Upaya menggelar Grand Slam AS Terbuka sesuai jadwal terus bergulir. Protokol ketat disiapkan untuk menjamin kesehatan semua peserta, mengikuti peraturan pemerintah setempat, dan menekan penularan virus.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Setelah dipenuhi rasa pesimistis dan keragu-raguan akan berlangsungnya lagi kompetisi olahraga pada 2020, saat ini hampir setiap cabang bersiap untuk menghidupkan kembali kompetisi. Di antaranya adalah turnamen tenis Amerika Serikat Terbuka. Semua skenario disiapkan untuk bisa menyelenggarakan turnamen Grand Slam itu di tengah pandemi Covid-19.
Tes Covid-19, membatasi jumlah anggota tim dari setiap pemain, sedikit atau tidak ada penonton, hingga menggunakan format best of three sets untuk tunggal putra menjadi beberapa skenario yang disiapkan untuk turnamen yang diselenggarakan di New York.
”Semua skenario itu masih cair. Kami belum membuat keputusan,” ujar Kepala Eksekutif Asosiasi Tenis AS (USTA) Stacey Allaster.
Meski keputusan belum ditetapkan, skenario yang dibuat menandakan bahwa USTA ingin AS Terbuka diselenggarakan sesuai jadwal, 31 Agustus-13 September, di tempat biasa, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, Flushing Meadows.
USTA menjadi salah satu penanggung jawab ajang olahraga di AS yang bersiap menyelenggarakan turnamen besar sejak kejuaraan tenis dihentikan pada Maret hingga, setidaknya, akhir Juli. Liga profesional yang juga berencana menggelar lagi panggung kompetisi adalah NBA (basket) yang direncanakan berjalan lagi pada akhir Juli, serta NHL (hoki) dan MLS (sepak bola) yang akan berlangsung pada pada musim panas.
Liga-liga itu akan digelar menyusul berlangsungnya Bundesliga yang dimulai 16 Mei, serta akan berlanjutnya kompetisi sepak bola di Eropa, yaitu Liga Inggris, Italia, dan Spanyol pada Juni ini.
Setiap ajang membutuhkan persetujuan dari otoritas kesehatan dan negosiasi dengan atlet karena harus menjalankan protokol baru untuk menjaga kesehatan dan keselamatan semua yang terlibat dalam kompetisi.
”Kami berusaha menyelenggarakannya. Saya bisa katakan, kami 150 persen fokus menggelar turnamen tepat waktu di New York dengan lingkungan yang aman. Ide untuk tempat dan waktu alternatif akan tetap dipertimbangkan. Keputusan tentang itu kemungkinan akan disampaikan pada pertengahan hingga akhir Juni,” kata Allasters kepada New York Post.
Ide memindahkan tempat dan jadwal mengemuka karena Pusat Tenis Nasional Billie Jean King digunakan sebagai salah satu pusat pelayanan Covid-19, termasuk difungsikan sebagai rumah sakit. Fakta bahwa AS menjadi negara dengan jumlah kasus terbesar di dunia, dan New York dengan kasus terbanyak di AS, juga memunculkan kekhawatiran AS Terbuka tak bisa digelar sesuai jadwal.
Namun, USTA bersikukuh menjadikan turnamen lapangan keras, yang juga pernah diselenggarakan di lapangan rumput dan tanah liat itu, sebagai Grand Slam pertama yang digelar dalam masa pandemi.
Sebelum AS Terbuka, seharusnya ada Perancis Terbuka, diikuti Wimbledon pada periode Mei-Juni. Wimbledon akhirnya dibatalkan, untuk pertama kalinya sejak 1945. Adapun Perancis Terbuka mundur dari 24 Mei-7 Juni menjadi 20 September-4 Oktober, sepekan setelah AS Terbuka.
Persiapan detail
Dengan berbagai level kompetisi, kompetisi tenis profesional dikelola oleh beberapa badan. Turnamen profesional putra dan putri misalnya, masing-masing berada di bawah ATP dan WTA. Untuk level lebih rendah dikelola ITF, adapun empat turnamen Grand Slam merupakan hajatan masing-masing Dewan Grand Slam dan ITF.
Meski belum semua badan mengeluarkan protokol kesehatan penyelenggaraan turnamen, mereka memiliki prinsip yang sama, yaitu menjaga kesehatan dan keselamatan setiap orang dalam kejuaraan, yaitu atlet dan timnya, panitia, petugas lapangan, sukarelawan, hingga penonton.
”Semua setuju akan prinsip fundamental yaitu menjaga kesehatan semua peserta, mengikuti peraturan pemerintah setempat, dan menekan penularan virus. Prinsip tersebut harus diterjemahkan dalam peraturan yang lebih detail,” ujar Stuart Miller, salah satu Direktur Eksekutif Senior ITF.
Skenario AS Terbuka
Dengan penonton terbatas atau tanpa penonton
Mengurangi jumlah anggota tim pemain
Mengurangi jumlah hakim garis
Pemungut bola anak-anak digantikan orang dewasa
Tes Covid-19 untuk petenis sebelum ke New York
Tes kesehatan/suhu tubuh setiap hari selama turnamen
Penutupan akses ke ruang ganti pemain saat latihan
Best of three sets tunggal putra
Carter pesawat bagi peserta
Tempat menginap tersentralisasi
Salah satu peraturan yang akan diterapkan di AS Terbuka untuk melindungi pemain adalah tidak boleh menggunakan ruang ganti pada masa latihan. Ruang ganti pemain hanya bisa diakses beberapa saat sebelum pertandingan.
”Jadi, sebelum turnamen dimulai, pemain bisa datang ke Flushing Meadows, latihan, lalu kembali ke hotel,” kata Allaster.
USTA bahkan mempertimbangkan format best of three sets untuk tunggal putra, alih-alih best of five sets, yang berlaku sebelumnya, guna memperpendek durasi pertandingan. Ide ini akan didiskusikan dengan pemain.
Saya bisa katakan, kami 150 persen fokus menggelar turnamen tepat waktu di New York dengan lingkungan yang aman.
Sebelum perjalanan ke New York, semua pemain harus mengikuti tes Covid-19 dengan hasil negatif. Selama mengikuti turnamen, mereka pun akan menjalani pemeriksaaan kesehatan setiap hari.
Tim yang mendampingi pemain akan dibatasi meski belum ditentukan jumlahnya. Untuk mengantisipasi hal itu, USTA akan menyediakan fisioterapis dan ahli pijat.
Selain pelatih, tim pendukung petenis elite biasanya terdiri atas pelatih fisik, partner latihan, fisioterapis, ahli pijat, hingga ahli gizi. Mereka juga terbiasa didampingi keluarga.
Jumlah petugas lapangan, khususnya hakim garis, juga akan dikurangi. Sementara itu, pemungut bola yang biasanya menjadi tugas anak-anak akan digantikan orang dewasa.
USTA juga mempertimbangkan menggelar turnamen dengan jumlah penonton terbatas atau tanpa penonton seperti saran Gubernur New York, Andrew Cuomo. Pemerintah New York mengizinkan digelarnya ajang olahraga profesional dengan catatan tanpa penonton.