Dominasi Bayern Muenchen di Bundesliga masih sulit dirobohkan pada musim ini. Borussia Dortmund pun sudah mulai mengibarkan ”bendera putih”.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
DORTMUND, RABU — Bayern Muenchen semakin sulit dikejar setelah mengalahkan Borussia Dortmund 1-0 pada laga pekan ke-28 Liga Jerman di Stadion Signal Iduna Park, Rabu (27/5/2020) dini hari WIB. ”Die Roten” kini menatap trofi dan bisa bersiap merayakan gelar juara beruntun kedelapan sejak musim 2012-2013.
Kemenangan Bayern dalam laga Der Klassiker ini membuat mereka unggul tujuh poin di atas Dortmund dengan enam laga tersisa. Artinya, Bayern tinggal memenangi empat laga berikut untuk memastikan gelar juara. Itu pun jika Dortmund selalu menang pada laga lain.
Tantangan Bayern cukup berat karena mereka masih harus menghadapi dua tim peringkat lima besar, yakni Borussia Muenchengladbach dan Bayer Leverkusen. Juga tim kuat lain, seperti Wolfsburg dan Freiburg. Sisanya adalah tim di zona degradasi, yakni Fortuna Dusseldorf dan Werder Bremen.
Namun, dengan catatan tak terkalahkan dalam 14 laga terakhir di Bundesliga, 13 kali menang, dan satu imbang, Bayern diperkirakan mudah menyelesaikan laga sisa. ”Tidak akan ada yang bisa merebut gelar juara yang dipegang Bayern. Butuh kekuatan maha besar untuk memaksa Bayern membuang gelar tersebut,” ujar penulis senior ESPN, Gabriele Marcotti.
Laga sengit melawan Dortmund tanpa penonton di Signal Iduna Park telah membuktikan Bayern sebagai skuad yang tidak ada celah di setiap lininya. Untuk membobol gawang lawan, mereka punya mesin gol seperti Robert Lewandowski. Ketika pemain striker Polandia itu kesulitan bergerak atau kurang beruntung, ada pemain lain yang berbahaya seperti Serge Gnabry atau Thomas Mueller.
Namun, Dortmund terperangah ketika justru Joshua Kimmich, bek kanan yang dijadikan gelandang bertahan, yang mencetak gol kemenangan indah dengan cara mencungkil bola di depan kiper Dortmund, Roman Buerki. Kimmich berubah posisi karena Thiago Alcantara tidak bisa tampil akibat cedera.
Kubu Dortmund punya striker Erling Haaland sebagai senjata utama. Pemain muda Norwegia itu memang bisa menembak lima kali, tetapi selalu berakhir dengan kekecewaan karena berduel dengan bek kiri Bayern yang juga berusia 19 tahun, Alphonso Davies.
Pertarungan dua pemain muda itu menjadi daya tarik tersendiri karena Davies dua kali bisa mencuri bola dari kaki Haaland. Kekuatan Davies adalah kecepatannya yang bisa mencapai 35,3 kilometer per jam. Dengan mudah pemain asal Kanada itu berpindah dari ujung ke ujung lapangan dan merusak strategi serangan tim tuan rumah.
”Dia (Davies) membuat lawan berpikir, ’oh saya masih punya waktu.’ Lalu yang terjadi, ’mip, mip!’ (burung) roadrunner milik Bayern datang dan mencuri bola,” kata Mueller. Kemampuan sprint Davies membuat Mueller teringat tokoh kartun roadrunner, burung yang bisa berlari cepat dan berbunyi, ”mip, mip”.
Dortmund tidak hanya kerepotan menjinakkan Davies, juga pemain belakang Bayern lainnya, seperti Jerome Boateng dan kiper Manuel Neuer. Boateng bahkan dua kali mementahkan tendangan Haaland. Salah satu di antaranya memicu kontroversi karena bola mengenai lengan atas Boateng dan wasit membiarkannya.
Bendera putih
Kekuatan Bayern yang merata memberikan catatan buruk bagi Dortmund pada laga itu. Dortmund gagal mencetak gol pada laga kandang untuk kali pertama sejak Januari 2018. Bayern bukan Schalke 04 yang bisa dengan mudah ditumbangkan Dortmund 4-0 di tempat yang sama pada 16 Mei lalu ketika Bundesliga musim ini kembali digulirkan.
Tanpa dukungan ”Tembok Kuning” atau barisan fans fanatik Dortmund di tribune selatan Signal Iduna Park, Dortmund kembali gagal mengusik dominasi Bayern. Jika tidak ada pandemi Covid-19, mereka masih punya peluang untuk menciptakan teror di kandang dan membalas kekalahan 0-4 pada November 2019 di kandang Bayern. ”Bendera putih” tanda menyerah sudah tampak berkibar di Signal Iduna Park.
”Sekarang sangat sulit bagi kami untuk merebut gelar juara. Kami sudah tertinggal tujuh poin,” kata Pelatih Borussia Dortmund Lucien Favre. Dalam dua musim terakhir sejak menjadi pelatih Dortmund, Bayern selalu membuat Favre kecewa. Pada musim sebelumnya, Dortmund juga hanya finis di peringkat kedua dengan selisih dua poin dari Bayern.
Akibat kekalahan itu pula, Favre kini berpeluang hengkang dari Dortmund pada akhir musim ini. Ia tersenyum ketika wartawan menanyakan masa depannya tersebut. ”Saya akan membicarakan ini dalam beberapa pekan ke depan. Saya berusaha tetap tenang dan percaya pada diri sendiri,” katanya.
Dortmund kini tidak cukup hanya bekerja keras memenangi laga-laga tersisa, tetapi juga butuh keberuntungan. Bek Dortmund, Mats Hummels, turut berharap Bayern terpeleset setidaknya sebanyak tiga kali. (AP/AFP/REUTERS)