Dua bulan kerinduan akan tayangan laga sepak bola terobati dengan bergulirnya K-League 1 2020, kemarin. Tak ayal, seperti halnya drama Korea, liga itu langsung menghipnotis warga penggemar sepak bola sedunia.
Oleh
kelvin hianusa
·4 menit baca
JEONJU, JUMAT — Hari-hari yang panjang dan membosankan tanpa tayangan sepak bola berakhir Jumat (8/5/2020). Itu berkat bergulirnya liga Korea Selatan (K-League) yang ditandai laga Jeonbuk Hyundai kontra Suwon Samsung di Jeonju.
Kolom komentar kanal resmi K-League di Youtube mendadak riuh. Bahkan, menjelang dimulainya laga itu pada Jumat pukul 17.00 WIB, kanal siaran langsung via Youtube itu telah dibanjiri 9.982 komentar. Laga ini dimenangi Jeonbuk 1-0.
”Penonton” laga itu berasal dari banyak negara, mulai dari Portugal, Jerman, Meksiko, Jepang, Italia, Australia, Israel, hingga Indonesia. Mereka semua menumpahkan kerinduan akan sepak bola menyusul pandemi Covid-19 ke laga itu.
”Saya menontonnya (lewat Youtube) karena rindu siaran langsung laga sepak bola,” ungkap Rudy Schuller, penggemar asal Kanada, lewat Twitter.
Nama-nama pemain hingga wajah tidak familier dari liga itu tidak jadi masalah bagi para penggila bola yang dua bulan kehilangan tayangan langsung. K-League 1 menjadi liga sepak bola pertama sejagat yang disiarkan langsung ke publik.
K-League 1, yang semula kalah terang dari liga-liga besar di Eropa, kini menjadi cahaya terang yang mengundang perhatian internasional. Liga papan atas Korsel itu kebanjiran permintaan hak siar komersial dari 20 negara, antara lain Jerman, Swiss, dan Australia.
Padahal, musim lalu, K-League 1 hanya disiarkan di enam negara. Itu semua pun ada di Asia. Korea, yang Maret lalu terpukul parah akibat Covid-19, kini mencicipi manfaat kondisi normal baru akibat pandemi.
”Kami selalu punya keterbatasan menarik penonton internasional. Kami tidak dikenal secara global. Tahun ini, untuk kali pertama, kami dilihat dunia,” ungkap juru bicara K-League, Lee Jong-kwoun.
Meskipun sepak bola kembali berdenyut, laga antara Jeonbuk kontra Suwon itu menghadirkan dimensi baru. Sejumlah tradisi di sepak bola menghilang di laga itu dengan alasan menjalani protokol kesehatan.
Penonton, misalnya, absen di Stadion Piala Dunia Jeonju, lokasi laga pembuka K-League 1 musim 2020 itu. Tulisan besar bertuliskan, ”tetaplah tegar (dari wabah Covid-19)” mengisi kekosongan di tribune.
Efek suara
Menariknya, nyanyian, suara gendang, hingga siulan penonton masih tetap terdengar di laga itu. ”Itu semua adalah efek suara yang direkam, lalu dinyalakan ke pengeras suara untuk menyemangati para pemain,” ujar Kim Dong-hwan, koresponden BBC di Korsel.
Tradisi jabat tangan para pemain ataupun pelatih juga ditiadakan. Itu digantikan salam membungkuk menjelang laga. Para pelatih, staf, dan pemain di bangku cadangan kompak memakai masker wajah. Setiap pemain bahkan memiliki botol minumnya masing-masing.
Selebrasi gol dengan memeluk rekan setim pun absen dari laga itu. Gestur merayakan kegembiraan itu digantikan lewat salam tinju atau menyilangkan lengan ke pemain lainnya. Sentuhan telapak tangan dilarang keras, termasuk meludah.
Selain itu, jelang dimulainya laga, setiap pemain, pelatih, dan staf klub diperiksa dengan alat pendeteksi suhu tubuh. Jika ada yang demam atau suhu badannya tinggi, mereka pun dilarang masuk ke stadion.
Pekan lalu, sebanyak 1.142 pemain, pelatih, dan staf klub di Korsel juga telah menjalani tes swab Covid-19. Tidak satu pun yang positif Covid-19. Jika ada salah satu staf atau pemain yang positif terkena virus korona baru, klub itu tidak boleh bermain dan wajib melakukan karantina kepada seluruh personel tim selama dua pekan.
Hong Jeong-ho, bek Jeonbuk, mengakui tidak mudah bermain dengan berbagai aturan baru itu, apalagi tanpa penonton di kandang sendiri. Namun, dia tidak memungkiri, itu justru menghadirkan momen bagi liganya untuk bersinar.
”Kami dapat mempromosikan Korea dan K-League. Ini adalah kesempatan berharga untuk memberi tahu penggemar sepak bola bahwa di negara kami banyak pemain bagus dan kompetitif,” ungkap Hong yang tampil sejak menit awal.
Meskipun laga itu sempat berjalan membosankan, para penonton pun terpuaskan. Seperti drama Korea, gol yang dinanti-nanti tercipta dramatis melalui sepak pojok pada menit ke-89 atau menjelang akhir laga tersebut.
Gol semata wayang di laga itu dicetak pemain pengganti Jeonbuk yang juga bintang televisi di Korsel, Lee Dong-gook.
Kembalinya Superman
Kebetulan pula, gol semata wayang di laga itu dicetak pemain pengganti Jeonbuk yang juga bintang televisi di Korsel, Lee Dong-gook. Striker veteran 41 tahun yang menjadi bintang tayangan televisi KBS World berjudul Kembalinya Superman itu tampil bak tokoh superhero tersebut.
Dong-gook, yang pernah berkarier di Liga Inggris dengan membela Middlesbrough, meloncat tinggi bak Superman saat sepak pojok. Bola hasil tandukannya bersarang ke gawang Suwon dan menjadi penghibur utama di laga tersebut.
”Meskipun sudah berumur, Lee masih sangat bagus. Ia rata-rata masih bisa bermain selama 30-50 menit per laga sebagai pemain cadangan. Pada musim lalu, ia mencetak sembilan gol,” ujar Dong-hwan memuji penampilan Dong-gook, pemain yang menikahi runner up Miss Korea 1997 pada 2005 silam.
Dari semua kegembiraan yang disajikan liga itu, tiada yang lebih bangga selain Presiden Korsel Moon Jae-in. ”Saya berharap tayangan olahraga ini bisa membawa harapan terhadap orang-orang untuk memulihkan keseharian mereka secepat mungkin,” katanya.
Selain sepak bola, kompetisi bisbol di Korsel juga telah lebih dulu dimulai, Selasa lalu. Pemerintah Korsel mulai terbuka dengan ajang olahraga karena situasi di negara itu mulai kondusif pascakrisis akibat pandemi Covid-19, Maret lalu.
Mereka sukses menahan laju pandemi berkat penanganan cepat serta tepat. Pada Jumat, hanya tercatat 12 kasus positif baru Covid-19 di negara itu. (AP/REUTERS/JON)