Dalam situasi apa pun, termasuk pandemi Covid-19 seperti saat ini, Bayern Muenchen tetap dominan. Dominasi di Liga Jerman itu menjadi batu loncatan Bayern untuk merebut kembali takhta di Eropa.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
CHRISTOF STACHE/POOL VIA AP
Pemain Bayern Muenchen, Benjamin Pavard, merayakan golnya saat timnya mengalahkan Fortuna Duesseldorf di Liga Jerman, 30 Mei 2020. Bayern Muenchen kini hanya membutuhkan dua kemenangan lain untuk mengunci gelar juara Liga Jerman 2019-2020.
Tidaklah berlebihan Bayern Muenchen disebut klub adikuasa, setidaknya di Liga Jerman. Dalam situasi apa pun, termasuk pandemi Covid-19 seperti saat ini, tim berjuluk ”FC Hollywood” itu tetap dominan. Dominasi di Jerman itu menjadi batu loncatan Bayern untuk merebut kembali takhta di Eropa, yaitu ajang Liga Champions.
Ada sejumlah alasan di balik kengototan otoritas sepak bola di Jerman, termasuk salah satu klubnya, Bayern Muenchen, melanjutkan kompetisi Liga Jerman musim ini. Padahal, Bayern tidak perlu susah payah berlaga kembali guna mengunci gelar juara.
Jika saja Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) memilih mengakhiri dini liga itu akibat pandemi, seperti dilakukan di Perancis, Bayern bakal dinobatkan sebagai juara. Tim asal Bavaria itu berada di puncak klasemen dan unggul atas para pesaingnya, termasuk Borussia Dortmund, dalam hal poin per laga, sebelum kompetisi akhirnya dilanjutkan kembali, 16 Mei 2020.
Saat ini, setelah Liga Jerman dilanjutkan pun, Bayern tetap tidak terbendung. Mereka kian perkasa di puncak klasemen dengan keunggulan tujuh poin atas Dortmund. ”Die Roten” hanya butuh tambahan dua kemenangan di empat laga terakhirnya guna menyegel trofi juara Liga Jerman untuk delapan kali beruntun sejak 2013.
Namun, jika ditelaah lebih lanjut, gelar juara Liga Jerman bukanlah tujuan utama klub FC Hollywood. Target terbesar Bayern sebetulnya di kompetisi Eropa, yaitu menjadi juara Liga Champions.
Sudah lama Bayern tidak lagi menjadi penguasa Eropa, yaitu terakhir 2013 di era pelatih Jupp Heynckes. Dilanjutkannya kembali Liga Jerman musim ini hanyalah pemanasan bagi Bayern untuk meraih ambisi terbesarnya itu.
Peluang juara itu sangatlah besar bagi Bayern. Tatkala mayoritas klub papan atas di Eropa, seperti Barcelona, Real Madrid, Manchester City, dan Juventus, masih berhibernasi karena liga-liga domestik mereka belum bergulir, Bayern mampu memanaskan ”amunisi” mereka.
Dalam lima laga terakhir sejak Liga Jerman digelar kembali di tengah pandemi, Bayern selalu menang. Total 17 gol atau rata-rata 3,4 gol mereka lesakkan ke kandang lawan-lawannya per laga.
REUTERS / MICHAEL DALDER
Striker Bayern Muenchen, Robert Lewandowski, telah melesakkan total 30 gol di Liga Jerman musim ini.
Mayoritas gol itu disumbangkan penyerang utamanya, Robert Lewandowski. Total 30 gol ia lesakkan musim ini, termasuk satu gol ketika Bayern mengalahkan Bayer Leverkusen, 4-2, pada laga Sabtu (6/6/2020) malam. Lewandowski pun masih berpeluang melewati rekor sepanjang masa legenda Bayern, Gerd Mueller, yang mencetak total 40 gol pada musim 1971-1972.
Mereka adalah tim Bayern terbaik dalam 10 atau 15 tahun terakhir. (Dietmar Hamann)
Di saat sama, penyerang kreatif Bayern, Thomas Mueller, telah lebih dulu menorehkan rekor, yaitu asis terbanyak dalam semusim sepanjang sejarah Liga Jerman. Total 20 asis ia cetak musim ini. Dua asis di antaranya dicetak pada laga kontra Leverkusen, akhir pekan lalu. Mueller melampaui rekor milik Emil Forsberg dan Kevin De Bruyne yang mengemas 19 asis, masing-masing di musim 2016-2017 dan 2014-2015.
Terbaik satu dekade
Bayern memang tengah ”menggila”. Musim ini, mereka telah mencetak total 90 gol dari 30 laga. Tidak pernah ada tim lain sebelumnya yang bisa mengemas gol sebanyak ini. Die Roten kini tampil eksplosif, seperti halnya di era Heynckes. ”Mereka adalah tim Bayern terbaik dalam 10 atau 15 tahun terakhir,” ungkap mantan pemain Bayern, Dietmar Hamann, kepada Sky Sports.
Keperkasaan Bayern ini tidaklah terlepas dari peran Hans-Dieter Flick, pelatih Bayern yang menggantikan Niko Kovac pada November 2019. Bersama Flick, Bayern memiliki mentalitas adikuasa, yaitu ingin selalu menang dan tampil menawan. Persentase kemenangan Bayern bersama Flick mencapai 88,46 persen, jauh di atas Kovac (69,23 persen) maupun Pep Guardiola (75,2 persen), pelatih Bayern pada 2013-2016.
CHRISTOF STACHE/POOL VIA AP
Pelatih Bayern Muenchen Hans-Dieter Flick
Bersama Flick, Bayern sangat produktif, yaitu mengemas rata-rata 3,5 gol di 20 laga. Tingginya produktivitas gol itu dipicu permainan intensitas tinggi yang diperagakan Flick. Ia memanfaatkan kecepatan dan energi melimpah para pemain mudanya, seperti Serge Gnabry, Kingsley Coman, dan Alphonso Davies.
Di era Flick, Bayern mencatatkan 261 lari cepat (sprint) per laga. Jumlah ini melampaui catatan di era Guardiola (214 sprint per laga ) dan Heynckes (165 sprint). Bayern kini tampil mirip Liverpool, juara Eropa, yang juga mengandalkan permainan sprint dan intensitas tinggi di lini depan.
Olivier Kahn, legenda klub yang kini menjadi anggota direksi Bayern Muenchen, memuji Flick yang telah membawa tim ini belum terkalahkan sepanjang 2020. Menurut dia, Flick membawa Bayern ke level permainan baru yang atraktif, tetapi tetap menjaga mentalitas juara tim itu.
”Flick tahu dengan baik mentalitas klub. Ia tidak hanya memprioritaskan hasil menang, tetapi juga membawa ambisi bagi semua pemain untuk menghibur fans dengan tidak puas apabila hanya meraih kemenangan 1-0,” kata Kahn.
Tak heran, dengan modal besar itu, Bayern kini difavoritkan menjadi juara Liga Champions musim ini. Peluang itu sangat besar mengingat Liverpool telah tersingkir. Kandidat juara lainnya, Barcelona, tengah didera masalah kohesi tim. Lalu, Real Madrid mengalami kejenuhan. Adapun Manchester City digoyang ancaman eksodus para pemainnya.
”Jadi, dengan berbagai persoalan yang menimpa klub-klub Eropa lainnya, tidak ada alasan bagi skuad Bayern saat ini untuk tidak menorehkan namanya di buku sejarah sepak bola Eropa (menjuarai Liga Champions),” tulis Declan Houten, jurnalis 90min, di kolomnya, Minggu (7/6/2020).
REUTERS/SUSANA VERA
Laga babak 16 besar Liga Champions Eropa antara Valencia dan Atalanta di Stadion Mestalla, Spanyol, Maret lalu. Sejak itu, Liga Champions musim ini dihentikan sementara akibat pandemi Covid-19.
Final Liga Champions
Liga Champions musim ini kemungkinan besar tetap dilanjutkan meskipun UEFA kesulitan mengatur jadwal terbaru, termasuk mempertahankan format kompetisi saat ini, yaitu laga kandang-tandang di fase gugur hingga semifinal.
Rencananya, seperti diungkapkan Bild, kompetisi antarklub elite Eropa itu akan dilanjutkan dengan turnamen mini. Seluruh laga perempat final hingga final akan digelar di satu kota. Salah satu kota yang dipilih adalah Lisabon di Portugal. Kota itu memiliki dua stadion modern, yaitu Stadion Da Luz dan Stadion Jose Alvalede, yang hanya berjarak 5 kilometer satu sama lain.
Selain Lisabon, Frankfurt, kota di Jerman, juga masuk nominasi kota penyelenggara perempat final, semifinal, dan final Liga Champions musim ini. Kota itu memiliki stadion modern dan megah, yaitu Arena Commerzbank, yang menjadi markas Eintracht Frankfurt. Keunggulan utama stadion itu adalah dekat dengan bandara yang juga menjadi markas maskapai Jerman, Lufthansa.
Final Liga Champions musim ini sedianya akan digelar di Istanbul, Turki. Namun, mereka tidak bersedia jika laga final itu digelar tanpa penonton karena tidak akan mendapatkan pemasukan. Kepastian soal jadwal baru akan diumumkan UEFA paling lambat akhir Juni ini. (JON)