Covid-19 Tak Hentikan Laju Target Pelari Dunia
Para pelari dunia menjaga motivasi tetap tinggi di saat pandemi Covid-19 dengan mengincar medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020.
ATLANTA, SENIN — Wabah Covid-19 yang memukul dunia olahraga tidak menjadi alasan para pelari elite dunia untuk menurunkan target prestasi mereka. Bahkan, mereka tetap mematok target emas pada Olimpiade Tokyo 2020.
Target itu disampaikan tiga pelari elite dunia asal Amerika Serikat ketika diwawancarai operator Liga Berlian, seri kejuaraan atletik dunia di tempat terpisah, Senin (8/6/2020). Mereka adalah juara dunia lari 100 meter putra, Christian Coleman; peraih medali emas lari estafet 4 x 400 meter Kejuaraan Dunia 2019, Rai Benjamin; dan pemegang rekor lari 1.500 meter putri AS, Shelby Houlihan.
Sebagai rumah para atlet atletik dunia, atlet AS turut terdampak pandemi Covid-19 yang meluas di seluruh dunia. Sedikitnya 2 juta warga AS dinyatakan positif Covid-19 dan lebih dari 110.000 orang meninggal. Namun, pandemi tak menyurutkan niat Coleman. Walaupun persiapannya tidak optimal, pelari kelahiran Atlanta, AS, 6 Maret 1996, itu tak menurunkan targetnya meraih emas di Tokyo, Jepang.
Setelah meraih emas 100 meter pada Kejuaraan Dunia 2019 di Doha, Qatar, pelari bertinggi 175 sentimeter itu menatap emas di Tokyo. Target itu cukup tinggi mengingat Olimpiade 2020 akan menjadi Olimpiade pertamanya sejak memulai karier profesional tahun 2017.
”Saya ingin medali emas Olimpiade sebagai bukti hasil kerja keras selama ini. Hal itu harusnya menjadi pola pikir semua orang. Kamu tidak boleh takut memasang target tinggi dan inilah yang harus kita lakukan. Hanya ada satu pemenang dan aku ingin menjadi itu,” ujarnya dikutip laman World Athletic, Senin.
Coleman membuktikan, dengan kerja keras, semua atlet bisa mencapai cita-citanya. Dirinya pernah gagal meraih prestasi terbaik selama mengikuti Liga Berlian 2019. Namun, dia berhasil bangkit dan menjadi juara dunia di Doha.
Coleman bahkan yakin bisa merebut emas di nomor 100 meter dan 200 meter di sejumlah ajang internasional musim depan, terutama Olimpiade Tokyo. Coleman adalah sprinter dengan nomor spesialisasi 60 meter ruang tertutup, 100 meter, dan 200 meter. Dia tercatat sebagai pemegang rekor dunia lari 60 meter dengan waktu 6,34 detik pada Kejuaraan Nasional AS di Albuquerque, 18 Februari 2018.
”Saya katakan kepada pelatih, saya ingin bisa bersaing di semua nomor yang saya ikuti. Saat ini, saya ingin kompetitif di 100 meter dan 200 meter,” kata pelari yang banyak disebut sebagai penerus pelari legendaris asal Jamaika, Usain Bolt, itu.
Menjaga motivasi
Rai Benjamin tak memungkiri wabah Covid-19 telah mengacaukan kondisi emosi mayoritas atlet pada fase puncak jelang Olimpiade Tokyo yang semula akan digelar 24 Juli-9 Agustus 2020 ini. Penundaan satu tahun diakui sempat membuat pelari yang berlaga di nomor 200 meter dan 400 meter itu frustrasi. Apalagi dirinya yakin bisa berlari lebih cepat di tahun ini.
Benjamin dan atlet atletik AS telah bersiap matang menuju Tokyo. Mereka melakukan pelatihan musim gugur yang ketat. Namun, semuanya seolah sia-sia ketika wabah Covid-19 membuat semua kejuaraan internasional, terutama Olimpiade ditunda.
Akan tetapi, dengan motivasi tinggi, Benjamin bangkit dari keterpurukan dan menjaga mental agar tetap stabil. ”Semula, situasi ini sangat menyedihkan. Anda hanya berlatih setiap hari tanpa tahu untuk apa semua latihan tersebut. Tetapi, beberapa minggu terakhir saya berjuang untuk menemukan motivasi lagi. Setelah mendengar semuanya akan segera kembali normal, saya bisa mendapatkan semangat kembali,” tutur pelari kelahiran New York, AS, 27 Juli 1997, itu.
Frustrasi pun sempat dirasakan Shelby Houlihan. Secara blak-blakan, pelari kelahiran Iowa, AS, 8 Februari 1993, itu menceritakan, dirinya sempat stres karena tahu Olimpiade 2020 ditunda. Untuk meluapkan kekesalannya, pelari spesialis 800 meter, 1.500 meter, dan 5.000 meter itu menghabiskan waktu makan makanan siap saji.
Walau tahu makanan seperti itu tak baik untuk atlet, Houlihan menjadikan makanan tersebut sebagai pengobat mentalnya. ”Sejujurnya, saya agak gila karena kondisi ini. Minggu pertama setelah Olimpiade ditunda, saya pergi keluar dan makan junk food selama seminggu. Saya menyantap keripik, es krim, kue, dan permen. Saya coba menenangkan diri dengan itu,” ujarnya.
Namun, Houlihan cepat bangkit dari keterpurukan itu. Beberapa pekan terakhir, dirinya mulai serius berlatih dan yakin bisa mencapai kemampuan terbaiknya. Tahun depan, dia memasang target meraih sukses di Olimpiade.
”Dua tahun terakhir, kemampuan saya terus meningkat. Saya merasa saya bisa bersaing untuk Olimpiade nanti. Saya ingin meraih medali, bahkan emas, di Olimpiade Tokyo,” kata pelari yang memegang rekor nasional 1.500 meter AS dengan waktu 3 jam 54 menit 99 detik tersebut.
Bergeliat lagi
Walau wabah Covid-19 belum benar-benar reda, dunia atletik internasional mulai bergeliat. Lomba nomor lapangan digelar di sejumlah negara Eropa, seperti Finlandia, Serbia, Ceko, Norwegia, dan Hongaria. Kejuaraan digelar di stadion secara tertutup. Para atlet yang berpartisipasi adalah para atlet nasional atau elite negara masing-masing.
Pada ajang tersebut, tak terlihat tanda-tanda penurunan kemampuan. Beberapa atlet justru mengalami peningkatan. Di Somero, Finlandia, Sabtu (6/6/2020), atlet lontar martil putri Finlandia, Krista Tervo, menjadi juara sekaligus bisa memecahkan rekor nasional atas namanya sendiri dengan lontaran mencapai 71,93 meter. Bagi atlet berusia 22 tahun tersebut, lomba itu adalah lomba pertama yang diikutinya setelah Kejuaraan Dunia 2019.
Di Doha, dirinya berada di posisi ke-21 dengan lontaran 68,25 meter. ”Target saya tahun ini adalah konsisten melontar di atas 70 meter. Dengan hasil ini, saya yakin bisa melontar mencapai 72 meter dalam waktu dekat,” tutur atlet kelahiran Kotka, Finlandia, 15 November 1997, itu.
Selain kejuaraan kompetitif di sejumlah negara tersebut, Atletik Dunia juga menggelar perlombaan daring bertema ”Ultimate Garden Clash” untuk pemanasan sebelum mereka menggelar lagi kejuaraan reguler, seperti Liga Berlian pada 14 Agustus dan Tur Emas pada 11 Agustus. Perlombaan itu telah digelar tiga seri.
Edisi pertama mempertemukan tiga atlet loncat galah putra dunia di awal Mei dan tiga atlet loncat galah putri dunia di akhir Mei. Pada Minggu (7/6/2020), edisi ketiga mempertemukan tiga atlet dasalomba, yakni pemegang rekor dunia asal Perancis, Kevin Mayer; juara dunia dasalomba 2019 asal Jerman, Niklas Kaul; dan peraih perak dasalomba Kejuaraan Dunia 2019 asal AS, Maicel Uibo.
Edisi ketiga melombakan tiga nomor, yakni loncat galah dengan batas minimal 4 meter selama 10 menit, tolak peluru dengan berat 7,26 kilogram dan batas minimal 12 meter selama 10 menit, serta lari 20 meter selama 5 menit. Hasilnya, Mayer jadi pemenang dengan total 71 poin (loncat galah 17 poin, tolak peluru 28 poin, lari 26 poin), disusul Kaul dengan 63 poin (loncat galah 14 poin, tolak peluru 22 poin, lari 27 poin), serta Uibo di tempat ketiga dengan 61 poin (loncat galah 15 poin, tolak peluru 20 poin, lari 26 poin).
Presiden Atletik Dunia Sebastian Coe menyampaikan, perlombaan yang berlangsung dari tempat terpisah itu adalah wadah untuk para atlet mengevaluasi hasil latihan. Hal itu sangat positif untuk persiapan mereka menuju kejuaraan kompetitif yang akan digelar kembali, dari Liga Berlian dan Tur Emas hingga Olimpiade tahun depan. (AFP/REUTERS)