Turnamen ekshibishi tenis di Hoehr-Grenzhausen, Jerman, bisa menjadi contoh kegiatan olahraga yang diselenggarakan dengan cara baru, yaitu dengan protokol kesehatan untuk menghadapi pandemi Covid-19.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
Turnamen bernama Tennis Point Exhibiton Series di Hoehr-Grenzhausen, Jerman, bisa menjadi gambaran saat turnamen tenis digelar dengan standar kesehatan saat pandemi Covid-19. Alih-alih pertandingan, persaingan dua petenis lebih mirip latihan di tempat privat. Sepi.
Dimulai pada Jumat (1/5/2020), turnamen yang berlangsung empat hari ini terdiri atas tiga seri. Pesertanya adalah delapan petenis putra Jerman berperingkat ratusan ATP. Yannick Hanfmann, peringkat ke-143 dunia, adalah peserta dengan ranking tertinggi. Juga ada Dustin Brown (peringkat ke-239), petenis yang mengalahkan Rafael Nadal pada babak kedua Wimbledon 2015.
Persaingan yang memperebutkan hadiah sekitar 1.000 euro (Rp 16,6 juta) ini adalah turnamen tenis pertama sejak kejuaraan di semua level dihentikan pertengahan Maret karena wabah Covid-19. Idenya berasal dari para peserta dan Rodney Rapson, Direktur PlaySight untuk Eropa dan Inggris Raya, yaitu perusahaan teknologi yang menangkap berbagai momen di arena tenis.
Tanpa turnamen, beberapa petenis mengaku kesulitan mempertahankan motivasi karena tak punya target. Petenis berperingkat rendah bahkan mengalami kesulitan finansial karena mengandalkan pendapatan dari hadiah turnamen.
Sesuai protokol
Digelar di lapangan tanah liat dalam ruangan, turnamen ekshibisi ini menerapkan semua protokol keamanan untuk menekan penyebaran virus. Dalam setiap laga, hanya ada petenis dan wasit di lapangan. Tak ada hakim garis, pemungut bola, apalagi penonton.
Penilaian bola masuk atau keluar dilakukan sendiri oleh petenis, yang lalu disahkan atau bisa diubah wasit. Tanpa pemungut bola, petenis mengambil sendiri bola dan handuk.
Posisi kursi petenis diletakkan berbeda. Jika biasanya kursi diletakkan di sisi kiri dan kanan kursi wasit, kali ini kursi petenis diletakkan berseberangan untuk menjaga jarak.
Untuk menjaga kebersihan, kursi petenis dan wasit dilap dengan disinfektan seusai pertandingan. Katering yang disediakan pun menjadi perhatian, hanya roti lapis yang dibungkus plastik dan makanan ringan berenergi.
Sebelum turnamen, setiap orang yang terlibat menjalani karantina selama dua pekan. Kondisi kesehatan mereka dipastikan oleh dokter pribadi. Setelah berlaga, tak ada jabat tangan antarpemain atau dengan wasit. Mereka juga tak diizinkan mandi di tempat pertandingan.
Protokol yang digunakan sama seperti yang ditetapkan Federasi Tenis Internasional (ITF). ITF menekankan, ajang tenis, baik bersifat kompetitif maupun rekreasi, bisa digelar atas izin pemerintah tuan rumah. Ini karena setiap negara memiliki peraturan berbeda untuk menggelar acara yang melibatkan banyak orang.
Meski hanya turnamen ekshibisi, para petenis sangat senang bisa bertanding kembali. ”Saya sangat antusias karena sangat merindukan kompetisi,” kata Hanfmann.
”Suasananya memang berbeda dengan tidak ada penonton. Tetapi, pada akhirnya, semua petenis senang karena bisa kembali ke lapangan untuk bertanding, apalagi jika melihat situasi beberapa bulan terakhir,” komentar Brown, yang terakhir kali tampil pada turnamen ATP Challenger di Afrika Selatan, 9-15 Maret.
Saat bertanding, petenis berusia 35 tahun itu tak merasa ada tekanan besar, salah satunya karena tak ada penonton. Kesulitan justru dirasakan pada masa tak ada turnamen. Tanpa turnamen, Brown kesulitan memelihara motivasi dan berlatih. ”Turnamen ini setidaknya membuat kami percaya bahwa ada sesuatu yang bisa kami nantikan dan menjadi target,” ujar Brown. (AFP/REUTERS)
Protokol turnamen dari ITF
Petenis tiba di lapangan dengan pakaian bertanding dan segera meninggalkan lapangan setelah pertandingan usai.
Tidak menggunakan ruang ganti pemain dan tempat mandi.
Mengenakan masker di luar lapangan.
Tak ada salaman.
Petenis dan ofisial harus berjarak setidaknya 2 meter.
Saat servis, petenis menggunakan bola sendiri.
Jika ada ball kids, mereka harus mengenakan sarung tangan.
Petenis dilarang memberi tanda tangan, suvenir, botol minum, dan makanan serta berswafoto dengan orang lain.