Beragam cara dilakukan para pebulu tangkis untuk mengusir kebosanan di Pelatnas Cipayung selama masa pembatasan akibat pandemi Covid-19. Ada yang bermain sepeda, main layangan, bahkan membayangkan suasana kebun binatang.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Sejak dihentikannya semua turnamen pada pertengahan Maret, semua atlet bulu tangkis nasional hanya bisa ”berdiam diri” di Pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta. Dengan ruang gerak terbatas, mereka mengusir kebosanan dengan cara masing-masing.
”(Bagaimana) rasanya dua bulan hanya di Cipayung? Bingung juga menjelaskannya karena belum pernah mengalami (sebelumnya). Rasanya bosan, hilang, sampai bosan lagi,” kata pemain ganda campuran, Pitha Haningtyas Mentari.
Pitha menjadi satu dari sekitar 100 atlet pelatnas utama dan pratama yang harus tinggal di Pelatnas Cipayung selama masa pandemi Covid-19. Demi menjaga kesehatan mereka, PBSI melarang semua atlet keluar dari area pelatnas, termasuk pada hari libur latihan.
Dengan tinggal di Cipayung, para atlet bisa tetap berlatih untuk menjaga kebugaran dan teknik bermain. Selain lapangan, Pelatnas Bulu Tangkis Cipayung juga dilengkapi dengan ruang latihan kebugaran, trek atletik, dan lapangan rumput untuk beragam program latihan.
Pitha menjalani ”karantina” begitu kembali dari All England (11-15 Maret), yaitu turnamen terakhir yang digelar Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Hari-hari partner Rinov Rivaldy itu pun hanya diisi dengan latihan pada pagi hari dan istirahat.
”Kami tidak boleh ke mana-mana. Awal pulang dari All England, ruang gerak lebih terbatas, yaitu hanya kamar, lapangan, trek atletik. Lapangan latihan untuk kami ditentukan tersendiri agar berjauhan dengan atlet yang tidak ke All England. Waktu itu, rasanya kami seperti pembawa virus, ha-ha-ha,” tutur juara dunia yunior 2017 (bersama Rinov) itu.
Saat ini, para pemain yang tampil di All England sudah bisa berbaur dengan rekan-rekannya. Makan, yang semula harus dilakukan di kamar masing-masing, kini sudah bisa dilakukan di ruang makan bersama atlet lainnya.
Gunakan teknologi
Hanya boleh berada di Cipayung, para atlet pun tak bisa bertemu keluarga. Komunikasi dilakukan melalui berbagai saluran teknologi, terutama panggilan video.
Tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung, biasa melakukan panggilan video dengan orangtuanya selama lebih dari satu jam. Rutinitas menghilangkan rindu itu bahkan dilakukannya sambil makan atau nonton film.
Sebagai anak tunggal, Gregoria pun punya kekhawatiran tentang kondisi orangtuanya pada situasi seperti saat ini. Dia pun sering mengingatkan agar mereka tak keluar rumah.
Saking jenuhnya, saya pernah membayangkan mengubah Pelatnas Cipayung menjadi kebun binatang. Isinya gajah, harimau, dinosaurus, pokoknya binatang-binatang yang enggak umum.
Sementara Pitha pernah menerima kunjungan orangtuanya yang tinggal di Ciledug, Tangerang Selatan. Namun, itu sebatas bertemu di tempat parkir.
”Karena sudah lama tidak keluar dari sini, saya sampai bertanya ke ibu, ’Warna aspal di jalan masih sama enggak, sih? Lampu lalu lintas masih merah-kuning-hijau, kan?’ Siapa tahu sudah berubah,” canda pemain berusia 20 tahun ini.
Usir kebosanan
Sebagai sosok yang terbiasa melakukan perjalanan internasional untuk mengikuti turnamen, setidaknya selama dua pekan per satu bulan, rasa jenuh tak terhindarkan ketika harus selalu berada di Cipayung.
”Saking jenuhnya, saya pernah membayangkan mengubah Pelatnas Cipayung menjadi kebun binatang. Isinya gajah, harimau, dinosaurus, pokoknya binatang-binatang yang enggak umum,” kata Pitha.
Gregoria pernah mencoba memasak, lalu belajar memainkan gitar dan piano bersama pemain ganda putri, Greysia Polii. Namun, seperti halnya memasak, kegiatan memainkan alat musik lantas ditinggalkan.
”Sudah belajar gitar dan piano sama Kak Ge (Greysia), tapi tetap enggak bisa. Sepertinya saya enggak bakat main alat musik,” ujarnya dalam laman resmi PP PBSI.
Greysia, salah satu sosok senior di antara atlet pelatnas bulu tangkis, memang memiliki beragam kemahiran. Seperti diperlihatkan dalam akun Instagram-nya, dia memainkan alat musik gitar dan drum.
Greysia juga menjalani hobinya sejak kecil, yaitu fotografi. Selain foto candid saat latihan, dia menjadikan beberapa pemain putri, seperti Gloria Emanuelle Widjaja dan Marsheilla Gischa Islami, sebagai model foto-fotonya.
Apriyani Rahayu, partner Greysia, bahkan sering ikut bermain sepak bola bersama atlet-atlet putra. ”Itu sebelum puasa. Sekarang, nyanyi-nyanyi dan nonton drakor (drama korea) saja biar enggak bosan,” kata pemain bergaya tomboi itu.
Meskipun tidak bisa ke mana-mana, saya masih bersyukur karena di sini banyak teman.
Tetap bersyukur
Selain hobi pribadi, tidak jarang mereka juga bersama-sama menjalani hobinya di pelatnas itu. Atlet-atlet putra, misalnya, sering mengisi waktu dengan bermain layang-layang. Adapun para pemain putri bermain sepeda.
”Asrama pemain putri sudah seperti tempat penyewaan sepeda. Waktu ada yang beli sepeda, yang lainnya ikutan beli. Meskipun tidak bisa ke mana-mana, saya masih bersyukur karena di sini banyak teman,” kata Pitha.
Meski harus berkorban karena jauh dari keluarga, Pitha dan kawan-kawan beruntung memiliki tempat yang bisa melindungi mereka sebagai aset bangsa. ”Seperti dikatakan pelatih, untuk situasi seperti sekarang, pelatnas adalah tempat teraman bagi kami,” ujar Pitha.