Kesehatan mental para atlet perlu menjadi perhatian para pemangku kepentingan olahraga nasional di tengah pandemi Covid-19. Maka itu, KONI Jatim mengerahkan psikolog untuk memantau psikis para atlet.
Oleh
adrian fajriansyah
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Para pemangku kepentingan olahraga di Tanah Air perlu mengawasi dan menjaga kesehatan mental para atlet di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Jika tidak serius diperhatikan, atlet bisa mengalami masalah psikis yang berujung pada kejatuhan performa dan prestasi.
Hal itu mengemuka dalam webinar bertajuk ”Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Prestasi Olahraga di Era Pandemi Covid-19” yang diselenggarakan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (5/6/2020).
Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur Erlangga Satriagung bercerita, atlet-atlet di daerahnya hanya bisa berlatih mandiri untuk sekedar menjaga kebugaran selama masa pandemi. Adapun latihan teknik, taktik, hingga strategi, nyaris tak bisa dilakukan saat ini.
Masalah itu antara lain dialami atlet-atlet cabang senam dan akuatik. Padahal, Jatim merupakan salah satu lumbung atlet senam dan akuatik nasional. ”Berulang-ulang kali, atlet selalu bertanya kapan bisa berlatih atau bertanding reguler kembali. Kami meminta mereka sabar menunggu hingga wabah Covid-19 berakhir. Setelah tenang sesaat, mereka bertanya-tanya lagi,” kata Erlangga menceritakan kegundahan para atlet.
Situasi itu, ungkapnya, tidak baik untuk proses pembinaan. Ketidakpastian itu bisa mempengaruhi mental atlet. Untuk itu, KONI Jawa Timur menurunkan 20 psikolog, 16 dokter, dan delapan ahli gizi untuk memantau total 970 atlet yang mengikuti Puslatda (pemusatan latihan daerah) Jawa Timur. Mereka ditugaskan menjaga kesehatan mental atlet agar jangan anjlok.
Mental para atlet harus dikawal serius. Kalau tidak, situasinya bakal tidak terkendali.
”Mental para atlet harus dikawal serius. Kalau tidak, situasinya bakal tidak terkendali. Kalau kemampuan atlet daerah secara mental maupun fisik terus menurun, itu akan berpengaruh pula ke prestasi olahraga nasional. Pasalnya, atlet-atlet daerah inilah yang menjadi sumber nasional,” ujar Erlangga kemudian.
Kecemasan akan kesehatan mental atlet juga dirasakan di pelatnas angkat besi di Jakarta. Mereka tetap berlatih dengan berbagai pembatasan sosial, termasuk isolasi. ”Untuk itu, kami berencana menghadirkan jasa hipnoterapi bagi para lifter pelatnas. Dengan ini, kami berupaya merileksasi pikiran atlet,” kata Alamsyah Wijaya, manajer pelatnas angkat besi.
Tenaga pengawas
Terkait hal itu, Wakil Ketua Umum I KONI Pusat Suwarno mengusulkan perlunya tenaga pengawas di pemusatan latihan, baik di pusat dan daerah. Tidak hanya mengawasi kesehatan mental atlet, mereka juga bekerja untuk memastikan protokol kesehatan yang akan diterapkan nantinya telah dijalankan.
Rektor Unesa Prof Nurhasan mengingatkan, olahraga nasional perlu segera bergerak kembali karena wabah Covid-19 tidak bisa prediksi kapan berakhirnya. Jika tidak, Indonesia bakal tertinggal dari negara lainnya seperti Vietnam yang lebih dulu memulai normal baru.
”Namun, memulai lagi latihan maupun kompetisi di tengah wabah Covid-19 ini juga harus disiapkan dengan matang. Jangan sampai menjadi kluster baru penyebaran Covid-19 di Indonesia,” pungkasnya.