Kedekatan hubungan Michael Jordan dan Kobe Bryant diceritakan dalam episode kelima film dokumenter “The Last Dance”. Episode ini bisa menjawab bagaimana simbiosis mutualisme sang legenda basket.
Oleh
Kelvin Hianusa
·3 menit baca
LOS ANGELES, MINGGU — Tanpa Michael Jordan, Kobe Bryant mungkin tak pernah mencapai potensi terbaiknya sebagai pebasket. Di lain sisi, Jordan membutuhkan kehadiran Bryant sebagai validasi terhadap status pemain terbaik sepanjang sejarah. Mereka saling menyempurnakan potensi dan kehebatan masing-masing.
Jordan dalam pidato mengenang meninggalnya Bryant mengatakan, kedekatan mereka sudah seperti kakak dan adik. ”Ketika dia meninggal, bagian dari diri saya ikut mati,” kata MJ, sapaan legenda Chicago Bulls tersebut.
Keduanya seperti pinang dibelah dua dalam basket. Hubungan spesial Jordan dan Bryant diceritakan dalam episode kelima The Last Dance yang tayang pada Senin (4/5/2020). Film seri dokumenter tentang kejayaan Jordan bersama dinasti Chicago Bulls itu mendedikasikan satu episodenya untuk mendiang Bryant.
”Mamba Hitam”, julukan Bryant, sempat diwawancarai untuk film tersebut pada Juli 2019. Namun, Bryant meninggal dalam kecelakaan helikopter, Januari lalu, tepat sepekan setelah video wawancaranya selesai disunting.
Sangat menarik melihat hubungan Bryant dan MJ. Jika dilihat secara umum, tidak ada korelasi langsung dari pemain yang berbeda generasi tersebut. Berbeda dari empat episode sebelumnya yang menampilkan testimoni dari rekan atau lawan Jordan.
Saat menjadi pemain, mereka beberapa kali bertemu. Saat Jordan bersama Bulls (1997-1998) maupun bersama Washington Wizards (2001-2003), melawan Bryant di Los Angeles Lakers. Namun, ketika Jordan berada di era keemasan dengan Bulls, Bryant masih terlalu muda. Sementara itu, Jordan di Wizards terlalu tua untuk bersaing dengan Mamba Hitam.
Hal yang menarik adalah kesamaan gaya main keduanya dari gerakan, teknik, hingga mentalitas di lapangan. Detail-detail kecil seperti tembakan meloncat sampai gaya mendribel sambil menjulurkan lidah pun begitu identik.
Tentu kesamaan ini tidak jatuh dari langit. Bryant sangat mengidolakan Jordan yang lebih tua 14 tahun darinya. Karena itu, targetnya sebagai pemain adalah mencapai prestasi yang didapatkan sang senior.
Bryant pun mereplikasi Jordan. ”Kobe begitu menghormatinya. Dia ingin mencapai level yang sama seperti Jordan. Karena itu, dia menirunya,” kata pebasket legenda LA Lakers, Magic Johnson, kepada LA Times.
Kesamaan dalam diri mereka diakui Jordan. MJ pernah berkata, satu-satunya pemain yang mungkin mengalahkannya dalam duel satu lawan satu hanyalah Bryant, bukan LeBron James ataupun legenda basket lain. ”Tidak akan kalah selain dari Kobe karena dia mengambil semua gerakan saya,” katanya.
Hasilnya, prestasi mereka pun hampir sama. Mereka sama-sama masuk NBA dari bangku sekolah, tidak banyak pemain seperti ini. Keduanya menang dalam kontes slam dunk, meraih pemain terbaik atau most valuable player (MVP), dan pemain terbaik final NBA (MVP Finals). Juga, sukses dengan pelatih yang sama, Phil Jackson. Kobe dengan lima cincin juara, sedangkan Jordan dengan enam kali juara.
Sosok Jordan terbukti sangat berarti bagi Bryant. Sebaliknya, kehadiran Bryant, dalam seri dokumenter, juga sangat penting. Cerita Bryant sangat relevan untuk memvalidasi Jordan sebagai yang terbaik sepanjang masa. Kehadiran sosok Bryant memperlihatkan warisan nyata MJ bagi NBA. Dia berhasil menginspirasi sekaligus membimbing pebasket muda untuk meneruskan kariernya sebagai salah satu atlet terhebat.
Hadirnya Bryant pun bisa menempatkan Jordan di tingkat yang lebih tinggi. Seperti dikatakan pelatih keduanya, Jackson, Bryant memiliki etos berlatih yang lebih gigih dibandingkan Jordan. ”Kobe sangat mengikuti kebiasaan Mike. Bedanya, dalam latihan, dia jauh lebih tinggi etos kerjanya. Saya tahu Mike akan mempertanyakan hal ini, tetapi dia (Bryant) memang lebih gigih,” sebut Jackson.
Meski begitu, Jackson mengakui belum ada yang bisa menyentuh Jordan sebagai pebasket terbaik sepanjang sejarah. Bahkan, Bryant yang lebih gigih pun tidak bisa menyamai potensi terbaiknya.
Hal tersebut membuktikan, dengan pelatih yang sama, gaya identik, etos lebih tinggi, dan permainan lebih modern, tidak membuat Bryant melewati Jordan. Yang mana mempertegas bakat dan kehebatan MJ merupakan anugerah sekali seumur hidup di NBA. Seperti kata Larry Bird, pebasket legenda Boston Celtics, Jordan merupakan Tuhan yang sedang menyamar. (AP)