ASEAN Para Games Batal, NPC Indonesia Fokus Tatap 2021
NPC Indonesia langsung mengalihkan fokus untuk meraih sukses tahun 2021 dalam ajang Paralimpiade Tokyo dan ASEAN Para Games Vietnam. Hal itu dilakukan setelah ASEAN Para Games Filipina dibatalkan.
JAKARTA, KOMPAS – Setelah empat kali mengalami penundaan, ASEAN Para Games 2019 Filipina akhirnya urung diselenggarakan. Menanggapi situasi itu, Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia tak mau larut dalam kekecewaan.
Ketua Umum Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia Senny Marbun dihubungi dari Jakarta, Sabtu (9/5/2020), mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan kabar dari Presiden Federasi Olahraga Para ASEAN (APSF) Osoth Bhavilai, Jumat (8/5/2020) bahwa ASEAN Para Games 2019 di Filipina batal digelar. Keputusan itu diambil setelah tiga kali tuan rumah coba menunda gelaran dua tahunan ini, yakni dari Januari ke Maret, ke Mei, dan ke Oktober.
Dalam surat Presiden APSF, Jumat, Komisi Olahraga Filipina (PSC) William I Ramirez menyatakan, ASEAN Para Games ke-10 di Filipina dibatalkan karena Pemerintah Filipina fokus mengatasi wabah Covid-19 dan semua dana dialihkan ke penanganan pandemi itu. Ketua Komite Penyelenggara ASEAN Para Games Filipina Michael Barredo menyatakan, pemerintah telah menarik dukungan dana sehingga tidak mungkin melanjutkan penyelenggaraan.
”Kami semua menerima keputusan tersebut. Sebab, pembatalan terjadi karena kejadian di luar prediksi, yakni wabah Covid-19. Kami semua juga tidak mau nekat berlomba di tengah wabah. Bahkan, Thailand sempat usul menjadi tuan rumah pengganti, kami menolaknya. Untuk saat ini, kesehatan lebih utama,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, APFS bersama semua anggota dewan akan menggelar rapat virtual untuk menindaklanjuti pembatalan tersebut, antara lain mengenai serah terima bendera ASEAN Para Games dari Filipina ke Vietnam dan persiapan menuju ASEAN Para Games 2021. ”Yang pasti, pertemuan itu tidak mungkin lagi mengubah keputusan pembatalan ASEAN Para Games 2019 itu,” kata Senny.
Memantau atlet
Senny menuturkan, pada mulanya, para atlet kecewa gagal mengikuti ASEAN Para Games Filipina. Apalagi Indonesia menjadi unggulan untuk menjadi juara umum gelaran tersebut. Namun, setelah diberi pengertian, semuanya paham bahwa tidak mungkin melaksanakan ajang itu di tengah krisis kesehatan saat ini.
Kini, NPC Indonesia pun coba untuk mengelola atlet agar fokus untuk menatap Paralimpiade Tokyo dan ASEAN Para Games tahun depan. Sejauh ini, sejak wabah Covid-19 muncul pada Maret, mereka sudah memulangkan semua atletnya ke daerah masing-masing. Praktis, hanya tersisa beberapa atlet dari cabang bulu tangkis dan tenis meja di Pelatnas NPC Indonesia, Solo, Jawa Tengah. Mereka memilih bertahan karena tidak bisa pulang kampung.
Untuk para atlet yang sudah kembali ke rumah masing-masing, NPC Indonesia terus melakukan pemantauan. Mereka menyadari bahwa tidak mungkin melakukan latihan berat ataupun teknik di rumah. Sebab, semua atlet tidak memiliki fasilitas latihan pribadi. Saat ini, atlet hanya bisa melakukan latihan kecil, antara lain menjaga kebugaran dan melakukan latihan teknik dasar.
Latihan itu sangat diperhatikan, setidaknya jangan sampai atlet mengalami kelebihan bobot tubuh. Tujuannya, agar atlet cepat mencapai titik normalnya ketika kembali ke pelatnas. Kalau sampai kelebihan berat badan, atlet akan semakin lama mencapai titik normal saat memulai lagi latihan reguler.
”Untuk teknik, para atlet ini tidak bermasalah. Jika pun lama tak latihan, kemampuannya bisa cepat kembali. Tapi, kalau kebugaran, itu lama mengembalikannya kalau berat badan mereka nambah drastis. Ini yang perlu sangat dijaga. Sebab, kami optimitis dengan atlet ini, Indonesia bisa merebut minimal satu emas di Paralimpiade Tokyo dan juara umum di ASEAN Para Games 2021 nanti,” tutur Senny.
Cukup kecewa
Namun, sejatinya rasa kecewa tetap melekat dihati atlet karena gagal tampil di ASEAN Para Games 2019. Itu dialami oleh atlet para-atletik, Priyano. Semua pengorbanannya, mulai dari latihan hingga meninggalkan keluarga, selama 10 bulan terakhir di pelatnas menjadi sirna begitu saja.
Mimpinya untuk tampil membela Indonesia pun gagal. Namun, dia coba memahami hal tersebut. ”Karena pandemi belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, jadi kami memaklumi. Demi kesehatan bersama,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu.
Saat ini, Priyano masih belum tahu harus menargetkan ikut ajang apalagi setelah pembatalan ASEAN Para Games Filipina. Kemungkinan, dia akan mengincar berpartisipasi pada ajang terdekat, seperti Pekan Paralimpiade Nasional ataupun ASEAN Para Games pada 2021. ”(Ikut) kalau kepanggil lagi,” ucapnya.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dalam konferensi pers di kanal Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu, menyampaikan, sejauh ini, pihaknya belum berpikir untuk melanjutkan kompetisi profesional maupun pelatnas. Khususnya pelatnas, para atlet hanya diminta menjaga kebugaran di rumah masing-masing.
Kemenpora menyadari itu akan berdampak negatif terhadap perkembangan prestasi ataupun kemampuan atlet. Namun, mereka mengesampingkan dulu kepentingan prestasi demi memprioritaskan kesehatan para atlet di tengah wabah yang belum meredah ini. ”Keberlanjutan semuanya menunggu lampu hijau dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Kalau dirasa sudah aman, baru semuanya bisa dimulai lagi,” katanya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto memastikan, walaupun sejumlah anggaran Kemenpora telah direalokasikan untuk penanganan Covid-19, mereka tetap mengupayakan anggaran jika sewaktu-waktu atlet harus mengikuti kejuaraan pasca wabah Covid-19 bereakhir. Hal itu termasuk untuk para atlet disabilitas.