Guna menghadirkan manajemen yang lebih kredibel, PT Liga Indonesia Baru perlu mempertimbangkan merekrut profesional asing dan berpengalaman. Itu telah dilakukan di negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Pengunduran diri Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Cucu Somantri bisa menjadi momentum PSSI menghadirkan wajah yang lebih baik di liga profesional. Maka itu, PSSI dan PT LIB perlu mempertimbangkan sosok profesional, termasuk dari luar negeri, guna merevolusi liga.
Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali menilai, seluruh pemegang saham PT LIB, yaitu klub dan PSSI, harus mengambil langkah strategis untuk mengisi kursi pimpinan yang kosong di tubuh operator liga profesional Indonesia itu. Pada Senin (18/5/2020), PT LIB melaporkan mundurnya Cucu dari jabatannya. Selain itu, Komisaris Utama PT LIB Son Hadji dan dua komisaris, Hasani Abdul Gani dan Hakim Putratama, juga ikut mundur dari jabatan masing-masing.
Menurut Akmal, PT LIB sudah selayaknya dipimpin sosok yang berpengalaman mengurusi kompetisi profesional. Selain itu, juga tidak memiliki masalah atau ”dosa” sepak bola di masa lalu guna meningkatkan kepercayaan publik. Jika memungkinkan, ungkapnya, PSSI bisa mengontrak mantan pimpinan operator liga di luar negeri, seperti Liga Jepang.
”Sosok profesional dari luar negeri perlu jadi pertimbangan. Lalu, yang terpenting, seluruh petinggi PSSI dan PT LIB harus satu komitmen. Tidak boleh lagi tersekat-sekat dan punya satu tujuan besar bersama, yaitu mereformasi tata kelola sepak bola Indonesia,” ujar Akmal di Jakarta, Selasa (19/5/2020).
Kebijakan mempekerjakan profesional dari luar negeri guna mengelola kompetisi domestik telah dilakukan Vietnam dan Thailand. Setelah diguncang kasus pengaturan skor pada 2013, Badan Sepak Bola Profesional Vietnam (VPF), penyelenggara V-League, mengontrak konsultan olahraga asal Jepang, Koji Tanaka, sebagai Direktur Komite VPF pada 2014. Kehadiran Tanaka mengubah wajah dan citra V-League sehingga menjadi salah satu liga terbaik di kawasan Asia Tenggara saat ini.
Sosok profesional dari luar negeri perlu jadi pertimbangan. Lalu, yang terpenting, seluruh petinggi PSSI dan PT LIB harus satu komitmen.
Hal serupa dilakukan Federasi Sepak Bola Thailand (FAT). Sejak 2016, posisi CEO Thai League dipegang bekas penasehat kompetisi Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Benjamin Tan. Tan, yang berkebangsaan Singapura, menampilkan wajah baru Liga Thailand yang ditransformasi menjadi Thai League pada 2017. Ia juga memastikan klub-klub memenuhi lisensi AFC.
Kebutuhan profesionalisme itu diakui Hasani yang mundur dari kursi komisaris PT LIB. Ia meyakini, PT LIB memiliki prospek masa depan yang cerah. Tetapi, ia mengingatkan, PT LIB harus dikelola oleh orang yang bersih, berintegritas, dan profesional, untuk meraih potensi besar itu.
”PT LIB memiliki prospek cerah karena penggemar sepak bola kita besar, rating televisi dalam pertandingan sepak bola tinggi, dan hasil statistik media sosial selalu fantastis. Meski begitu, sepak bola kita tidak bergerak maju karena stakeholder yang menjatuhkan sepak bola kita lewat pemberitaan negatif. Itu menurunkan kepercayaan masyarakat,” ungkapnya.
Komisaris PT LIB Ferry Paulus menyatakan, pimpinan direksi dan komisaris yang masih aktif akan melanjutkan tugas harian PT LIB. ”Kami akan segera mengagendakan RUPS Luar Biasa lainnya guna mengisi posisi direksi dan komisaris yang lowong. Waktunya akan ditentukan kemudian,” ungkapnya,
Permasalahan internal
Mundurnya Cucu dari jabatannya itu seakan menjadi pucuk gunung es permasalahan internal di PT LIB. Sebelumnya, pada pertengahan April lalu, Direktur Operasional PT LIB Sujarno, Direktur Keuangan Anthony Chandra Kartawiria, dan Direktur Bisnis Rudy Kangdra, menolak ditunjuknya Pradana A Wicaksana, anak Cucu, sebagai Manajer Umum PT LIB.
Cucu lantas sempat menyatakan anaknya ini tidak akan dimasukkan ke dalam manajemen PT LIB. Namun, awal Mei lalu, ketiga direksi itu telah menyampaikan surat kepada para pemegang saham dengan menyertakan empat poin kondisi internal di PT LIB, terutama mengenai dugaan monopoli dalam pengambilan keputusan di internal perusahaan itu.
Sebelum gonjang-ganjing di tubuh PT LIB, internal PSSI juga sempat disorot publik pasca mundurnya Ratu Tisha dari posisi Sekretaris Jenderal PSSI, 13 April lalu. Jabatan strategis itu kini dipegang sementara oleh salah satu anggota Komite Eksekutif PSSI, Yunus Nusi.