlangsung Februari silam. Laga pertama di Stadion San Siro milik Milan itu berakhir imbang, 1-1.
Pada laga kedua kemarin, Juventus dan AC Milan sama-sama memulai fase adaptasi setelah vakum selama tiga bulan akibat pandemi Covid-19. Para pemain masih berusaha memulihkan kebugaran tubuh setelah lama tidak bisa berlatih secara normal. Mereka juga beradaptasi dengan permainan tim dan suasana laga yang berbeda karena tidak ada penonton di stadion.
Tim digdaya seperti Juventus pun ikut kehilangan sebagian kekuatannya. Sang pelatih tim “Si Nyonya Besar” ini, Maurizio Sarri, sampai mengakui timnya hanya bisa bermain bagus selama 30 menit pertama. “Setelah itu, terjadi penurunan pada tempo, intensitas dan mental para pemain. Namun, itu adalah risiko tampil di stadion yang kosong,” kata Sarri dikutip Football-Italia.
Juventus bisa memperlihatkan karakter permainan mereka pada menit-menit awal dengan mengalirkan bola secara cepat dari kaki ke kaki. Tekanan terus diberikan hingga akhirnya Milan melakukan kesalahan fatal ketika bek mereka, Andrea Conti, menyentuh bola dengan lengannya dan wasit memberikan tendangan penalti kepada Juventus pada menit ke-16.
Namun, peluang gol itu terbuang ketika tendangan Cristiano Ronaldo mengenai tiang gawang. Ini merupakan kegagalan kedua Ronaldo dalam mengambil tendangan penalti bersama Juventus sejak laga kontra Chievo pada Januari 2019.
Kegembiraan Milan karena kegagalan Ronaldo itu berlangsung singkat karena mereka melakukan kesalahan fatal saat berusaha menyerang balik. Penyerang Milan Ante Rebic yang berusaha menerima umpan justru mengangkat kaki terlalu tinggi dan menendang dada bek Juventus, Danilo. Rebic langsung diganjar kartu merah pada menit ke-17 dan mereka bermain dengan 10 pemain hingga laga berakhir.
Praktis kehancuran Milan pada laga itu berlangsung hanya dalam tiga menit, mulai menit ke-15 ketika wasit memberikan tendangan penalti, Ronaldo gagal menendang, dan Rebic melakukan tendangan “kungfu”. Setidaknya, Milan masih bisa menyuguhkan drama untuk dinikmati ketika kualitas permainan menurun.
Namun, drama tersebut tidak bisa mengantar Milan ke kompetisi Eropa yang mereka targetkan pada musim depan. Milan berharap bisa menyabet trofi Piala Italia agar bisa tampil secara otomatis di Liga Europa. “Sayang kami tersingkir, tetapi masih ada 12 laga yang harus dijalani di Liga Italia,” ujar pelatih Milan, Stefano Pioli, kepada Milan TV.
Milan kini berada di peringkat ketujuh dengan 36 poin dan menargetkan finis di peringkat enam besar musim ini untuk meraih tiket Liga Europa. Napoli yang berada di peringkat keenam merupakan rival terdekat karena baru mengumpulkan 39 poin.
Perubahan taktik
Tantangan yang dihadapi pelatih kedua tim tidak hanya terkait kesiapan fisik dan mental pemain melainkan juga kejelian meracik taktik. Juventus maupun Milan sama-sama kehilangan beberapa pemain bintang sehingga pelatih kedua tim terpaksa mengubah taktik. Hasilnya, para pemain tambah kikuk.
Juventus tampil tanpa striker Gonzalo Higuain, Giorgio Chiellini, dan Aaron Ramsey, yang masih cedera. Tanpa Higuain, Sarri untuk pertama kali memasang trio Ronaldo, Paulo Dybala, dan Douglas Costa di lini serang. Namun, Ronaldo menjadi tidak luwes ketika dipasang sebagai penyerang tengah.
“Saya meminta Ronaldo untuk mengambil posisi di tengah. Dia sangat senang dan ingin mencobanya,” ujar Sarri. Artinya, perubahan posisi itu bukanlah masalah karena Ronaldo merupakan pemain yang selalu mencari tantangan.
Adapun Pioli juga merombak taktik karena ia tidak bisa memainkan para bintang seperti Zlatan Ibrahimovic, Samu Castillejo, dan Theo Hernandez, yang menjalani hukuman akumulasi kartu. Strategi yang ia terapkan, terutama strategi bertahan setelah Rebic keluar, cukup membuatnya bangga.
Milan selama beberapa musim terakhir masih mencari cara untuk bangkit sebagai tim elite Italia. Namun, dengan 10 pemain saja di Turin, mereka mampu menahan gempuran Juventus. “Spirit seperti ini yang kami butuhkan untuk laga-laga berikutnya,” kata Pioli. (AFP/REUTER)