Pelatnas atletik, yang terhenti akibat pandemi Covid-19, diharapkan bisa digelar kembali Juli mendatang. Sambil menunggu pelatnas itu, sejumlah atlet berlatih mandiri dan melakukan sejumlah kreasi guna menjaga performa.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jika pandemi Covid-19 mereda, Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia menargetkan, pelatnas atletik bisa kembali digelar di Jakarta pada Juli mendatang. Semakin cepat atlet bisa berlatih, semakin baik pula untuk persiapan menuju Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda ke Agustus 2021.
Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung, dihubungi dari Jakarta, Jumat (1/5/2020), mengatakan, penundaan Olimpiade 2020 karena pandemi Covid-19 memberikan dua efek. Dampak positifnya, waktu persiapan atlet menjadi lebih panjang. Dampak negatifnya, atlet tidak bisa berlatih dengan optimal.
PASI tidak menafikan bahwa para atlet tidak bisa berlatih seperti biasa di tengah wabah ini. Atlet praktis hanya bisa latihan di dalam ruangan untuk sekadar menjaga fisik. Sementara itu, latihan teknik untuk atlet lintasan ataupun lapangan tidak bisa dilakukan sama sekali. Untuk itu, kemampuan para atlet nyaris tidak meningkat.
”Kalau latihan di luar, itu sangat berisiko untuk atlet karena berpotensi tertular Covid-19. Kami berusaha menjaga betul kesehatan atlet karena penyakit ini dampaknya tidak main-main, yakni sampai menyebabkan kematian,” ujar Tigor.
Khawatir kemampuan atlet semakin menurun, Tigor menyampaikan, pihaknya berharap wabah Covid-19 bisa segera reda. Kalau suasana sudah kondusif, pihaknya ingin menggelar kembali pelatnas di Jakarta selambatnya pada Juli. Dengan begitu, atlet bisa segera mengembalikan kemampuan dan melakukan persiapan panjang menuju Olimpiade 2020.
”Namun, itu cuma target kami. Sejauh ini, kita tidak bisa memprediksi waktu yang akan datang, termasuk memastikan apakah benar Olimpiade dan kejuaraan lainnya bisa digelar tepat waktu tahun depan. Sebab, wabah ini tidak terprediksi kapan akan berakhirnya,” tutur Tigor.
Latihan terbatas
Pasca-merebaknya wabah Covid-19 di Indonesia pada Maret lalu, PB PASI langsung mengembalikan semua atletnya ke daerah masing-masing. Kendati demikian, para atlet itu tidak diliburkan, tetapi tetap diminta berlatih. Sejumlah pelatih telah ditugaskan memberikan materi latihan untuk para atlet di daerah masing-masing. Bahkan, para pelatih pun tetap berupaya mengontrol latihan jarak jauh itu.
Asisten pelatih sprint Fadlin menuturkan, sejak merebaknya Covid-19, sejumlah atlet asal Nusa Tenggara Barat kembali ke kampung halaman masing-masing. Setidaknya, ada empat atlet asal NTB yang telah dipulangkan untuk sementara waktu, antara lain pelari andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, yang kembali ke Lombok Utara.
Namun, menurut Fadlin, latihan yang berjalan memang terbatas. Khususnya sebulan terakhir, aktivitas luar ruangan sudah tidak bebas lagi. Banyak tempat umum yang biasa dipakai untuk latihan teknik sudah ditutup, seperti pantai, bukit, dan lapangan atau lintasan. Akibatnya, kini, latihan teknik untuk Zohri hanya maksimal tiga kali seminggu.
Kemampuan fisiknya (Zohri) turun 10-20 persen karena tidak bisa latihan fisik dengan optimal kalau hanya di dalam ruangan. Tapi, kalau harus latihan optimal, juga bahaya.
Sisanya, Zohri hanya menjalani latihan fisik, antara lain melakukan gerakan penguatan otot inti. Latihan Zohri saat ini hanya 70 persen dari program keseluruhan. Padahal, kalau kondisi normal, latihannya sudah mencapai 95 persen atau tahap persiapan akhir untuk menuju kejuaraan, yakni Olimpiade 2020.
”Dalam dua bulan ini, kemampuan teknik Zohri tidak hilang. Tapi, kemampuan fisiknya turun 10-20 persen karena tidak bisa latihan fisik dengan optimal kalau hanya di dalam ruangan. Tapi, kalau harus latihan optimal, juga bahaya. Sebab, kalau terlalu kelelahan, yang bersangkutan bisa rawan tertular Covid-19. Kami tidak mau Zohri tertular penyakit itu,” tuturnya.
Serupa Tigor, Fadlin pun berharap wabah segera berlalu agar para atlet bisa kembali berlatih normal. Apalagi, Zohri punya pekerjaan rumah besar untuk meningkatkan kemampuan teknik start block dan akselerasi di 10 meter awal lintasan.
”Di waktu normal saja, sulit sekali memperbaiki teknik start block dan akselerasi 10 meter dari Zohri. Di situasi seperti sekarang, memperbaikinya pun nyaris mustahil,” ujarnya.
Coba berkreasi
Sementara itu, atlet lompat jauh Sapwaturrahman coba berkreasi dalam latihan di tengah wabah Covid-19. Dalam nomor perlombaan lompat jauh, teknik melompat di lintasan merupakan elemen paling penting. Namun, saat ini, Sapwaturrahman tidak bisa berlatih teknik di lintasan karena berusaha mengikuti protokol kesehatan yang ada, seperti mengisolasi diri di rumah.
Untuk mengatasi kesulitan itu, Sapwaturrahman coba berdiskusi dengan saudaranya yang berprofesi sebagai pelatih dan pelatih kepalanya di PB PASI untuk mengkreasikan latihan. Bentuknya ialah fokus meningkatkan fondasi tubuh atau kekuatan otot tubuh. Kemampuan fisik optimal bisa memungkinkan meningkatknya kemampuan lompatan, sekaligus menutupi kemampuan teknik yang tidak bisa ditingkatkan di masa seperti sekarang.
Adapun latihan peningkatan fondasi tubuh itu dilakukan dengan meningkatkan latihan beban. Selama ini, latihan beban otot tungkai Sapwaturaahman maksimal pada beban 300 kilogram. Sejauh ini, dia sudah pada tahap berlatih beban 160 kilogram.
”Saya berusaha agar bisa terus menaikkan beban itu agar bisa sampai lagi di 300 kilogram, bahkan melebihi itu,” katanya.