Sembilan Bintang Terbaik di Era Milenium
Bleacherreport menaruh Lebron ”King” James di puncak pemain terhebat di era milenium, yaitu 2000-2020. Selain pemain LA Lakers itu, ada delapan pemain lain yang masuk dalam daftar pemain hebat versi para milenial.

LeBron James, pemain Los Angeles Lakers.
Legenda Chicago Bulls, Michael Jordan, tidak diragukan telah menyandang status bintang NBA terbaik sepanjang massa (greates of all time atau GOAT). Hal itu setidaknya diakui ESPN yang telah merilis daftar 74 pemain terbaik NBA berdasarkan penilaian para pengamat.
Jordan, pemilik enam cincin juara NBA yang mengilhami film serial dokumenter The Last Dance, berada di puncak daftar deretan pemain terhebat NBA sepanjang sejarah itu. Namun, bagi para milenial, mereka memiliki ”jagoannya” sendiri.
Terkait hal itu, dalam ulasannya, Bleacherreport menaruh Lebron ”King” James di puncak pemain terhebat di era milenium, yaitu 2000-2020. Selain pemain LA Lakers itu, ada delapan orang lainnya yang masuk dalam daftar pemain hebat para milenial itu.
Berikut ini, urutan sembilan pemain terbaik NBA di era milenium:
1. LeBron James (2003)
Meskipun baru meraih tiga cincin juara NBA, pemain terbaik draf NBA di 2003 ini mampu mencatatkan sejarah baru dalam pentas NBA. Ia menjadi pemain pertama yang mampu mengantarkan timnya juara setelah sempat tertinggal 1-3. Itu dilakukannya saat kembali ke Cleveland Cavaliers dalam final NBA 2016.
Itulah sejarah yang mungkin akan sulit untuk diulangi pemain bintang bersama timnya. Sejarah NBA itu ditorehkan ”King” James ketika kembali ke Cleveland Cavaliers. Blok ”King” James di partai final NBA 2016, terhadap Stephen Curry maupun Andre Iguodala yang merupakan dua pemain kunci Golden State Warriors, membawa kemenangan bagi Cavaliers.
Sebenarnya, pemain hasil dari draf NBA 2003 juga ada empat bintang lainnya, yakni Dwyne Wade, Carmelo Anthony, Chris Bosh, dan Kyle Korver. Dari ke empat bintang draf NBA 2003 ini, hanya Dwyane Wade dan Chris Bosh yang mampu meraih cincin juara NBA ketika memperkuat Miami Heat bersama ”King” James.
Chris Bosh langsung menggantung sepatunya seusai membawa Heat juara 2012 dan 2013, sedangkan Dwyane Wade pensiun pada musim lalu. Meskipun belum meraih satu gelar pun di pentas NBA setelah bergabung dengan enam tim, Kyle Korver (39) sudah tercatat pada urutan keempat pencetak lemparan 3 angka (three points) terbanyak di NBA. Namanya berada di bawah Ray Allen, Regie Miller, dan Stephen Curry.

Pemain Golden State Warriors, Stephen Curry, mencetak 37 poin, 13 ”rebound”, dan 11 asis saat timnya melibas Portland Trail Blazers dengan skor tipis 119-117, Selasa (21/5/2019) WIB, di Moda Center, Portland, Oregon.
2. Stephen Curry (2009)
Kalau ingat lemparan tiga angka terbaik di NBA, tentu nama Stephen Curry tidak bisa dipisahkan dari kategori tersebut. Lemparan tiga angka Curry yang dilakukan dengan quick release, yang hanya mencapai 0,4 detik, itu membuat namanya patut berada di urutan kedua pemain terbaik sepanjang 2000-2020.
Ketepatan lemparan tiga angkanya tidak hanya membuat Curry langsung masuk pada urutan ketiga pencetak lemparan tiga angka terbanyak di NBA, tetapi juga menjadi motor perubahan permainan basket NBA. Dari yang sebelumnya mengandalkan permainan para center dan big man yang lebih mengandalkan fisik menjadi permainan yang lebih mengandalkan kemampuan melepaskan tembakan tiga angka dari jarak jauh.
Stephen Curry juga menjadi duta bagi semua pemain bola basket di penjuru dunia. Pasalnya, Curry menunjukkan bahwa permainan bola baset tidak hanya bagi mereka yang memiliki tinggi mencapai 2 meter atau lebih.
Dengan ketepatan lemparan tiga angka dari titik mana pun, Curry memimpin Golden State Warriors memecahkan rekor kemenangan pertandingan reguler Michael Jordan bersama Chicago Bulls pada musim 1995-1996, yakni dari 72 kemenangan menjadi 73 kemenangan pada musim 2015-2016.
Saat itu Michael Jordan mampu membawa Chicago Bulls meraih gelar NBA ke-4. Namun, Curry bersama Klay Thomson, Draymond Green, dan kawan-kawannya gagal menjadi juara setelah dipecundangi ”King” James dan Cleveland Cavaliers.

Kevin Durant, pemain Brooklyn Nets.
3. Kevin Durant (2007)
Nama Kevin Durant patut berada di urutan ketiga karena masih belum mampu menjadi pimpinan tim seperti yang dilakukan ketika masih bersama Miami Heat dan Cleveland Cavaliers di era 2014-2018.
KD (31) belum meraih cincin juara ketika masih bersama Russell Westbrook, James Harden, dan Serge Ibaka di Oklahoma City Thunder. Itu sebabnya Kevin Durant perlu berterima kasih kepada Stephen Curry dan Golden State Warriors yang membawa KD mengantongi dua gelar NBA sekaligus menjadi pemain terbaik (MVP) Final NBA 2017 dan 2018.
KD sendiri memang bukan pemain pilihan pertama, tetapi namanya masih berada di lima besar draf NBA 2007. KD hanya berada di urutan ke dua, setelah Greg Oden, pemain center yang sejak 2015 hingga 2016 bermain untuk Jingsu Dragons, salah satu tim dari Liga Asosiasi Basket China atau CBA dan sejak 2018 bergabung dengan tim Scarlet & Gray.
Nasib Greg Oden dan KD tidak jauh berbeda dengan Sam Perkins dan Michael Jordan ketika keduanya masih memperkuat Universitas Carolina Utara atau UNC.
Sebab, saat itu Sam Perkins yang lebih baik permainannya dari MJ. Akan tetapi, kemudian di draf NBA 1984 nama Sam Perkins justru hanya berada di urutan ke-4, sementara Michael Jordan menempati urutan ke-3 dan Hakeem Olajuwon yang menjadi pilihan pertamanya.
KD pada musim ini sama sekali tidak bermain, setelah meninggalkan Warriors saat sebagai pemain bebas untuk bergabung dengan Brooklyn Nets. Nets masih memiliki kemungkinan untuk tampil di play off NBA 2020 apabila NBA kembali menggulirkan liga yang sudah terhenti sejak 11 Maret lalu.
Selain KD, juga ada nama Mike Conley, Marc Gasol, Al Horford, dan Joakim Noah yang menjadi bintang dari draf NBA 2007 ini. Marc Gasol mengikuti jalur KD, setelah meraih gelar juara NBA 2019 bersama Toronto Raports.

”Guard” Oklahoma City Thunder, Russell Westbrook, yang kini pindah ke Houston Rockets.
4. Russell Westbrook (2008)
Kalau ditanya siapa yang terbaik dari draf NBA 2008, jawabannya tentu Russell Westbrook yang kini namanya sudah dinobatkan sebagai pemain paling banyak mencetak triple double di pentas NBA. Dengan kemampuannya yang bisa berada di berbagai sudut lapangan, Westbrook masih belum mengantongi satu pun gelar juara NBA.
Padahal, bisa dikatakan, kesempatan dirinya meraih gelar itu ada ketika Westbrook (31) masih bersama Kevin Durant, James Harden, Serge Ibaka, dan Kendrick Perkins yang memperkuat Oklahoma City Thunder (OKC). Sayangnya, OKC hanya sampai posisi semifinal play off NBA 2016. OKC harus menyerah 4-3 dari Stephen Curry dan Golden State Warriors.
Setelah menjadi raja triple double, Russell Westbrook sejak 2019 memutuskan meninggalkan OKC dan bergabung Houston Rockets.
Westbrook adalah satu angkatan draf NBA 2008 bersama Derrick Rose yang namanya juga tidak kalah melambung di pentas NBA saat ini. Berikutnya adalah Kevin Love yang kini main bermain untuk Cleveland Cavaliers, setelah bersama ”King” James meraih gelar NBA 2016.
Dua pemain terbaik dari angkatan 2008 lainnya adalah Brook Lopez (Milwaukee Bucks) dan Eric Gordon (Houston Rockets). Brook kini bersama saudara kembarnya, Robin Lopez, tengah menjadi unggulan utama karena Milwaukee Bucks kini menjadi tim terbaik di NBA 2019-2020.

Pau Gasol (kiri) saat masih membela Chicago Bulls tahun 2014.
5. Pau Gasol (2001)
Meskipun baru mempersembahkan dua gelar NBA, yakni ketika memperkuat Los Angeles Lakers, nama Pau Gasol (39) yang menjadi pilihan ke-3 dari draf NBA 2001 jauh lebih populer dari nama Tony Parkers yang juga hasil draf NBA 2001.
Walaupun menjadi pilihan ke-28 San Antonio Spurs, Parker (38) sudah membawa Spurs bersama Tim Duncan, Manu Ginobili, dan Kawhi Leonard empat kali juara NBA, yakni pada 2003, 2005, 2007, dan 2014.
Nama Pau Gasol yang berasal dari Barcelona, Spanyol, hingga 2019 masih tercatat di Portland Trail Blazers. Akan tetapi, Parker justru sudah menggantung sepatunya seusai musim 2018-209 ketika sempat bergabung satu musim bersama Charlotte Hornets.
Kalau Pau Gasol masih menjadi pemain center, sekalipun hanya cadangan, Tony Parker dengan pengalamannya mengantongi empat gelar juara NBA dipercaya menjadi Presiden LDLC ASVEL, tim basket juara Liga Perancis yang menjadi wakil Perancis di turnamen EuroLeague. Parker sekaligus pemilik atas tim yang bermarkas di Villieurbanne, Lyon, itu.
Selain Pau Gasol, kakak dari Marc Gasol, dan Tony Parker, tiga pemain bintang dari draf NBA 2001 adalah Tyson Chandler yang menjadi salah satu pemain center tim AS di Olimpiade 2012 London, Joe Johnson, serta Gilbert Arenas.

Pebasket Toronto Raptors, Kyle Lowry.
6. Kyle Lowry (2006)
Nama Rajon Rondo (34) yang lebih dulu meraih gelar NBA ketika masih memperkuat Boston Celtics 2008 kalah populer dengan Kyle Lowry, rekan satu angkatan dari draf NBA 2006.
Lowry yang memang tidak terlalu istimewa penampilannya membawa Toronto Raptors meraih gelar NBA 2019. Saat itu, Raptors masih diperkuat Kawhi Leonard yang kini bergabung dengan Los Angeles Clippers.
Lowry kini masih bertahan di Raptors sekalipun sudah kehilangan Leonard, tetapi mereka masih bertarung laiknya final esok hari. Itu sebabnya, Lowry dan rekan-rekannya sudah mendapat tiket ke play off NBA 2020 apabila musim ini dilanjutkan.
Rajon Rondo bersama ”King” James dan tim LA Lakers memimpin Wilayah Barat sekaligus menjadi peraih tiket pertama ke babak play off. Kalau diminta memilih Rondo atau Lowry yang lebih dulu menambah gelar juara NBA, tentu semua pencinta NBA pasti memilih Rondo karena Lakers memperlihatkan permainan terbaik mereka. Tentunya selama ”King” James masih ada di lapangan karena, tanpa James, Lakers pun bakal bermain tanpa visi.
Pemain dari draf NBA 2006 yang menonjol dan kini mencapai taraf terbaiknya adalah LaMarcus Aldridge, yang semakin berkembang permainannya ketika ditangani Gregg Popovich di San Antonio Spurs.
Adapun Paul Millsap yang sejak 2017 sudah bermain untuk Denver Nuggets menjadi salah satu andalan tim asal Denver itu untuk meraih tiket ke play off NBA 2020.
JJ Redick, shooting guard dari draf NBA yang sama dan kini bermain untuk New Orleans Pelicans, senasib dengan Millsap dan Aldridge. Mereka belum mampu meraih gelar NBA bersama timnya.

”Guard” Los Angeles Clippers, Paul George (kiri).
7. Paul George (2010)
Angkatan draf NBA 2010 merupakan salah satu angkatan yang pemain bintangnya musim ini mengalami cedera sehingga tidak bisa bermain penuh. Paul Goerge menjadi salah pemain terbaik dari draf NBA 2010 dan sekaligus menempati urutan ke-7 secara keseluruhan pada era milenial. Goerge (30) tidak mampu memperkuat Los Angeles Clippers setelah menjalani perawatan seusai operasi punggungnya.
Sejak 10 Juli 2019, George memutuskan pindah dari Oklahoma City Thunder dan bergabung dengan LA Clippers yang sudah mendatangkan Kawhi Leonard.
Baik George maupun Leonard sama-sama memperlihatkan permainan istimewa, setelah George membuat 40 angka dan Leonard menambahkan 42 angka ketika Clippers menaklukkan Minnesota Timberwolves, dengan skor 124-117, Desember 2019.
Selain George, kisah cedera yang memaksa mereka harus duduk manis di bangku cadangan dalam waktu yang panjang juga dialami Gordon Hayward sejak 2017 hingga 2019. Hayward mengalami dislokasi lutut kaki kirinya ketika baru pertama kali bermain memperkuat Celtics saat baru 7 menit bermain melawan Cleveland Cavaliers, 17 Oktober 2017. Hal ini membuat dirinya harus istirahat hingga Maret 2018.
Pada Oktober 2018, Hayward bisa bermain lagi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pada 9 November 2019, dia mengalami retak tangan kiri ketika menghadapi San Antonio Spurs.
Hayward baru bisa bermain lagi sebulan kemudian. Bahkan, bersama-sama Kemba Walker, Jayson Tatum, dan rekan-rekannya dari Boston Celtics, Hayward sudah memastikan untuk meraih tiket ke babak play off NBA 2020 ini.
Bintang dari draf NBA 2010 lainnya, yakni John Wall, menggantung sepatunya selama 12 bulan, setelah menjalani operasi tumit kaki kiri pada Januari 2019. Namun, akibat terjatuh di rumahnya, cedera yang belum sembuh justru bertambah dengan rusaknya otot achilles kaki kiri. Itu sebabnya selama 2019 dirinya tidak bermain sama sekali, bahkan hingga awal 2020.
Adapun DeMarcus Cousins tidak jauh berbeda karena hanya bisa menjadi penonton dan berteriak-teriak dari pinggir lapangan sampai waktu yang belum diketahui akibat cedera achilles. Cedera cousins ini merupakan bawaan sejak mengalami cedera achilles kaki kiri saat masih memperkuat New Orleans Pelicans dan lama menjadi penghuni bangku cadangan bersama Golden State Warriors.

Chris Paul (kanan) saat masih memperkuat Houston Rockets tahun 2019.
8. Chris Paul (2005)
Salah satu pemain NBA yang saat ini sibuk membahas rencana kembalinya liga tentunya Chris Paul, point guard Oklahoma City Thunder sekaligus Presiden Asosiasi Pemain Basket Nasional (NBPA) sejak 2013.
Bukan karena jabatannya yang membuat Chris Paul (35) yang panggilan akrabnya CP3 itu berada di urutan ke-8 terbaik di era milenium ini, melainkan karena permainannya yang membuat Chris Paul, pemain terbaik (MVP) NBA 2013, layak menempati posisi itu.
Chris Paul yang menjadi salah satu point guard terbaik di pentas NBA itu juga memperkuat tim nasional AS di pentas Olimpiade. Paul sudah menyumbangkan dua medali emas dari Olimpiade 2008 Beijing dan Olimpiade 2012 London.
Chris Paul sebenarnya hanya merupakan pilihan ke-4 New Orleans Pelicans yang kemudian sudah berkelana ke empat tim NBA. Adapun pilihan nomor satu draf NBA 2005, yakni Andrew Bogut, pemain center asal Melbourne, Victoria, dari Negeri Kanguru, sudah meraih gelar juara NBA 2015 bersama Golden State Warriors.
Loe Williams yang sudah beberapa kali menjadi Sixthman of the Year NBA juga termasuk salah satu bintang dari draf NBA 2005. Bersama Deron Williams yang kini memperkuat Cleveland Cavaliers, David Lee, dan Monta Ellis yang hingga 2017 masih tercatat sebagai pemain Indiana Pacers.

Pemain LA Lakers, Dwight Howard.
9. Dwight Howard 2004
Salah satu pemain center yang sukses pada era milenium ini adalah Dwight Howard, yang merupakan pemain terbaik dari angkatan draf NBA 2004. Sekalipun berusia 34 tahun pada 8 Desember lalu, Dwight Howard mampu menjaga fisiknya dengan baik.
Itu sebabnya juara kontes slam dunk NBA All-Star 2008 ini terpilih untuk tampil lagi mengikuti kontes slam dunk NBA All-Star 2020 di kandang Bulls, di Chicago, Illinois. Namun, aksi yang ditampilkan dengan sedikit pengulangan tersebut tidak membawa Howard kembali sebagai juara.
Kembalinya Howard ke Los Angeles Lakers sejak 2019, setelah sempat bermain untuk Lakers pada 2012-2013, tentu dalam rangka memperkuat Lakers meraih gelar juara bersama ”King” James.
Howard berharap dapat menikmati apa yang dirasakan rekan seangkatannya, Andre Iguodala, yang juga pemain terbaik (MVP) Final NBA 2015. Iguodala kini bergabung ke Miami Heat untuk bermain bersama Jimmy Butler yang mampu meyakinkan tim mereka untuk tampil di play off NBA 2020. Iguodala sudah meraih tiga gelar NBA bersama Golden State Warriors, yakni pada 2015, 2017, dan 2018.
Tiga pemain lain dari draf NBA 2004 yang menjadi bintang di angkatannya adalah Trevor Ariza yang belakangan bergabung dengan Portland Trail Blazers serta JR Smith yang pada 2019 bermain untuk Cleveland Cavaliers dan kini menjadi pemain bebas. Adapun Al Jefferson, yang merupakan salah satu pemain bintang dari draf NBA 2004, sejak 2018 hijrah ke Xinjiang Flying Tigers, tim asal Urumqi, Xinjiang, salah satu tim kuat di liga Asosiasi Basket China.