Berbekal makan malam tim, Gattuso mencoba membuat perbedaan dalam tubuh Napoli jelang semifinal Coppa Italia. Pelatih muda ini mempersiapkan psikologis tim untuk menghadapi tekanan besar dari sang rival, Inter Milan.
Oleh
Kelvin Hianusa
·4 menit baca
NAPOLI, JUMAT — Jelang laga kedua semifinal Coppa Italia, tak ada persiapan ataupun latihan khusus dari Napoli untuk menghadapi sang rival, Inter Milan. Gennaro Gattuso, Pelatih Napoli, hanya mengajak semua anggota tim makan malam bersama pada awal pekan kemarin.
Situs resmi klub memperlihatkan pemain-pemain Napoli hanya melakukan pengondisian serta melatih kecepatan dan sedikit pendekatan taktik. Tidak ada persiapan spesifik untuk menghadapi laga penentuan melawan Inter, Minggu (14/6/2020) dini hari WIB, di markas mereka, Stadion San Paolo.
Namun, ada yang menarik pada Senin malam waktu setempat. Tuttosport mengabarkan, Gattuso mengajak skuadnya makan malam di sebuah restoran yang terkenal dengan masakan ikan. Dia membayar semua tagihan dari makan malam yang diikuti total lebih dari 60 orang, termasuk pemain dan staf tim, tersebut.
Makan malam bersama mungkin terlihat biasa di tim lain. Namun, tidak dalam klub berjuluk ”Partenopei” tersebut. Ini merupakan pertama kalinya seorang pelatih Napoli menginisiasi acara makan malam dalam lima tahun terakhir.
Inisiatif Gattuso yang baru memegang klub selama enam bulan ini cukup menarik. Dia seperti menyadari kondisi psikologis tim sedang dalam titik terendah setelah tidak bisa berlaga selama tiga bulan terakhir.
Pelatih berusia 42 tahun ini ingin memberikan semangat kebersamaan kepada timnya jelang semifinal kontra Inter. Semangat itu pula yang digambarkan dalam unggahan dari akun Instagram miliknya. Dia mengunggah logo Inter Milan dengan coretan silang merah di tengahnya. ”Dukung Napoli”, tulisnya di keterangan gambar, Jumat (12/6/2020).
Di lain sisi, sang arsitek ingin menunjukkan kepada skuadnya, dia baik-baik saja. Seperti diketahui, adiknya, Fransesca Gattuso, baru saja meninggal pada awal Juni. Kejadian itu sempat membuat khawatir seisi tim. Para pemain sempat mengheningkan cipta dalam sesi latihan akhir pekan lalu.
Dari sebuah makan malam, Gattuso sedang menyiapkan senjata rahasianya, yaitu dengan permainan psikologis. Sejak masih menjadi pemain AC Milan, dia merupakan pemain yang nyaris selalu paham kondisi rekan-rekannya.
Salah satu kisah paling unik pernah diceritakan rekannya, Andrea Pirlo. Beberapa jam sebelum laga semifinal kedua Liga Champions 2007 melawan Manchester United, Gattuso memakan hidup-hidup seekor siput. Kelakuannya membuat rekan tim jijik sekaligus kesal karena kalah taruhan 500 pound sterling per orang.
Namun, di balik kejadian itu, Milan berhasil membalikkan keadaan setelah kalah 2-3 di markas MU. Mereka menang telak 3-0 pada laga kedua. Milan pun lolos ke final dan akhirnya menjadi juara setelah menaklukkan Liverpool.
Dalam sebuah wawancara, Gattuso mengungkapkan siput itu bukan fokus utamanya. ”Saya melakukan itu karena ingin memecah tensi yang sangat tinggi di antara pemain. Saya rasa itu berhasil menenangkan kami beberapa jam sebelum laga final tersebut,” ucapnya.
Saya melakukan itu karena ingin memecah tensi yang sangat tinggi di antara pemain. Saya rasa itu berhasil menenangkan kami beberapa jam sebelum laga final tersebut.
Jelang semifinal Coppa Italia, pujian terhadap Gattuso datang langsung dari pelatih kawakan Marcelo Lippi. Menurut Lippi, yang pernah melatih Gattuso di tim nasional Italia, anak asuhnya adalah arsitek yang cerdas.
”Gattuso akan terus berkembang menjadi pelatih top. Dia datang ke Napoli saat situasi tim berantakan dengan badai cedera. Tetapi, dia bisa menangani itu dengan ketenangannya,” ucapnya, seperti dikutip Football Italia.
Adu strategi
Psikologis tim akan menjadi modal penting dalam laga tanpa penonton nanti. Napoli hanya butuh hasil imbang untuk lolos ke final. Adapun mereka berhasil mencuri kemenangan 1-0 saat bertandang ke markas Inter pada Februari silam.
Skuad Napoli dikabarkan bisa turun dengan skuad utamanya. Hanya gelandang Fabian Ruiz yang diragukan tampil. Mantan kiper dan pelatih asal Italia Fernando Orsi melihat Napoli akan memilih formasi 4-5-1 daripada 4-3-3 karena akan lebih fokus bertahan.
Dari sisi Inter, mereka harus bekerja keras memburu gol jika ingin lolos. Kinerja lini depan yang dipenuhi pemain bintang mulai dari Romelu Lukaku, Lautaro Martinez, hingga Alexis Sanchez menjadi tumpuan mereka.
Mantan bintang Inter Samuel Eto’o yakin Sanchez bisa menjadi pembeda di sisa musim ini. Meskipun tidak menunjukkan performa terbaik sejak kepindahan dari MU, pada musim panas lalu, pemain asal Chile itu dinilai akan segera beradaptasi.
”Alexis tidak beruntung karena cedera. Tetapi, kualitasnya tidak perlu diragukan. Dia pemain yang bisa menjadi pembeda setiap saat. Dia adalah penyerang yang berbeda, memiliki kemampuan pergerakan yang baik dan juga kelebihan saat satu lawan satu,” kata Eto’o.
Punggawa lini belakang Inter, Stefan de Vrij, menyatakan, timnya akan bertarung habis-habisan demi satu tiket di partai final. ”Waktunya bermain lagi. (Kami) siap untuk memberikan segalanya di lapangan,” tulisnya di akun media sosia dengan tagar Forza Inter.