Roger Federer menjalani operasi lutut yang kedua tahun ini. Petenis asal Swiss itu baru akan kembali bertanding tahun 2021. Rekor juara Grand Slam Federer dapat dilampaui oleh Nadal atau Djokovic.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Untuk kedua kalinya pada tahun ini, Roger Federer menjalani operasi pada bagian kaki yang sama, lutut kanan. Pertama kali menjalani dua operasi pada tahun yang sama, kelanjutan karier sang maestro tenis asal Swiss itu menjadi bahan pertanyaan.
”Beberapa pekan lalu, setelah mengalami kemunduran selama rehabilitasi awal, saya harus menjalani lagi prosedur arthroscopic dengan cepat. Saya akan merindukan penggemar dan turnamen dan menantikan untuk kembali pada musim 2021,” kata Federer dalam akun media sosialnya pada Rabu (10/6/2020).
Seperti yang dijalani pada Februari, operasi dilakukan dengan arthroscopic. Dengan teknik ini, operasi dilakukan dengan sayatan kecil untuk memasukkan alat yang dilengkapi kamera. Dari gambar yang diperlihatkan melalui monitor, dokter bedah bisa melihat masalah pada bagian yang dioperasi dengan detail.
Federer menjalani operasi itu setelah tampil pada pertandingan amal yang melibatkan rival sekaligus sahabatnya, Rafael Nadal, dan Bill Gates, di Cape Town, Afrika Selatan. Satu-satunya turnamen yang diikuti pada tahun ini adalah Grand Slam Australia Terbuka, Januari. Tampil dengan cedera paha kiri, Federer tak bisa memberi perlawanan maksimal ketika dihentikan Novak Djokovic pada semifinal, yang akhirnya juara.
Setelah operasi, Federer berharap bisa kembali ke persaingan tenis pada musim lapangan rumput yang seharusnya dimulai Juni. Namun, harapan itu mengambang ketika Wimbledon 2020 dibatalkan akibat pandemi Covid-19.
Meski memahami alasannya, Federer sangat kecewa ketika tak ada turnamen yang memberinya peluang besar untuk menambah 20 gelar juara Grand Slam. Delapan gelar didapatnya dari Wimbledon.
Ajang lain yang dinanti untuk meraih Golden Slam secara tak beruntun (menjuarai empat Grand Slam dan meraih emas Olimpiade pada nomor yang sama), yaitu Olimpiade Tokyo 2020, juga tak jadi digelar pada tahun ini. Ajang empat tahunan itu dimundurkan setahun.
Di luar fakta bahwa tak ada turnamen tenis sejak Maret, masa istirahat Federer karena cedera, kali ini, menjadi yang terlama selama berkarier di tenis profesional sejak 1998. Dia pernah melewatkan setengah musim terakhir 2016 karena cedera pinggang dan lutut.
Untuk pertama kali dalam kariernya, ketika itu, Federer menjalani operasi, yaitu di lutut kiri. Cedera itu dialami bukan karena bermain tenis, melainkan terjatuh ketika memandikan putrinya.
Setelah itu, Federer masih bisa kembali pada musim 2017 dengan menjuarai Australia Terbuka dan Wimbledon, lalu mempertahankan gelar Australia Terbuka pada 2018.
”Saat ini, mungkin seperti pengalaman 2016 menuju 2017. Saya harus beristirahat agar bisa fit 100 persen dan siap bermain dalam kemampuan terbaik,” ujarnya.
Namun, kondisi sekarang tampaknya berbeda dengan empat tahun lalu. Dipengaruhi faktor usia—Federer akan berusia 39 tahun pada 8 Agustus—proses pemulihannya berjalan lebih lambat.
Sepekan sebelum Federer menyatakan akan menjalani operasi kedua, pelatihnya, Severin Luthi, menyatakan kekhawatiran akan kondisi petenis peringkat keempat dunia itu. Pemulihan setelah operasi, Februari, tak secepat yang diharapkan.
Brad Gilbert, yang pernah melatih Andre Agassi, Andy Roddick, dan Andy Murray, bahkan memprediksi Federer akan kesulitan bersaing saat kembali pada 2021 dengan asumsi kompetisi tenis bisa dimulai kembali pada Agustus.
”Dia akan kesulitan mengembalikan ritme. Meski ada Ken Rosewall dan Jimmy Connors yang pernah bermain hingga usia 40-an tahun, persaingan saat ini lebih sulit dibandingkan era mereka,” kata Gilbert menyebut petenis yang tampil pada era 1960 dan 1970-an itu.
Dengan kondisi fisik yang tak akan sama seperti setidaknya empat tahun lalu, Federer akan kesulitan mempertahankan status sebagai tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak. Sebanyak 20 gelar Grand Slam miliknya hanya satu lebih banyak dari Rafael Nadal dan berselisih tiga gelar dari Djokovic.
Dua pesaing terberatnya itu mengejar dengan menjuarai delapan Grand Slam beruntun, sejak Perancis Terbuka 2018 hingga Australia Terbuka 2020. Mereka menjuarai semua Grand Slam setelah terakhir kali Federer mendapat gelar dari turnamen tenis berkasta tertinggi itu pada Australia Terbuka 2018.
Maka, tak heran jika mantan pelatih Nadal, Toni Nadal, dalam wawancaranya dengan La Gazzetta dello Sport mengatakan, Nadal dan Djokovic akan melampaui rekor Federer di arena Grand Slam.
Nadal bisa menambahnya dari Grand Slam lapangan tanah liat, Perancis Terbuka. Djokovic, dengan kemampuan setara bermain di semua jenis lapangan, bahkan memiliki peluang besar untuk melewati keduanya.
Gilbert tak ingin terburu-buru mencoret nama Federer dari persaingan papan atas. Federer pun tak pernah menyebut rencananya untuk pensiun.
Namun, kondisi fisik yang sering mengganggu akhir-akhir ini, serta dengan karakter Federer yang tampaknya tak akan mengumumkan pensiun sejak jauh hari, seperti dikatakan Luthi, batas waktu karier ”sang maestro” bisa berakhir kapan pun. Cepat atau lambat, Federer akan meninggalkan tenis yang tak hanya membesarkan namanya sebagai petenis, tetapi juga sebagai ikon global olahraga.