Peran klub sangat dibutuhkan para pemain di Liga Inggris yang masih ketakutan untuk mengikuti latihan tim. Klub pun membebaskan para pemain untuk mengambil keputusan.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, KAMIS - Sepak bola menghadapi ancaman pandemi Covid-19 yang mirip serangan “kuda troya” dalam mitologi Yunani. Serangan yang tidak terlihat itu nyaris menghancurkan Watford, klub yang baru saja melaporkan tiga kasus positif pada pekan ini.
Virus korona baru itu telah “menumpang” di tubuh bek Watford, Adrian Mariappa, yang menyatakan bahwa ia merupakan pemain yang dinyatakan positif, Kamis (21/5/2020). Sebelumnya, pada Rabu (20/5/2020), Liga Primer mengumumkan ada enam kasus positif dari hasil tes yang mereka lakukan.
Tiga kasus positif terjadi di Watford, yaitu pada Mariappa dan dua staf yang dirahasiakan identitasnya. Dari tiga kasus lainnya, baru diketahui salah satu, yaitu pada asisten manajer Burnley, Ian Woan. Dua kasus sisanya berasal dari klub berbeda.
Ini merupakan hasil tes yang dijalankan Liga Primer pada akhir pekan lalu sebagai persiapan untuk melaksanakan latihan tim dengan protokol kesehatan tahap pertama. Tanpa tes tersebut, Watford akan kecolongan ketika membiarkan Mariappa berlatih bersama rekan-rekannya.
Mariappa bisa menjadi “kuda troya” bagi klubnya, seperti halnya kisah tentara Yunani yang menyerang Troya dengan patung kuda. Persis seperti tentara Yunani yang bersembunyi dalam patung kuda itu, virus korona baru juga “bersembunyi” di tubuh Mariappa dan berpotensi menular ke pemain lain.
Hal itu mungkin terjadi karena Mariappa sendiri tidak menyadarinya. “Ini kejutan besar karena saya tidak pernah meninggalkan rumah,” ujar pemain asal Jamaika itu.
Selain mengasuh anaknya, Mariappa mengaku hanya menghabiskan waktu untuk menjaga kebugaran di rumah. Ia heran karena merasa tidak pernah berinteraksi dengan banyak orang selama pandemi, apalagi pergi berpesta.
Mariappa bahkan tidak merasakan, atau menunjukkan gejala penyakit Covid-19. “Sungguh mengerikan ketika anda merasa baik-baik saja dan tidak pernah meninggalkan rumah. Namun, anda tetap tertular virus itu,” katanya.
Kasus seperti itulah yang ditakuti sang kapten Watford, Troy Deeney, dan pemain lainnya ketika menjalani latihan. Para pemain tidak tahu apakah rekan-rekan mereka membawa virus tersebut. Ketakutan itu tetap ada meski kontak fisik dibatasi.
Mariappa menjadi pembenaran atas ketakutan yang diungkapkan Deeney sebelumnya. Deeney terang-terangan menolak untuk mengikuti latihan karena ia tidak ingin ikut tertular dan membahayakan keluarganya. Ia masih memiliki anak berusia lima bulan yang memiliki gangguan pernapasan.
Protes yang lebih keras disuarakan Danny Rose, pemain Newcastle United. “Publik menyarankan kami untuk segera kembali bermain. Kami seperti kelinci atau tikus percobaan. Kami akan menjalani ‘eksperimen’ tahap pertama ini dan melihat apakah berhasil atau tidak,” kata Rose. Latihan dengan protokol tahap pertama ini, bagi Rose, adalah sebuah eksperimen.
Di sisi lain, Pemerintah Inggris telah menyatakan untuk segera mengizinkan proses latihan dengan kontak fisik agar pemain siap jika kompetisi jadi digulirkan pada 12 Juni mendatang. “Pekan ini, dalam waktu dekat, akan ada panduan bagaimana latihan bisa digelar dengan kontak fisik,” kata Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Media, Oliver Dowden.
Membebaskan pemain
Demi mencegah serangan “kuda troya” yang nyaris terjadi di Watford itu, beberapa klub lantas membebaskan para pemain untuk memilih tetap di rumah atau ikut berlatih. Klub sangat menyadari bahaya Covid-19 masih terus mengintai dan masih banyak pemain yang takut, meski protokol kesehatan yang ketat sudah diterapkan.
Sikap klub tersebut menjadi sinyal positif dalam proses panjang untuk menggulirkan kembali kompetisi Liga Inggris musim 2019-2020. Pemain tidak hanya dipandang sebagai obyek yang diperah untuk memenuhi kepentingan industri sepak bola, melainkan sebagai subyek yang punya hak untuk merasa aman.
Gelandang Chelsea, N’Golo Kante, merasakan hal itu ketika ia menolak untuk ikut berlatih bersama tim di pusat latihan klub di Cobham, Rabu (20/5). Manajer Chelsea Frank Lampard dan manajemen klub memahami ketakutan yang dirasakan pemain asal Perancis itu dan memperbolehkannya berlatih sendiri di rumah.
Langkah serupa juga ditunjukkan manajer Liverpool, Juergen Klopp, yang berharap kompetisi bisa dituntaskan dan mereka bisa mengakhiri penantian selama 30 tahun untuk menjuarai liga. “The Reds” praktis tinggal membutuhkan dua kemenangan lagi untuk memastikan gelar juara, tetapi Klopp berusaha menempatkan keselamatan para pemain di atas segala-galanya.
“Kami tidak akan menempatkan siapapun dalam bahaya dalam mencapai tujuan kami. Ya, kami mencintai sepak bola. Ya, ini adalah pekerjaan kami. Namun, hal terpenting adalah nyawa kami atau nyawa orang lain,” ujar Klopp. Ia meminta para pemain untuk tidak pergi ke tempat latihan apabila merasa tidak aman.
Namun, pada latihan perdana di Melwood pada Rabu kemarin, para pemain Liverpool tampak antusias. Mereka berlatih sesuai protokol kesehatan tahap pertama yang berlaku, yaitu berlatih dengan pembatasan jarak. Para pemain dibagi dalam beberapa kelompok untuk berlatih tanpa ada kontak fisik. (AFP/REUTERS)