ATP dan ITF memperpanjang masa penghentian turnamen di berbagai level hingga akhir Juli. Musim turnamen 2020 pun kian tak pasti akibat pandemi Covid-19.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
LONDON, JUMAT — Tak salah jika Rafael Nadal mengatakan bahwa dunia tenis telah kehilangan musim 2020 karena epidemi virus Covid-19. Untuk kesekian kalinya, ATP dan ITF memperpanjang masa penghentian turnamen di berbagai level hingga akhir Juli. Musim turnamen 2020 pun kian tak pasti.
ATP, asosiasi untuk tenis putra profesional, dan ITF, yang bertanggung jawab atas tenis di akar rumput, mengumumkan hal itu pada Jumat (15/5/2020). Dengan perpanjangan tersebut, petenis di berbagai level kehilangan turnamen, setidaknya selama 4,5 bulan sejak semua turnamen dihentikan pada pertengahan Maret.
”Dengan adanya ketidakpastikan karena Covid-19 yang terus berlanjut, kami pun dengan menyesal mengumumkan keputusan untuk memperpanjang penghentian turnamen. Kami terus menilai opsi dalam upaya melanjutkan tur saat telah memungkinkan digelar, termasuk penjadwalan ulang pada sisa musim ini,” ujar Ketua ATP Andrea Gaudenzi dalam laman resmi ATP.
Sebelumnya, pada April, ATP, ITF, dan Asosiasi Tenis Putri (WTA) memperpanjang penghentian turnamen hingga 13 Juli. Pada saat yang sama, Asosiasi Tenis Inggris (LTA) memutuskan pembatalan Wimbledon 2020 yang sedianya berlangsung 29 Juni-12 Juli.
Setelah perpanjangan masa penghentian turnamen itulah, Nadal pun menyatakan, dunia tenis telah kehilangan musim 2020. Persiapan yang dilakukannya, bahkan, telah ditujukan untuk musim 2021.
Saya tentu berharap tenis bisa kembali pada tahun ini, tetapi sepertinya itu tak akan terjadi. Musim 2020 telah hilang. Saya pun akan bersiap untuk musim berikutnya.
”Saya tentu berharap tenis bisa kembali pada tahun ini, tetapi sepertinya itu tak akan terjadi. Musim 2020 telah hilang. Saya pun akan bersiap untuk musim berikutnya,” kata Nadal kepada media di Spanyol, El Pais, Mei lalu.
WTA membuat keputusan berbeda, yaitu menunda empat turnamen yang akan digelar Juli. Keempatnya adalah turnamen level rendah, yaitu Bastad, Lausanne, Bucharest, dan Jurmala. WTA pun akan melakukan pembaruan turnamen, sejak pertengahan Juli, pada Juni.
Meski masih tak menegaskan penghentian turnamen hingga waktu tertentu, WTA telah kehilangan turnamen besar, yaitu WTA Premier Montreal, 7-16 Agustus. Larangan Pemerintah Quebec, Kanada, untuk menggelar acara yang melibatkan banyak orang hingga 31 Agustus membuat salah satu turnamen pemanasan menuju Grand Slam AS Terbuka, 31 Agustus-13 September, itu ditiadakan.
Dalam kalender ATP, perpanjangan penghentian turnamen akan membuat ditiadakannya ajang persaingan di Hamburg, Bastad, Newport, Los Cabos, Gstaad, Umag, Atlanta, dan Kitzbuhel. Lima dari turnamen itu adalah turnamen-turnamen menuju AS Terbuka.
Tanpa turnamen-turnamen tersebut, petenis pun kehilangan ajang pemanasan seandainya AS Terbuka digelar sesuai jadwal. Hingga saat ini, Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) belum mengubah jadwal meski telah membuat beragam skenario penyelenggaraan di tengah pandemi Covid-19, di antaranya menggelar turnamen tanpa penonton dan memindahkan ke negara bagian lain yang lebih aman. New York, tempat penyelenggaraan AS Terbuka, telah menjadi wilayah dengan kasus Covid-19 terbesar di AS.
”Stadion Stella Maris tentu akan kehilangan atmosfer ramainya turnamen. Namun, kesehatan dan keselamatan petenis serta penonton lebih penting,” ujar Direktur Turnamen ATP Umag, Kroasia, Lawrence Frankopan.
Panitia turnamen ATP Kitzbuhel, Austria, mencari kemungkinan diselenggarakannya turnamen tanah liat tersebut pada September, sementara panitia ATP Hamburg akan menanti perkembangan situasi dan keputusan lebih lanjut dari ATP dan ITF.
Adapun turnamen-turnamen ITF yang tertunda adalah turnamen yunior, senior, turnamen untuk petenis berkursi roda, turnamen tenis pantai, dan ITF World Tennis Tour. Turnamen dalam kalender ITF inilah yang banyak diikuti petenis putri Indonesia, seperti Aldila Sutjiadi dan Priska Madelyn Nugroho.
Latihan lagi
Diakhirinya masa penutupan satu negara (lockdown) di Perancis pada 12 Mei membuat petenis Nicolas Mahut berlatih kembali. Akademi tenis milik pelatih Serena Williams, Patrick Mouratoglou, pun dibuka kembali dengan memberlakukan protokol kesehatan.
”Menyenangkan bisa bermain tenis lagi. Semua merindukannya, petenis, pelatih, penonton,” kata Mahut setelah berlatih di dekat Stadion Roland Garros, Paris, tempat penyelenggaraan Perancis Terbuka.
Tanpa latihan berat sekitar dua bulan, Mahut pun hanya menjalani latihan tenis ringan bersama rekannya. ”Meski hanya bermain untuk bersenang-senang selama satu jam, saya merasa sakit di beberapa bagian tubuh. Tanpa latihan yang ideal untuk jangka waktu panjang, cedera memang menjadi risiko saat kembali ke lapangan,” kata peraih empat gelar Grand Slam di ganda putra itu.
Dalam latihan itu, Mahut harus mengikuti peraturan pengelola stadion untuk mencegah penularan virus. Beberapa di antaranya adalah tidak duduk di kursi, menggunakan bola yang berbeda dengan lawan, dan membersihkan net dengan disinfektan setelah latihan.
”Semoga kita bisa berlatih dengan normal lagi. Namun, pada saat ini, kita harus mengikuti peraturan. Kami sudah beruntung bisa kembali berlatih,” katanya. (AP/REUTERS)