Schalke 04 masih kesulitan meraih kemenangan sejak akhir Januari lalu. Kedatangan pelatih David Wagner ternyata belum bisa mengembalikan kejayaan tim seperti pada musim 2017-2018 ketika berhasil menjadi tim "runner up".
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
BERLIN, SENIN - Schalke 04 sempat melaju kencang pada awal musim ini dan bermimpi mendapatkan kembali tempat di ajang Liga Champions untuk musim 2020-2021. Hingga akhir tahun 2019, tim “The Royal Blues” itu berhasil mencapai peringkat keempat klasemen sementara Liga Jerman. Kini, mimpi itu sudah menjadi puing-puing.
Alih-alih mendapat kepastian tampil di kompetisi Eropa, Schalke justru terjun bebas setelah bisa mengalahkan Borussia Moenchengladbach, 2-0, pada pertengahan Januari lalu. Kekalahan 0-5 dari Bayern Muenchen pada laga berikutnya menjadi awal masa-masa kelam Schalke pada musim ini.
Laga demi laga, Schalke tidak pernah lagi merasakan kemenangan di Bundesliga. Catatan mereka pun semakin memburuk di Stadion An der Alten Foersterei, Minggu (7/6/2020). Di stadion tersebut, Schalke ditahan imbang Union Berlin, 1-1, dan menyamai rekor buruk yang pernah mereka peroleh pada musim 1993-1994, yaitu tidak pernah menang selama 12 laga secara beruntun.
Dalam 12 laga itu, mereka menelan tujuh kekalahan dan meraih lima hasil imbang. Kini, tim tetangga Borussia Dortmund itu berada di peringkat ke-10 dengan 38 poin. Adapun Moenchengladbach, yang menempati peringkat keempat atau posisi yang pernah ditempati Schalke pada paruh pertama musim ini, sudah memiliki 56 poin.
Mengingat tinggal empat laga tersisa pada musim ini dan jika terus kehilangan poin, Schalke masih mungkin terperosok ke peringkat ke-16 untuk menjalani playoff degradasi melawan tim peringkat ketiga Bundesliga 2 (liga kasta kedua di Jerman). Saat ini, peringkat ke-16 ditempati Fortuna Dusseldorf dengan 28 poin.
Seluruh tim saat ini merasa putus asa, termasuk saya.
Situasi ini turut menghancurkan moral para pemain Schalke. “Seluruh tim saat ini merasa putus asa, termasuk saya,” kata striker Schalke, Michael Gregoritsch, seperti dikutip Kicker.
Bahkan, perasaan putus asa tersebut sudah muncul pada menit ke-11 ketika menghadapi Union Berlin. Dalam skema serangan balik yang mematikan, Union Berlin langsung membobol gawang Schalke melalui tendangan Robert Andrich. Pada laga ini, Andrich akhirnya bisa mencetak gol pertamanya musim ini setelah mencoba menembak sebanyak 48 kali sejak awal musim.
Namun, Schalke masih memiliki pemain pinjaman dari Everton yang berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-28, yaitu Jonjoe Kenny. Tendangan keras Kenny dari luar kotak penalti tidak dapat dijangkau kiper Union Berlin, Rafal Gikiewicz.
Gol tersebut menjadi gol kedua Kenny musim ini. Menariknya, kedua gol pemain berusia 23 tahun itu terjadi di gawang dua tim Berlin. Sebelum membobol Union Berlion, Kenny menyumbang satu gol saat Schalke mengalahkan Hertha Berlin, 3-0, pada akhir Agustus 2019.
Gol Kenny ini juga menjadi gol kedua Schalke dalam lima laga terakhir. Masalah besar Schalke adalah hilangnya ketajaman di lini serang sekaligus pertahanan yang kokoh di lini belakang. Hingga pekan ke-30, Schalke baru mengoleksi 35 gol, tetapi kebobolan sebanyak 47 gol sehingga memiliki defisit 12 gol.
Cedera yang dialami gelandang bertahan Schalke, Suat Serdar, semakin memperparah situasi. Pemain tim nasional Jerman itu cedera sejak akhir Mei lalu dan Schalke kehilangan pemain yang punya naluri tajam dalam mencetak gol.
“Kami harus melihat sisi positif dalam situasi seperti ini. Setidaknya, kami mendapat satu poin (di Berlin). Ini adalah sepak bola. Kami harus tetap kompak,” kata Kenny kepada BT Sport.
Nasib Wagner
Namun, penampilan Schalke yang terus memburuk ini turut mengancam karier sang pelatih, David Wagner, yang bergabung pada awal Mei 2019 dengan kontrak selama tiga tahun. Sejak Wagner bergabung, Schalke mulai merajut mimpi besar.
Wagner merupakan salah satu pelatih berbakat yang pernah melatih tim muda Borussia Dortmund pada masa ketika Juergen Klopp masih melatih tim inti Dortmund. Setelah tidak lagi di Dortmund, Wagner kemudian berhasil mengantar Huddersfield Town mendapatkan promosi ke Liga Primer pada 2017.
Potensi yang dimiliki Wagner itulah yang membuat Schalke kepincut dan berharap Wagner bisa memperbaiki nasib tim pada musim ini. Namun, ekspektasi itu tidak tercapai karena penampilan Schalke tidak menunjukkan perubahan besar dibandingkan musim lalu.
Pada musim 2018-2019, Schalke finis di peringkat ke-14 meski pada musim tersebut mereka tampil di ajang Liga Champions hingga menembus babak 16 besar. Pada babak tersebut, Schalke tersingkir setelah dikalahkan Manchester City dengan total agregat gol 2-10.
Penampilan di Liga Champions itu merupakan buah dari perjuangan Schalke bisa finis di peringkat kedua klasemen pada musim 2017-2018. Kegagalan Wagner memenuhi ekspektasi klub membuat Schalke, yang terakhir kali menjuarai Liga Jerman pada 1958, itu pun terus menjalani perjalanan mereka yang naik dan turun seperti roller coaster. (REUTERS)