Meskipun tak lagi muda, dua petenis putra papan atas dunia, Roger Federer dan Rafael Nadal, diyakini masih bisa saling bersaing sengit hingga beberapa tahun ke depan. Keduanya punya jiwa kompetitif yang sangat tinggi.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Rafael Nadal (33), petenis putra papan atas dunia, diprediksi masih bisa bertanding hingga tiga-empat tahun lagi. Begitu pula rivalnya, Roger Federer (38), yang dinilai masih memiliki kemampuan memenangi ajang penting. Atas dasar itu, persaingan mereka diprediksi masih akan berlanjut beberapa tahun lagi.
Mantan pelatih Nadal yang juga pamannya, Toni Nadal, serta pelatih Federer, Severin Luthi, berpendapat, persaingan Federer dan Nadal telah memberi pengaruh besar pada dunia tenis. Persaingan keduanya selalu menyajikan permainan indah yang bisa dinikmati semua penggemar tenis, diiringi dengan persahabatan di luar lapangan.
“Mereka bersaing dengan keras di lapangan, berburu gelar Grand Slam dan saling memecahkan rekor. Namun, mereka berteman dan saling menghargai di luar lapangan. Saya pikir, mereka telah memberi pengaruh baik untuk olahraga,” tutur Toni Nadal pada wawancara dengan media Spanyol, baru-baru ini, seperti dikutip dari tennisworldusa.org.
Persaingan kedua petenis yang mendapat julukan “Fedal” (kependekan dari Federer dan Nadal) dari para penggemar mereka itu telah berlangsung 40 kali sejak 2004. Nadal unggul 24-16. Pertemuan terakhir mereka terjadi pada semifinal Wimbledon 2019 yang dimenangi Federer.
Dari 40 pertemuan, 20 di antaranya berlangsung di lapangan keras (dalam dan luar ruangan), 16 di tanah liat, dan empat di lapangan rumput. Sebanyak 14 pertandingan berlangsung di arena Grand Slam dengan keunggulan Nadal, 10-4.
Dari persaingan itu, Toni menilai, keduanya telah menunjukkan esensi dari olahraga, yaitu bersaing secara maksimal di lapangan. “Tetapi, saat pertandingan selesai, persaingan juga selesai. Itu karena mereka ingin saling mengalahkan, tetapi tak ingin melihat lawannya terluka setelah pertandingan. Mereka saling menghormati,” tuturnya.
Nadal memiliki rasa kompetitif yang tinggi, bahkan hingga di luar lapangan. Federer pun dinilai memiliki pola pikir yang sama.
Toni, yang melatih Nadal sejak keponakannya itu berusia empat tahun hingga 27 tahun kemudian (tahun 2017), mengatakan, Nadal memiliki rasa kompetitif yang tinggi, bahkan hingga di luar lapangan. Federer pun dinilai memiliki pola pikir yang sama.
Luthi juga yakin bahwa Federer tak bisa diabaikan meski akan memasuki usia 39 tahun pada 8 Agustus nanti. “Dia sangat fokus pada dirinya, tetapi juga sangat menghormati Rafa. Jadi, Roger tak akan hancur meski Rafa bisa melewati jumlah gelar Grand Slam yang diraihnya,” kata Luthi.
Saat ini, Federer menjadi tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 20 gelar. Namun, sejak menjuarai Australia Terbuka 2018, jumlah itu tak bertambah hingga Nadal mendekatinya dengan 19 gelar. Adapun Novak Djokovic membayangi mereka dengan 17 gelar.
Lutihi, yang melatih Federer sejak 2007, meminta para penggemar tenis tak membandingkan siapa yang lebih superior. “Persaingan mereka harus dipandang baik untuk tenis karena banyak yang memprediksi karier Roger akan selesai setelah dia 16 kali menjuarai Grand Slam dan Nadal 14 kali. Ini menjadi contoh untuk petenis muda,” kata Luthi.
Latihan tepat
Meski tak lagi muda, persaingan “Fedal” dinilai masih bisa berlanjut. Toni menilai, Nadal masih bisa bertanding 3-4 tahun lagi jika tak banyak diganggu cedera. Begitu pula jika ia bisa terus mempertahankan motivasinya.
Federer juga dinilai bisa melakukan itu. Apalagi, menurut Toni, Federer masih bisa menjuarai ajang-ajang penting. Luthi, sebagai pelatih, juga yakin Federer masih bisa menjuarai Grand Slam. Dia mencontohkan ketika Federer menjuarai Australia Terbuka 2018.
Roger selalu mendapat hasil bagus pada turnamen besar. Dia melakukannya pada 2018 berkat latihan yang tepat.
“Roger selalu mendapat hasil bagus pada turnamen besar. Dia melakukannya pada 2018 berkat latihan yang tepat. Itu juga masih bisa dilakukannya. Dengan tak begitu banyak turnamen yang diikuti, dia bisa fokus pada ajang tertentu.
Luthi tak mengetahui hingga kapan ayah dari empat anak itu akan bermain meski telah menjadi petenis tertua pada papan atas dunia. “Saya yakin, dia pun tak tahu akan sampai kapan bermain. Jika itu terjadi, sepertinya dia tidak termasuk orang yang akan mengumumkannya sejak jauh-jauh hari,” ujar Luthi.