Beberapa tim, seperti Getafe dan Granada, kembali mendapat kesempatan untuk membuat kejutan besar musim ini. Mereka pun akan bertemu dan saling menguji konsistensi tim.
Oleh
Dominicus Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
GRANADA, KAMIS — Salah satu tim yang paling bergembira ketika kompetisi Liga Spanyol musim 2019-2020 bisa dilanjutkan pada pekan ini adalah tim kuda hitam seperti Getafe. Tim ”Azulones” ini sudah berdiri dengan gagah di depan pintu kompetisi elite Eropa yang belum pernah mereka ikuti, yaitu Liga Champions.
Berlanjutnya kompetisi otomatis menjadi kesempatan baru bagi Getafe untuk membuka ”pintu” itu dan melangkah masuk. Namun, masih ada 11 laga di depan mereka dan Granada akan menjadi lawan pertama untuk dihadapi di Stadion Nuevo Los Carmenes, Sabtu (13/6/2020) pukul 00.30 WIB.
Sebelum Liga Spanyol terhenti akibat pandemi Covid-19 pada Maret lalu, Getafe sudah bertengger di peringkat kelima klasemen sementara dengan 46 poin. Peluang mereka untuk masuk ke peringkat empat besar dan meraih tiket Liga Champions musim berikutnya pun sangatlah besar.
Getafe kini bersaing ketat dengan Real Sociedad dan Sevilla yang menduduki peringkat keempat dan ketiga hingga Kamis (11/6/2020). Real Sociedad juga mengoleksi 46 poin, sedangkan Sevilla mengantongi 47 poin sebelum menjalani laga derbi melawan Real Betis, Jumat (12/6/2020) dini hari WIB.
Perburuan poin untuk memperebutkan posisi ketiga dan keempat merupakan arena pertarungan yang lebih nyata bagi ketiga tim tersebut dari pada perburuan gelar juara musim ini. Pertarungan di puncak klasemen sudah dikuasai Barcelona dengan 58 poin dan Real Madrid dengan 56 poin.
Lagi pula, bisa memiliki momentum untuk masuk ke peringkat empat besar seperti ini sudah dinantikan Getafe sejak lama. Laga kontra Granada bakal menjadi kelanjutan misi panjang Getafe untuk masuk sebagai tim elite di La Liga.
Ketika terbentuk pada 1983, Getafe memulai perjalanan dari bawah di liga kasta ketujuh di Spanyol. Perlahan mereka terus berkembang dan akhirnya bisa mendapatkan promosi tampil di La Liga pada musim 2004-2005.
Satu dekade kemudian, Getafe sempat terpuruk dan kembali ke Divisi Segunda pada musim 2016-2017. Berkat polesan Pelatih Jose Bordalas, Getafe bisa tampil lagi di La Liga pada musim berikutnya hingga saat ini. Di tangan Bordalas pula, penampilan Getafe kian membaik dan mencatat rekor dengan finis di peringkat kelima pada musim lalu.
”Sangat menyenangkan bisa melihat kami membuat kekacauan bagi klub-klub yang lebih besar dan kaya dibandingkan kami,” kata Bordalas pada Februari lalu. Menurut Marca, Getafe berada di peringkat ke-12 dalam daftar klub La Liga dengan anggaran gaji pemain terbesar.
Pengeluaran Getafe untuk menggaji pemain per setahun mencapai 56 juta euro atau Rp 896 miliar, sedangkan Barcelona atau Real Madrid mengeluarkan lebih dari 640 juta euro atau Rp 10 triliun per tahun. Bahkan, Atletico Madrid yang kini berada di peringkat keenam klasemen sementara memiliki anggaran gaji per tahun 348 juta euro atau Rp 5,5 triliun.
Julukan ”Azulones” yang berarti ’biru tua’ semakin cocok untuk menggambarkan karakter Getafe. Dalam sejarahnya, warna biru tua pada seragam mereka menyimbolkan warna para pekerja kasar, buruh, para pekerja kerah biru. Di La Liga, Getafe kini merepresentasikan tim kelas bawah yang berani mengusik tim-tim elite.
Duel kuda hitam
Getafe tidak sendirian karena masih ada tim kuda hitam lainnya di La Liga musim ini yang mendapatkan kesempatan baru, yaitu Granada. Artinya, laga di Nuevo Los Carmenes itu bakal menjadi duel dua kuda hitam.
Granada kembali tampil di La Liga pada musim ini setelah bertarung di Divisi Segunda pada dua musim sebelumnya. Meski demikian, tim ini langsung bisa menempati peringkat ke-9 dengan 38 poin. Para pemain Getafe pun menganggap Granada sebagai ancaman serius.
”Para pemain yang kompetitif tidak mau kalah dua kali. Wajar jika Granada sangat ingin memenangi laga ini,” kata gelandang Getafe, David Remeseiro Salguiro alias Jason, dikutip Mundo Deportivo. Pada pertemuan pertama musim ini, Getafe mengalahkan Granada, 3-1, pada awal November 2019.
Jika Getafe berpeluang meraih tiket Liga Champions, Granada masih berpeluang meraih tiket Liga Europa dengan finis di peringkat keenam atau kelima. Namun, Pelatih Granada Diego Martinez tidak mau para pemainnya berpikir terlalu jauh agar bisa tetap fokus. ”Kami sudah berjuang keras bisa tampil di La Liga dan kini harus bisa menjaga konsistensi,” kata Martinez dikutip Granada Hoy.
Kini kedua tim bakal saling menguji konsistensi masing-masing. Hal ini tidak mudah mengingat semua tim sudah tidak bertanding selama tiga bulan. Setiap pemain harus kembali beradaptasi bersama tim untuk menemukan ritme permainan semula. (REUTERS)